Maka dengan mempunyai kekuasaan, seseorang bisa lebih mampu untuk mencegah kemungkaran. Karena ia mampu untuk melakukan itu. Lit tahghyiir al munkar bil quwwah. Hasil yang diinginkan adalah hilangnya kemungkaran dan berganti dengan kebaikan, atau berkurangnya kemungkaran.
Disamping itu amar ma’ruf nahi mungkar merupakan salah satu tugas utama sebuah pemerintahan, sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:“Sesungguhnya kekuasaan mengatur masyarakat adalah kewajiban agama yang paling besar, karena agama tidak dapat tegak tanpa negara. Dan karena Allah mewajibkan menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar, menolong orang-orang teraniaya. Begitu pula kewajiban-kewajiban lain seperti jihad, menegakkan keadilan dan penegakan sanksi-sanksi atau perbuatan pidana. Semua ini tidak akan terpenuhi tanpa adanya kekuatan dan pemerintahan” (As Siyasah Asy Syar’iyah, Ibnu Taimiyah: 171-173).
Khalifah Ustman bin Affan r.a pernah mengatakan : Sesungguhnya Allah SWT mencegah sesuatu dengan kekuasaan yang tidak bisa di cegah dengan Alqur'an.
Politik adalah bagian dari Islam
Islam adalah agama yang Syaamil wa Mutakaamil. Islam bukan hanya mencakup Aqidah dan Ibadah saja, tetapi juga muamalah, ekonomi, sosial, bahkan politik. Jika kita melihat ada buku Al Ahkam As Sulthooniyah yang di karang Imam Mawardi, ada buku At thuruq al hukmiyah fis siyaasah as syari'ah yang di tulis oleh Imam Ibnul Qoyyim. Ada juga As siyasah asy Syar'iyyah karangan Imam Ibnu Taimiyah ( yang terhimpun dalam Majmu Fatawa ). Politik dalam bahasa arab di sebut siyaasah, di ambil dari akar kata saasa – yasuusu – siyaasatan yang artingnya mengatur / mengendalikan. Maka Kusir juga disebuh saa is, karena ia mengendalikan kuda. Politik itu sendiri menurut Imam Ibnul Qoyyim terbagi menjadi 2 macam, pertama adalah politik yang di warnai kedzaliman. Maka ini di haramkan. Kedua, politik yang di warnai dengan keadilan. Maka ini adalah bagian dari syariat Islam ( At thuruq al hukmiyah fis siyaasah as syari'ah , karangan Ibnul Qoyyim )
Kewajiban memberikan Nasehat kepada pemimpin
“Agama adalah nasihat.” Kami berkata: “Untuk siapa?” Beliau bersabda: “Untuk Allah, kitabNya, RasulNya, Imam kaum muslimin, dan orang-orang kebanyakan.” HR. Muslim / Abu Daud )
Ketulusan kepada pemimpin adalah dengan menyukai kebaikan, kebenaran dan keadilannya, bukan lantaran individunya. Juga karena kepemimpinannya , kemaslahatan umat akan bisa terpenuhi, InsyaAllah. Maka perlu senantiasa menasehati pemimpin untuk tetapi senantiasa dalam rel kebenaran dan mengingatkan mereka dengan cara yang baik. Karena tidak ada kebaikan, masyarakat yang tidak mau menasehati penguasa dan pemimpinnya. Maka, dengan memasuki parlemen, akan ada kondisi yang kondusif untuk senantiasa menasehati para pemimpin, mengawasi jalannya pemerintahan, ikut mengatur undang undang yang akan di hasilkan dan memastikan undang undang itu tidak membawa kesengsaraan rakyat, tidak bertentangan dengan Alqur'an dan Asunnah.