Saya sendiri mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang masih terus saya ingat. Unik dan menantang.
Ketika gelaran Piala Dunia 2002 diselenggarakan bersama di Korea - Japan, pihak Asosiasi Sepakbola di Korea membeli sebuah polis asuransi.
Unik, ya unik.
Karena proteksi yang dibeli adalah "kerugian" apabila "tim Korea Selatan" menjadi juara Piala Dunia.
???
Kalau pada umumnya, seorang nasabah hanya akan membeli proteksi asuransi ketika dia "kalah" atau menderita "kerugian", tetapi pertanggungan yang dibeli adalah "kemenangan".
Mengapa?
Singkat kata, bila Korea Selatan memenangkan PD2002, Asosiasi Sepakbola-nya musti membayarkan "bonus" sebesar USD 1 juta ke setiap pemain + official. Dengan jumlah total sebanyak 50 orang, maka Asosiasi musti membayar USD 50 juta, bila Korea Selatan menjadi Juara. Inilah yang akan menjadi "kerugian" bagi Asosiasi. Angka USD 50 juta itulah yang dijadikan harga pertanggungan.
Secara emosional dan sentimental value, kemenangan Korea Selatan menjadi Juara Piala Dunia tentunya tidak akan ternilai harganya. Namun secara finansial, hal ini justru akan "merugikan" Asosiasi. Hal ini sudah cukup untuk menimbulkan insurable interest.
Hal lain yang menjadikannya obyek asuransi adalah yang dipertanggungkan adalah "kemenangan" yang belum tentu terjadi. Jikalau yang dipertanggungkan adalah "kekalahan", hal ini tentunya akan lebih mudah terjadi, mengingat tertanggung bisa saja sengaja mengalah demi mendapatkan uang asuransi.
Mungkin, para pengurus per-sepakbola-an di Indonesia ini pun perlu memikirkan peran asuransi. Bukan bermaksud mendoakan sesuatu yang buruk, namun, bukan tidak mungkin sesuatu yang tidak terduga dan di luar kuasa manusia bisa saja menghalangi atau mengubah apa-apa yang sudah direncanakan sebelumnya.