Mohon tunggu...
Erwanda Fathoni Prasetya
Erwanda Fathoni Prasetya Mohon Tunggu... Lainnya - Kisah tidak nyata

Ada beberapa kalimat yang hanya bisa diungkapkan dalam tulisan. Ada beberapa cerita yang hanya bisa dimengerti lewat baris kata-kata. Ada beberapa sebab yang hanya bisa dijawab dengan paragraf.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Dari Prabu untuk Nirwana

14 Mei 2020   04:45 Diperbarui: 14 Mei 2020   04:53 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

1. Surat Dari Prabu Untuk Nirwana
"Jika memang sekiranya kamu tidak berkenan, suruhlah ia pergi lebih awal"


Hujan yang turun sejak tadi sore baru saja reda. Airnya mengalir dari atap sebuah wisma, jatuh ke tanah seakan-akan mengetuk kemudian meminta izin untuk membuai akar-akar yang rindu. Duduk seorang pemuda di meja belajar sambil memegang pena. Sedikit melamun menerawang kisah-kisahnya yang akan dia tulis malam ini. Prabu adalah pemuda dari Yogyakarta yang sedang kasmaran. Kuncup cintanya tumbuh beberapa bulan lalu ketika bertemu dengan Sasmita. Saat itu mereka satu kelompok praktek lapangan.


Prabu sedang gundah beberapa hari kebelakang. Dia menanggung perasaan yang entah harus diperjuangkan atau diselesaikan sebelum perasaan itu semakin besar. Sudah beberapa bulan setelah praktek lapangan Prabu dekat dengan Sasmita. Saling mengirimkan perhatian hingga berbagi cerita membuat prabu terjatuh semakin dalam pada perasaan yang semestinya tidak dia tanam. Kini akar dari cinta yang tumbuh tidak sengaja tersebut telah menjadi gulma. Merusak komitmen Prabu untuk sementara sendiri. Prabu merupakan pemuda lurus yang tidak pernah ingin menjadikan cinta hanya sebatas perasaan penasaran. Prabu selalu ingin menempatkan cinta diatas komitmen untuk menjalin hubungan serius dengan arah yang jelas. Sedangkan kali ini Prabu tidak yakin mampu menempatkan perasaannya diatas komitmen tersebut. Cinta berbeda agama sangatlah susah untuk dipertahankan di atas komitmen.


Ketika waktu menginjak pukul 22.00 WIB, Prabu menutup buku saku yang telah dia tulis beberapa goresan perasaannya. Disimpan buku saku itu di saku kiri  baju Prabu yang  tergantung di samping tempat tidurnya.


Keesokan hari ketika prabu hendak berjalan menuju Masjid, Prabu berpapasan dengan Tyas di persimpangan Kantin. Prabu mengeluarkan buku saku di saku kirinya kemudian menitipkannya ke tyas untuk diberikan ke Sasmita. Setelah itu prabu melepas tasbih yang dia kalungkan di lehernya, prabu titipkan pada Tyas untuk diberikan ke Sasmita.


Setelah makan malam, Tyas memberikan titipan Prabu pada Sasmita. Sebelum Istirahat Malam, Sasmita membuka buku saku warna biru dari Prabu yang disegel menggunakan selotip transparan. Di dalam selotip tersebut ditempel kertas warna kuning yang diberi tulisan "Jangan diterima apabila segel rusak. Segera melapor bila segel rusak. (Prabu)"


Di ujung tempat tidur Sasmita duduk bersila sambil membuka buku saku dari Prabu. Ditemani lantunan lagu firasat, Sasmita membaca tiap tulisan di buku saku tersebut dengan sangat serius.


Assalamualaikum,
Apa kabar Mita?, Sudah beberapa hari ini kamu hilang ya, pasti kamu juga merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan saat ini. Mungkin sebab itu kamu menjauh. Aku pun demikian, rasanya ini sudah terlalu jauh bukan untuk kita?. Memang sebaiknya mungkin cukup sampai disini saja.


Beberapa hari ini susah sekali kamu dihubungi. Aku ingin menceritakan ini langsung tapi aku takut maksud ceritaku tidak tersampaikan secara lengkap karena kamu kurang menyukainya. Menyampaikan lewat telephone pun aku khawatir pesanku tidak tersampaikan secara utuh.
Mita, Perhatian yang saling kita bagi beberapa waktu lalu, pastilah bukan tanpa sebab. Jarak yang beberapa hari ini hadir pun pasti bukan tanpa alasan. Bagaimanapun aku adalah orang yang bersalah sebab kekacauan ini. Kebimbangan yang seharusnya dari awal aku sadari tidak perlu untuk dilanjutkan. Tapi entah kenapa saat itu kamu seakan-akan mengisyaratkan bahwa hal ini bukanlah hal yang susah untuk dilewati. Celakanya aku pun mengiyakan hal itu.


Waktu itu sangat dingin bukan?, sebenarnya aku tidak terlalu merasakan dingin malam itu. Tidak perlu sebenarnya kamu meletakkan jacket ketika aku tertidur sambil duduk. Waktu itu aku belum benar-benar terlelap. Setelah kejadian itu tatapanku tidak pernah berpaling dari kamu di kursi bus bagian depan.


Kamu memang paling jago mengelabuhi logika menggunakan hal-hal kecil yang sepele. Tasbih kayu gaharu yang wanginya semakin tercium ketika digunakan kamu berikan tanpa alasan. Katamu itu adalah hadiah. Semakin ku putar tasbih pemberianmu, semakin aku mencium beberapa hal yang tidak biasa. Sudah pasti ini bukan sekedar hadiah.


Beberapa hari setelahnya aku berikan gelang yang sudah lama aku miliki. Dan kamu langsung memakainya. Pastinya kamu merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan bukan?. Aku menaruh perasaanku dalam bulatan-bulatan pada gelang tersebut. Semenjak kamu memakai gelang itu, rasanya aku bisa merasakan irama denyut nadimu. Mungkinkah kamu merasakan detak jantungku ketika aku memakai dan mengalungkan tasbih pemberianmu?.


Kini rasanya kita sudah sama-sama menyadari. Hal ini sudah selayaknya diakhiri sebelum semakin menjadi-jadi. Terimakasih untuk perhatiannya beberapa waktu ini. Tapi mohon untuk tidak menjauh. Cukuplah seperti awal kita bertemu sebelum kamu menyelimutkan jaketmu pada malam itu. Jangan terlalu jauh. Beri saja sedikit ruang bagiku untuk peduli. Sedikit saja ruang untuk bisa menjadikan perasaan ini hanya singgah di tepi ruang perteman atau persahabatan.


Mita, sepertinya kamu sudah dekat dengan seseorang. Pesanku supaya jangan sampai kamu mentelantarkan hati itu nantinya. Hati yang sedang berlindung padamu itu sangatlah rentan. Dia sanggup mengorbankan segalanya untukmu, dia juga mampu hancur hingga kepingan terkecil ketika menahan kecewa. Janganlah kamu menanamnya terlalu dalam apabila belum yakin untuk membuatnya tumbuh semakin rindang.


Setelah ini aku tidak bisa lagi mengirim perhatian kecil seperti biasanya. Izinkan aku menyampaikan perhatianku untuk kali ini. Cintailah kesehatanmu, jangan telat makan, jangan lupa obatnya selalu diminum. Untuk lambungmu, sementara tahan dulu makan pedas. Memang rata-rata orang yang manis suka makan pedas, tapi untuk beberapa bulan pemulihan ini, tahan dulu ya. Jangan terlalu sering menginap di klinik. Mungkin saja aku tidak bisa lagi menjenguk seperti hari-hari kemarin.


Pandai-pandailah menjaga perasaan Mita. Tidak semua hati bisa sangat kuat ketika tidak mendapatkan pertedukan seperti yang kamu bicarakan dulu. Ada hati yang sangat rapuh di luar sana. Siapapun nanti yang akhirnya kamu pilih, jagalah. Jika kamu sudah mempunyai pilihan, pilihlah sekali saja. Jangan pernah memilih hanya untuk mencoba.


Terimakasih karena sudah memberiku perhatian beberapa waktu yang lalu. Di masa sulitku kamu selalu bisa meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Kini aku sudah terbiasa dengan kalimat itu. Maka, aku akan baik-baik saja. Sebaliknya, akupun berharap kamu juga akan baik-baik saja. Sudah pasti kamu akan baik-baik saja lah. Everything gonna be OK. Seperti yang sering kamu katakan bukan?.


Dan apabila kamu berkenan menjawab pesan ini sekalipun hanya sebatas kalimat "iya", atau "tidak", aku sangat berterimakasih. Dengan ini aku harus mundur. Maaf aku pernah berusaha maju untuk berjuang. Aku akan berusaha menganggap ini tidak pernah terjadi.


Sebagai kalimat terakhir yang ku sampaikan dengan melibatkan cinta. Sekali lagi ku pesan. Jangan sekali-kali mentelantarkan hati seorang yang nantinya akan datang padamu untuk meminta perlindungan. Jika memang sekiranya kamu tidak berkenan, suruhlah ia pergi lebih awal.


Semoga harimu dipenuhi keberuntungan. Semoga hatimu dipenuhi dengan cinta. Semoga waktumu dipenuhi dengan kebaikan.
Wassalamualaikum.


Setelah membaca pesan dalam buku saku yang di beri oleh Prabu, Sasmita menyimpan tasbih yang dikembalikan oleh prabu ke dalam sebuah kotak. Sasmita memasukkan  kertas kecil yang bertuliskan "aku kembalikan lagi tasbih ini. Aku masih ingin mendengarkan detak jantungmu." Kemudian disimpan kotak itu di samping bantal. Nur memejamkan mata sambil memikirkan apa yang akan dia ucapkan pada Prabu ketika bertemu nanti saat memberikan kotak itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun