A. Latar Belakang Permasalahan
Krisis keuangan yang terjadi tidak hanya di EROPA tetapi juga melanda ke beberapa Negara ASIA pada beberapa tahun ini menimbulkan beberapa dampak signifikan kepada negara–negara anggota Asia khususnya Asia Tenggara seperti Indonesia, walaupun eksistensi Euro sebagai mata uang tunggal yang telah dikeluarkan dan diberlakukan di sana, namun bagi mereka hal itu belum bisa menjamin stabilitas keuangan. Ditambah lagi masa perang Rusia-Ukraina dan konflik-konflik antar Negara sepaham dengan mereka yang tak kunjung selesai sehingga mempengaruhi jalur perdagangan ekspor dan impor di sekitarnya sehingga krisis keuangan terus berlanjut di beberapa negara-negara ASIA bahkan ASEAN seperti Indonesia.
Di tengah terjangan gejolak krisis keuangan yang terjadi di ASIA saat ini, beberapa negara anggota Asia Tenggara mencoba untuk berinisiatif melalui gagasan yang tidak secara langsung kadang-kadang mencipta perpecahan prinsip yang terjadi di antara anggota Asia Tenggara. Keberlangsungan TRUST yang dibangun di asia tenggara melalui serangkaian program seperti G20 dan lainnya justru membuat program MEA berjalan statis seakan bergerak majunya masih menunggu datangnya tantangan nyata. Belum lagi TRUST yang dibangun masih dipengaruhi oleh tingkat fleksibilitas budaya dan situasi regional dalam menerima sumbangsih pemikiran Negara lain yang mayoritas masih dianggap sebagai ide berbau asing dalam tanda kutip. Kalau permasalahan seperti ini dibiarkan atau dianggap sepele, kemungkinan akan mengancam kedaulatan mata uang masing–masing negara anggota Asia Tenggara dengan kata lain terjadi grafik fluktuatif yang menurun.
Entah berapa Negara di Asia Tenggara ini yang pernah terkenal dengan uji nyali gerakan revolusionernya melalui perlawanan terhadap penjajahan, penguasa yang sewenang-wenang, yang nampaknya hal itu hanya akan terdengar kurang sejalan dengan semangat persemakmuran yang dikampanyekan saat ini, apalagi kita sebagai Bangsa Indonesia sudah kadung merujuk kepada suri tauladan kejayaan MAJAPAHIT pemersatu nusantara di masa silam.
Intinya bahwa kepercayaan anggota Asia Tenggara bisa-bisa memudar terhadap ide persemakmuran ala Majapahit di bawah pengemban sumpah Palapa Patih Gajahmada yang dulu tentunya secara tidak langsung memiliki semangat integrasi ekonomi yang besar di tengah ambisi masyarakat asia tenggara untuk mewujudkan tatanan dunia yang baik karena sampai saat ini tidak dijalankan dengan baik. Turunnya kepercayaan sebagian anggota Asia Tenggara tidak hanya disebabkan intervensi negara-negara imperialis di UNI EROPA yang terlalu jauh ikut campur tangan terhadap eksistensi kedaulatan kita di Asia Tenggara. Oleh karenanya, dengan melihat latar belakang di atas, sudikah kami yang nota bene penulis kecil ini untuk berbagi solusi terkait tema Konektivitas Sistem Pembayaran Asean, dengan judul “Efektifitas QRIS ASEAN Sebagai Sistem Pembayaran Lintas Negara Untuk Persemakmuran Asia Tenggara”
B. Pembahasan
Bercermin dari latar belakang di atas yang menjadi permasalahan yang sangat serius bagi eksistensi Asia Tenggara maka ide untuk memunculkan keinginan dalam menerapkan sistem single currency untuk memudahkan masyarakat ASEAN dalam melakukan transaksi keuangan, baik transaksi keuangan yang berhubungan dengan distribusi produk dalam ekspor dan impor maupun transaksi keuangan yang berhubungan dengan masalah pelayanan atau penggunaan jasa adalah diwujudkannya single currency yang salah satunya adalah menghadirkan QRIS sebagai cross border payment. Walaupun nantinya masih perlu penelitian, tetapi tingkat urgensinya perlu pengalaman selain uji petik di lapangan, dengan tanda Tanya besar apakah QRIS Asia Tenggara mampu menjadi jalan suksesi pertumbuhan ekonomi khusunya dalam framing pengaktifan kembali program-program dalam MEA? Hanya waktu dan rule aktualisasi yang menjalankannya yang mampu menjawab. Tetapi keyakinan tentang suksesnya QRIS di Asia Tenggara sangat menyemangati kita bersama.
