Mohon tunggu...
Erwanda Fathoni Prasetya
Erwanda Fathoni Prasetya Mohon Tunggu... Lainnya - Kisah tidak nyata

Ada beberapa kalimat yang hanya bisa diungkapkan dalam tulisan. Ada beberapa cerita yang hanya bisa dimengerti lewat baris kata-kata. Ada beberapa sebab yang hanya bisa dijawab dengan paragraf.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Dari Prabu untuk Nirwana

14 Mei 2020   04:45 Diperbarui: 14 Mei 2020   04:53 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Beberapa hari setelahnya aku berikan gelang yang sudah lama aku miliki. Dan kamu langsung memakainya. Pastinya kamu merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan bukan?. Aku menaruh perasaanku dalam bulatan-bulatan pada gelang tersebut. Semenjak kamu memakai gelang itu, rasanya aku bisa merasakan irama denyut nadimu. Mungkinkah kamu merasakan detak jantungku ketika aku memakai dan mengalungkan tasbih pemberianmu?.


Kini rasanya kita sudah sama-sama menyadari. Hal ini sudah selayaknya diakhiri sebelum semakin menjadi-jadi. Terimakasih untuk perhatiannya beberapa waktu ini. Tapi mohon untuk tidak menjauh. Cukuplah seperti awal kita bertemu sebelum kamu menyelimutkan jaketmu pada malam itu. Jangan terlalu jauh. Beri saja sedikit ruang bagiku untuk peduli. Sedikit saja ruang untuk bisa menjadikan perasaan ini hanya singgah di tepi ruang perteman atau persahabatan.


Mita, sepertinya kamu sudah dekat dengan seseorang. Pesanku supaya jangan sampai kamu mentelantarkan hati itu nantinya. Hati yang sedang berlindung padamu itu sangatlah rentan. Dia sanggup mengorbankan segalanya untukmu, dia juga mampu hancur hingga kepingan terkecil ketika menahan kecewa. Janganlah kamu menanamnya terlalu dalam apabila belum yakin untuk membuatnya tumbuh semakin rindang.


Setelah ini aku tidak bisa lagi mengirim perhatian kecil seperti biasanya. Izinkan aku menyampaikan perhatianku untuk kali ini. Cintailah kesehatanmu, jangan telat makan, jangan lupa obatnya selalu diminum. Untuk lambungmu, sementara tahan dulu makan pedas. Memang rata-rata orang yang manis suka makan pedas, tapi untuk beberapa bulan pemulihan ini, tahan dulu ya. Jangan terlalu sering menginap di klinik. Mungkin saja aku tidak bisa lagi menjenguk seperti hari-hari kemarin.


Pandai-pandailah menjaga perasaan Mita. Tidak semua hati bisa sangat kuat ketika tidak mendapatkan pertedukan seperti yang kamu bicarakan dulu. Ada hati yang sangat rapuh di luar sana. Siapapun nanti yang akhirnya kamu pilih, jagalah. Jika kamu sudah mempunyai pilihan, pilihlah sekali saja. Jangan pernah memilih hanya untuk mencoba.


Terimakasih karena sudah memberiku perhatian beberapa waktu yang lalu. Di masa sulitku kamu selalu bisa meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Kini aku sudah terbiasa dengan kalimat itu. Maka, aku akan baik-baik saja. Sebaliknya, akupun berharap kamu juga akan baik-baik saja. Sudah pasti kamu akan baik-baik saja lah. Everything gonna be OK. Seperti yang sering kamu katakan bukan?.


Dan apabila kamu berkenan menjawab pesan ini sekalipun hanya sebatas kalimat "iya", atau "tidak", aku sangat berterimakasih. Dengan ini aku harus mundur. Maaf aku pernah berusaha maju untuk berjuang. Aku akan berusaha menganggap ini tidak pernah terjadi.


Sebagai kalimat terakhir yang ku sampaikan dengan melibatkan cinta. Sekali lagi ku pesan. Jangan sekali-kali mentelantarkan hati seorang yang nantinya akan datang padamu untuk meminta perlindungan. Jika memang sekiranya kamu tidak berkenan, suruhlah ia pergi lebih awal.


Semoga harimu dipenuhi keberuntungan. Semoga hatimu dipenuhi dengan cinta. Semoga waktumu dipenuhi dengan kebaikan.
Wassalamualaikum.


Setelah membaca pesan dalam buku saku yang di beri oleh Prabu, Sasmita menyimpan tasbih yang dikembalikan oleh prabu ke dalam sebuah kotak. Sasmita memasukkan  kertas kecil yang bertuliskan "aku kembalikan lagi tasbih ini. Aku masih ingin mendengarkan detak jantungmu." Kemudian disimpan kotak itu di samping bantal. Nur memejamkan mata sambil memikirkan apa yang akan dia ucapkan pada Prabu ketika bertemu nanti saat memberikan kotak itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun