Mohon tunggu...
Erwan Mayulu
Erwan Mayulu Mohon Tunggu... Jurnalis - wartawan,editor,Trainer PKB (ketenagakerjaan)

Ayah dari tiga anak : Grace Anggreini Mayulu, M.Irvan Mayulu, Annisa Mayulu Menulis adalah gairah hidupku. Minat menulis sejak SLTP berlanjut hingga SLTA dan sempat juara lomba menulis tingkat pelajar ketika itu,1978 (SLTP ) di kota kecil, Gorontalo dan di Jember,Jawa Timur,1981 (SMEA). Cita-cita menjadi wartawan dimulai jadi kontributor di Jember di Harian Angkatan Bersenjata, Jakarta pada 1982/83 bersamaan masuk kuliah. Hijrah ke Jakarta dan jadi wartawan Harian Terbit pada 1983. Kini lebih fokus nulis soal ketenagakerjaan di media online.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Inspirasi dari TKM Sukabumi, Panen Cuan dari Budidaya Tanaman Langka Hanjeli

3 Januari 2022   13:34 Diperbarui: 3 Januari 2022   13:42 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asep Hidayat di Rumah Pamer Hanjeli,Desa Waluran bersama penulis dan pengunjung (foto:dok.rumah pamer hanjeli).

  Tempat tinggal  Asep Hidayat Mustopa  di Kp. Waluran , Desa Waluran Mandiri,di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dijadikan  Rumah  Pamer Hanjeli. Di tempat ini berjejer berbagai gambar dan pajangan sekitar tanaman hanjeli.Bahkan Rumah Pamer Hanjeli ini juga berfungsi sebagai pusat informasi tentang seluruh kegiatan wisata di desa itu.

Dirumah pamer ini di pamerkan berbagai hal terkait dengan tanaman hanjeli yaitu tanaman sejenis padi-padian yang tumbuh subur di daerah Sukabumi dan sekitarnya. Selain gambar -- gambar berupa foto juga di jejerkan hanjeli dalam bentuk produk turunannya.

Sebagai rumah pamer, interiornya di buat sedemikian rupa hingga benda -- benda yang dipamerkan  menjadi menonjol. Hampir seluruh rumah itu diselimuti bahan kayu baik dinding, flafon  juga lantainya berwarna coklat kayu hingga mengesankan kesederhanaan namun indah dipandang, nyaman dan sejuk.

Siapa pun yang berkunjung ke tempat ini merasa nyaman dan ingin mengetahui semua informasi dan benda-benda yang dipamerkan.

Asep Hidayat Mustopa, kelahiran 1978, adalah seorang Tenaga Kerja Mandiri (TKM) dari Kabupaten sukabumi yang dikenal luas sebagai pemuda pelopor pembudiayaan tanaman hanjeli di daerahnya.

 Ketertarikanya pada budidaya tanaman  Hanjeli sejak 2010 bermula dari keresahannya melihat makin sedikit orang menanam hanjeli di daerahnya. Petani lebih suka menanam padi dan tanaman linnya yang masa panennya lebih cepat. Hanjeli biasanya baru bisa dipanen tiap 6 bulan sekali. Sedangkan tanaman padi kini bisa dipanen tiap 3 bulan sekali. Inilah salah satu sebab petani tidak lagi menjadikan tanaman hanjeli sebagai tanaman pilihan utama para petani di desa.

Pada 2010,Asep Hidayat mulai mencoba membudidayakan tanaman hanjeli ini. Selain ingin menyelematkan tanaman  ini agar tidak hilang, dia berfikir jika dikelola dengan baik jenis tanaman ini bernilai ekonomis dan akan menjadi salah satu sember penghasilan bagi para petani. Apalagi jenis tanaman ini hanya ditanam di tegalan, bukan di sawah. Sementara di desanya, tanah tegalan cukup luas.

Langkah awal dilakukannya dengan mengoleksi beberapa jenis sekaligus menanamnya di areal perkampungan. Yaitu hanjeli jenis ketan dan batok. Ditanam di tegalan/lereng bukit. Jenis ini banyak  tumbuh di wilayah Sukabumi. Target awal peruntukannya untuk konsumsi alternarif selain beras.

Dengan merogoh kantong sendiri untuk ongkos tanam , 6 bulan kemudian bisa melakukan panen perdana.

"Hasilnya lumayan. Dibuat jadi bubur manis", tutur Asep Hidayat  saat dijumpai penulis di Rumah Pamer Hanjeli, pekan lalu. Namun panen ini meski tergolong lumalayan hasilnya, namun tidak serta merta bisa menarik petani setempat untuk ikut menanamnya secara massif. Persoalannya pada pemasaran pasca panen.

Bagi petani selain hasil panen yang bagus juga adanya pasar yang menyerap hasil panennya.

Untuk menjawab ini, Asep Hidayat melakukan langkah konkrit : hanjeli dimasak jadi bubur manis dan dijadikan   sebagai sajian "welcoming drink" pada tamu-tamu yang datang ke desa. Welcome drink biasanya disajikan pada tamu yang baru datang di hotel -- hotel berbintang, Nah, hal sama dilakukan Asep pada tamu -- tamu yang berkunjung di desanya.

Sebelum  melakukan gerakan pembudidayaan tanaman hanjeli di desanya, Asep Hidayat telah merintis dan menjadikan desa Waluran Mandiri menjadi desa wisata. Desa Wisata Waluran dengan mengusung metode home stay  bagi pengunjungnya. Pengunjung yang datang umumnya wisatawan lokal berkelompok dengan waktu tinggal beberapa hari.  Wisatawan tinggal di rumah -- rumah  penduduk . Bahkan ada kelompok wisatawan dari Bogor dan Kalimantan Timur yang khusus datang untuk mngetahui dan mempelajari seleluk beluk  tanaman hanjeli.

Cara ini cukup ampuh  buat pengenalanan tanaman hanjeli pada wisatawan sebagai makanan alternatif pengganti beras yang juga berkhasiat obat karena kandungan gizinya lebih tinggi serta kadar karbohidratnya rendah sehingga cocok bagi mereka yang menjaga kadar gula dalam tubuhnya serta yang melalukan program diet.

Pemasaran lain dilakukan Asep dengan menjual secara online. Tanggapan pasar, memenurutnya, cukup besar. Permintaan terbesar datang dari kota -- kota besar seperti Jakarta. Hingga kini, pesanan terbesar dari penjualanan secara online.

Konsumen dari segmen tertentu banyak memesan hanjeli karena jenis makanan ini juga dijadikan obat. Menurut ceritera, sejak dahulu kala di Tiongkok,  hanjeli dijadikan obat.

Proses penggilingan hanjeli (foto dok.rumah pamer hanjeli)
Proses penggilingan hanjeli (foto dok.rumah pamer hanjeli)
Melihat pasar yang bagus  ini, lambat laun penduduk desanya mulai tertarik dan ingin ikut menanaman hanjeli. Namun persoalan lain muncul. Siapa penduduk yang mau  menjadi petani dan menanaman hanjeli? . Umumnya para pria  penduduk desa  itu menjadi penambang emas di Kawasan pesisir , Kabupaten Sukabumi.

Kemudian Asep mengajak kaum perempuan di desa Wuluran untuk menanam hanjeli. Para perempuan di desa ini dikenal sebagai pekerja keras, tidak semata jadi ibu rumah tangga. Pekejaan -- pekerjaan yang biasanya dikerjakan kaum pria, mereka juga lakukan, hingga bekerja ke luar negeri. Sebanyak 20 -- 30 orang perempuan mulai ikut menjadi petani hanjeli. Belakangan kelompok petani perempuan ini dijadikannya satu kelompok dengan membentuk wadah Kelompok  Wanita Tani (KWT) .

Proses mulai dari panen, penumbukan hingga mengolah jadi produk lain dilakukan secara manual. Pihak penyuluh dari Kantor Kecamatan Waluran kemudian menyarankan pada Asep untuk menghubungi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sukabumi untuk memperoleh bantuan peralatan berupa mesin giling.

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabuparen Sukabumi merespon proposal yang diajukan Asep dan pada 2018  Kelompok Wanita Tani (KWT) ini kemudian memperoleh pelatihan dari Disnakertrans Kabupaten Sukabumi . Instruktur dari Disnnalertrans datang kedesanya dan  melatih mereka menjadi kelompok wirausaha baru binaan Disnakertrans  setempat. Selain memperoleh pelatihan tentang tata cara mengolah tanaman hanjeli menjadi berbagai jenis bahan makanan dan pemasaran usaha, juga diberikan bantuan seperangkat mesin giling hanjeli.