Karena keberadaan MEA tidak akan statis seperti apa yang terlihat pada saat ini, jika ide dan konsep kesemakmuran anggota MEA itu sendiri tidak dijalankan dengan sungguh-sungguh. Kenapa perlu adanya revitalisasi dan pengaktifan kembali ide kesemakmuran ini? Karena Asia akan berkembang seiring dengan perkembangan arah politik internasional yang didukung oleh kerja sama ekonomi, sosial, budaya, maupun keamanan. Wacana integrasi Asia, khususnya Asia Tenggara, merupakan inisiatif dari negara–negara Asia yang pernah diangkat pada forum KTT Asia tahun 2012 yang lalu. Wacana integrasi ini tentu akan merujuk kepada integrasi kawasan yang menjadi pijakan dalam merealisasikan wacana integrasi di kawasan Asia Tenggara. Sekali lagi rujukan ini ditujukan kepada integrasi ekonomi Asia Tenggara sebagai landasan negara–negara Asia dalam merealisasikan integrasi ekonomi yang mereka harapkan. Namun, sangat disayangkan karena kondisi Asia Tenggara diliputi dengan permasalahan yang kronis sehingga sulit bagi negara–negara Asia untuk mewujudkan integrasi kawasan yang lebih komprehensif dan advanced.
Integrasi kawasan Asia tentu akan membutuhkan single currency untuk memudahkan transaksi dan identitas kawasan yang akan terintegrasi melalui sistem pembayaran berbentuk QRIS Asia. Tidak dipungkiri bahwa dalam hubungannya dengan perwujudan integrasi kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, China bahkan akan menjadi negara yang memiliki dominasi dalam menentukan struktur dan penentuan single currency “QRIS” ini sehingga tampaknya akan menjadi determinan dalam penentuan Qris value yang dimaksud.
Sebagai suri tauladan dengan semangat AMUKTI PALAPA yang diusung Gajahmada Sekarang, jajan di luar negeri pakai mata uang Rupiah bukan lagi hanya angan-angan semata karena Bank Sentral dari empat negara ASEAN, yaitu Bank Indonesia (BI), Bank Negara Malaysia (BNM), Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS), dan Bank of Thailand (BOT), sudah sepakat bekerjasama dalam mewujudkan dan mendukung pembayaran yang lebih cepat, murah, transparan, dan inklusif. Salah satu perwujudannya adalah dengan mengimplementasikan QRIS antarnegara.
Alasan tersendiri yang melenggangkan kekuatan QRIS sudah dapat terlihat pada rujukan masyarakat Indonesia dalam menjalankan strategi bisnis mereka. Qris yang kita tahu menjadi akses pembayaran yang tersemat di HP kita melalui aplikasi pembayaran E-Wallet seperti OVO, GOPAY, Shopee-pay, dan lain-lain di segala bidang bisnis penjualan dan pembelian menjadi wujud dari dominasi QRIS dengan AUTOMATIC PAYMENT, sehingga kadang-kadang mengalahkan kecepatan dari sistem pembayaran melalui bank konvensional walaupun dalam tanda kutip mereka juga mengenalkan E-Banking.