Mekanisme "asuransi" itu terus berkembang di benua Eropa hingga menjadi sebuah sistem perekonomian yang modern dan terus bertahan hingga sekarang. Bahkan, saking modern-nya, banyak perusahaan (re)asuransi yang "nyasar" keluar dari khittah-nya, yang justru bikin mereka bangkrut (lebih jauh silakan browse tentang sub-prime mortgage - red).
Melihat sejarah di masa lalu, para pemilik kapal atau pemilik barang yang akan melakukan perdagangan (antar negara / benua) tidak berani menanggung risiko sekiranya terjadi sesuatu atas kapal atau atas barang-barang yang hendak diperdagangkannya.
Apapun bentuknya (waktu dulu), hal itu menunjukkan bahwa manusia dalam melakukan aktifitasnya tentunya berpegang teguh pada prinsip ekonomi yaitu dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya.
Di luar itu semua, manusia hanya mampu membuat rencana, manusia hanya mampu untuk melakukan usaha terbaik untuk mencapainya, manusia hanya mampu mengeluarkan segala kemampuannya untuk mencapai tujuannya --- selebihnya ada kuasa Tuhan yang Maha Menenentukan.
Secara manusiawi, kita tergerak untuk menerapkan prinsip ekonomi di atas. Setiap individu akan terus berupaya melakukan "transaksi" satu sama lainnya.
Terkait asuransi, geliat perekonomian (internasional) akan lebih terbatas, tanpa keterlibatan proteksi asuransi.
Tanpa asuransi belum tentu ada perdagangan (internasional). Tidak akan ada pemilik barang yang rela mengirimkan barangnya dikirimkan ke (calon) pembeli tanpa adanya proteksi asuransi, misalnya Marine Cargo insurance atau Custom Bond.
Tanpa asuransi tidak akan ada industri penerbangan. Tidak ada satu pun pesawat boleh lepas landas sebelum mempunyai Certificate of Insurance.
Kembali ke sepak bola yang mampu menggeliatkan perekonomian (rakyat). Asuransi pun (semestinya) mampu menjadi salah satu katalis atau setidaknya menjadi penyanggah perekonomian ini.
Kita pernah mempunyai pengalaman ketika tim besar semacam Red Devils yang batal hadir ke GBK. Bisa dihitung berapa kerugian yang diderita --- untuk ini saya tidak mau berkomentar lebih jauh, siapa yang sebenarnya menderita kerugian finansial, apakah Panitia Lokal atau PSSI.
Di luar sana (baca: industri asuransi internasional) sudah tersedia proteksi untuk memberikan "peace of mind" bagi para penyelenggara event besar semacam itu.