AKSES LAPANGAN KERJA

Pada 2018 itu Kementerian Ketenagakerjaan mengucurkan program bantuan bagi penciptaan usaha baru bagi tenaga kerja mandiri (TKM) . Menurut Koordinator Substansi Tenaga Kerja Mandiri, Direktorat Perluasan Kesempatan Kerja,Kementerian Ketenagakerjaan, Widi Wijanarko, program ini dimaksudkan membuka lapangan kerja baru baik bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah juga bagi orang lain. 

'Terbuka akses lapangan kerja dari program ini", tutur Widi Wijarnako sambIl menunjuk apa yang dilakukan oleh TKM Asep Hidayat dengan kelompok wanita tani di desa Waluran, Kabupaten Sukabumi, menunjukan, program TKM telah mentransformasi perluasan kesempatan kerja.

Menurut Widi Wijanarko, masyarakat di Kabupaten dan Kota  Sukabumi telah mendapat akses manfaat dan memperoleh manfaat dari program itu sejak 2018 hingga 2020. Dikemukakannya, hingga 2020 tercatat sebanyak 2.860 orang menerima manfaat untuk program TKM. Rinciannya, pada 2018 diberikan bantuan pada 380 orang (19 kelompok), pada 2019 diberikan bantuan pada 520 orang ( 26 kelompok) dan pada 2020 diberikan bantuan dalam rangka jaring pengaman sosial (JPS) pada 520 orang (26 kelompok),bantuan dalam rangka dampak  Covid-19 pada 7 kelompok yaitu 140 orang dan bantuan program regular diberikan pada 380 orang (19 kelompok). Masing -- masing kelompok sebanyak 20 orang. 

Asep Hidayat dan Kelompok Wanita Tani,salah satu kelompok yang tersentuh program ini pada 2018.

Berbekal bantuan peralatan dan pengetahuan dari pelatihan yang diberikan Disnaketrans Kabupaten Sukabumi, hanjeli tidak saja dijual dalam bentuk beras, dikembangkan dalam bentuk olahan. Dodol, tape, rengginang dan bronies hanjeli Sukabumi  dan dilabeli produksi Abah Asep, kini menjadi produk andalan dari desa Waluran. Dijual secara offline dan online,.

Sementara hasil panen petani perempuan dari Kelompok Wanita Tani ini semuanya ditampung dan dibeli oleh Asep Hidayat. Sehingga terjamin pemasaran hasil panen anggota KWT. Hal ini dilakukan Asep Hidayat, agar ada kepastian hasil panen KWT itu terjual dan langsung berbuah cuan. Yang Namanya pasar, ada pasang surutnya. Terkadang lancar , ada kalanya tersendat. Apalagi sebagai bahan pangan aleternatif, penjualannya tidak selalu lancar.

Dengan adanya kepastian terjualnya hasil panen ini dengan pembayaran tunai, makin memacu petani untuk menanam hanjeli. Apalagi tanaman ini oleh penduduk setempat ditanam di lahan tidak produktif atau lahan nganggur.Tidak mengganggu areal persawahan atau pertanian lannya.

Hadirnya mesih giling, membuat produksi beras makin meningkat. Tadainya di proses secara manual yaitu dengan menumbuk secara beramai -- ramai hingga produksinya terbatas.

Setelah digiling dengan menggunakan mesin giling bantuan dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigtasi Kabupaten Sukabumi, Asep Hidayat kemudian mengemas hanjeli dalam kemasan kiloan dengan dilabeli : Oleh -- oleh Khas Sukabumi. Beras Hanjeli Abah Asep.

Beras hanjeli di bandrol  mulai dari Rp 20.000,-, Rp 25.000,- dan Rp 30.000,- per kilogram.

Saat ini pesanan terbesar melalui online terutama dari kota -- kota besar seperti Jakarta. Per dua minggu selalu ada permintaan rutin. Setiap bulan permintaan mencapai 5 kuintal ( 500) kg.

Makin meningkatnya permintaan ini membuat penduduk desa Waluran, makin berminat menanam hanjeli.. Diyakini, kedepan, dengan makin banyak masyarakat mengenal tanaman ini, termasuk dunia perguruan tinggi, produksi hanjeli akan meninkat. Suatu saat akan ditemukan teknologi tata cara menanam hanjeli  yang akan mempersingkat waktu panen, Seperti halnya yang terjadi pada tanaman beras. Jika dahulu kala panen padi 6 bulan sekali, kini padi bisa dipanen dalam tempo 3 bulan. Hal sama akan juga terjadi pada tanaman hanjeli..

Asep optimis tanaman hanjeli akan jadi emas hijau  dimasa depan. Setelah dirinya berjuang membudiayakan tanaman hanjeli sejak 2010, kini orang mulai banyak mengenalnya, termasuk manfaatnya. Saat ini beberapa ilmuan dari perguruan tinggi terkemuka di Jawa Barat dan luar negeri telah mengundang dirinya menjadi pembicara di forum  webinar mengupas tanaman ini.

MENGENAL TANAMAN  HANJELI

litbang.pertanian.go.id
litbang.pertanian.go.id
Dikutip dari laman  http://litbang.pertanian.go.id, berikut informasi mengenai tanaman hanjeli.

Hanjeli (Coix lacyma-Jobi L.) merupakan sejenis tumbuhan biji-bijian tropis dari suku padi-padian atau Poaceae. Tanaman ini berasal dari Asia Timur dan Malaya, namun sekarang telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Beberapa varietas memiliki biji yang dapat dimakan dan dijadikan sumber karbohidrat dan juga obat.

Hanjeli adalah nama popular di daerah Jawa Barat (Sunda), sedangkan nama popular Indonesia adalah Jali atau Jali-jali. Tanaman ini menyebar di berbagai ekosistem lahan pertanian yang beragam dari daerah iklim kering, basah, lahan kering maupun lahan basah di Sumatera, Sulawesi,Kalimantan, dan Jawa. Ada dua varietas yang ditanam orang, yaitu Coix lacryma-jobi var. lacryma-jobi yang memiliki cangkang keras berwarna putih, bentuk oval dan dipakai untuk manik-manik.

Varietas yang lainnya adalah Coix lacryma-jobi var. mayuen yang dimakan orang dan juga menjadi bagian dari tradisi pengobatan di Tiongkok. Jali merupakan rumpun setahun, rumpunnya banyak, batangnya tegak dan besar, tinggi 1-3 m, akarnya kasar dan sulit dicabut. Letak daunnya berseling, helaian daun berbentuk pita, ukuran daun 8-100x1,-5 cm, ujung daun runcing, pangkalnya memeluk batang, tepinya rata. Bunga keluar dari ketiak daun dan ujung percabangan, berbentuk bulir. Buahnya berbentuk buah batu, bulat lonjong, pada varietas mayuen berwarna putih/biru-ungu dan berkulit keras apabila sudah tua. Jenis buah yang dibudidayakan lunak dan dapat dibuat bubur, sedangkan jenis liar keras dan dapat digunakan untuk manik-manik pada kalung.

Di Jawa Barat, tanaman ini ditanam petani masih secara konvensional sebagai tanaman langka, dan dapat ditemukan di Punclut Kabupaten Bandung, Cipongkor, Gunung Halu, Kiarapayung, Rancakalong , Tanjungsari Kabupaten Sumedang, Sukabumi, Garut, Ciamis dan Indramayu.

Masyarakat setempat sudah biasa menikmatinya hasil olahan hanjeli ini sebagai bubur, tape, dodol dan sebagainya. Bagian biji dari varietas mayuen mengandung gizi setara beras, yaitu dalam 100 g bahan mengandung karbohidrat (76,4%), protein (14,1%), serta lemak nabati (7,9%), dan kalsium (54 mg).

Sebagai bahan makanan, beberapa potensi pemanfaatan biji hanjeli adalah: 1. Sebagai campuran beras, ataupun digunakan sendiri sebagai nasi hanjeli 2. Sebagai campuran makanan sereal lainnya, misalnya campuran havermut (oatmeal), seperti produk yang dibuat oleh salah satu produsen makanan sereal terkemuka Taiwan (www.greenmax.com.tw) 3. Bubur hanjeli (dengan rasa manis seperti bubur kacang hijau), dan sebagai teman kolak 4. Difermentasi seperti tape ketan Berbeda dengan beras ketan yang bersifat lengket, hanjeli memiliki tekstur yang kenyal namun tidak lengket, sehingga sangat berpotensi untuk diolah menjadi alternatif makanan yang enak. Selain sebagai sumber pangan pokok, hanjeli juga sangat potensial sebagai tanaman obat. Sebagai bahan obat herbal, hanjeli dipercaya memiliki berbagai khasiat seperti peluruh air seni, dan antitumor (kanker). Sumber zat aktif obat diperoleh baik dari biji maupun dari ekstrak akarnya. Khasiat sebagai antitumor telah diteliti secara ilmiah. Zat aktif dalam hanjeli disebut coixenolide.

(Erwan Mayulu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun