Mohon tunggu...
Erwanda Rahayu Puji Ningsih
Erwanda Rahayu Puji Ningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Agroekoteknologi FP UB 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Integritasi Iman dan Ilmu

7 Desember 2021   15:29 Diperbarui: 7 Desember 2021   15:38 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak

Penulisan artikel ini mengkaji tentang definisi iman dan ilmu dalam beberapa aspek pandangan para penafsir. Setelah mengetahui definisi iman dan ilmu dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), kemudian menganalisis bentuk-bentuk iman dan ilmu. Bentuk iman meliputi 6 rukun iman, yaitu iman kepada Allah, iman kepada Malaikat Allah, iman kepada kitab Allah, iman kepada Rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir Allah. Sedangkan ilmu dibedakan menjadi 3 macam, yaitu ilmu kealaman, ilmu sosial, dan ilmu humaniora. Selanjutnya lanjut menganalisis keterikatan atau integrasi antara iman dan ilmu dan bagaimana langkah langkah mewujudkan integrasi iman dan ilmu dalam kehidupan.

PENDAHULUAN

Pada dasarnya setiap orang memiliki fitrah berupa kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Fitrah mereka yaitu fitrah beragama dan paham akan tauhid yang dijadikan oleh Allah swt. pada awal mula manusia diciptakan. Islam adalah agama yang mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan dan keimanan seseorang merupakan sesuatu yang saling berhubungan dan saling melengkapi. Iman berarti percaya, pengakuan dengan lisan dan pembenaran dengan hati. Sedangkan menurut Cornelius Benjamin, ilmu merupakan cabang pendidikan fikrah yang merupakan kajian terstruktur mengenai berbagai pengetahuan, terutama tentang tata cara atau metode, persepsi, pendapat serta berbagai informasi umum mengenai cabang-cabang pengetahuan intelektual. Ilmu juga bisa disebut sebagai pencarian abadi untuk pemahaman yang cerdas dan terintegrasi dari dunia tempat kita hidup.

Dalam pengembangan keimanan agama dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya tidak saling bertabrakan satu sama lain. Pengembangan keimanan agama diharapkan tidak menghambat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan pengembangan pengetahuan dan teknologi seharusnya juga tidak mengganggu pengembangan keimanan dan kehidupan beragama.

Keterikatan antara iman dan ilmu seharusnya tidak ada perselisihan, bersifat integral, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Salah satu hal yang membuat agama Islam berbeda dengan agama yang lainnya yaitu penekanannya terhadap masalah ilmu. Al-Qur'an dan hadis yang merupakan sumber aturan agama Islam banyak menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan mempelajari ilmu pengetahuan. Di dalam Al-Qur'an, kata "al-ilm" dalam kata jadinya, digunakan lebih dari 780 kali. (Ghuslyani, 1988). Juga diwajibkan untuk setiap umat Islam menuntut ilmu, baik ilmu tentang keagamaan maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana dalam hadis yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad saw., "menuntut ilmu itu wajib atas setiap umat muslim" (H.R. Ibnu Majah).

LANDASAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Nurcholish Madjid dalam Islam Doktrin dan Peradaban menulis bahwa sikap orang-orang muslim begitu positif terhadap berbagai budaya bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu, peradaban Islam menjadi maju dan mampu menyatukan khazanah bersama secara internasional dan kosmopolit. Sebelum peradaban Islam, ilmu pengetahuan memang sudah ada, hanya saja ia bersifat nasionalistikdan parokialistik, dengan ketertutupan masing-masing dari pengaruh luar karena merasa paling benar. Nurcholish Madjid juga berpendapat bahwa umat Islam klasik menjadi pemimpin intelektual dunia sekurang-kurangnya selama 4 abad, masa keemasannyapada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid dan Al-Makmun, putranya, yang secara berurutan memerintah dari tahun 783 hingga 933. Di saat itu, barat (Eropa Kristen) masih dalam kegelapan mutlak, bahkan pada tahun 1000 masih sedemikian terbelakangnya dan mesti bersandar secara total terhadap ilmu pengetahuan dunia Islam.5 Singkatnya, Umat Islam pada masa klasik benar-benar menjadi ummatan wasathan, umat penengah, dan umat yang maju, baik dari segi kebudayaanmaupun peradabannya.

Quraish Shihab dalam Wawasan Alquranmenyatakan bahwa teknologi dan hasil-hasilnya di menjadi alat untuk mengingatkan manusia kepada Allah, serta mengingatkan bahwa manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala yang ada di alam raya ini.Jika alat atau mesin dijadikan sebagai gambaran konkret teknologi, dapat dikatakan bahwa pada mulanya teknologi merupakan perpanjangan organ manusia. Lalu manusia menciptakan pisau sebagai alat pemotong, alatini menjadi perpanjangan tangannya. Alat tersebut disesuaikan terhadap kebutuhan dan organ manusia. Alat itu sepenuhnya tunduk kepada pemakainya, melebihi tunduknya budak kepada tuannya. Kemudian teknologi berkembang, dengan memadukan sekian banyak alat sehingga menjadi mesin. Kereta, mesin giling, dan sebagainya, semuanya berkembang, khususnya ketika mesin tidak lagi menggunakan sumber energi manusia atau binatang, melainkan air, uap, api, angin, dan sebagainya. Pesawat udara, misalnya, adalah mesin. Kini, pesawat udara tidak lagi menjadi perpanjangan organ manusia, tetapi perluasan atau penciptaan organ baru manusia. 

Bukankah manusia tidak memiliki sayap yang memungkinkannya untuk terbang? Namun dengan pesawat, ia seperti memiliki sayap. Maka alat atau mesin tidak lagi menjadi budak, tetapi menjadi kawan manusia.6 dari hari ke hari tercipta mesin-mesin yang semakin canggih. Masin-mesin tersebut -melalui daya akal manusia - digabung-gabungkan dengan yang lainnya, yang membuat semakin kompleks, serta tidak bisa lagi dikendalikan oleh seorang saja. Tetapi akhirnya mesin dapat mengerjakan tugas yang dulu mesti dilakukan banyak orang. Pada tahap ini, mesin telah menjadi semacam "tandingan" manusia, atau lawan yang harus disiasati agar mau mengikuti kehendak manusia.Dewasa ini telah lahit teknologi- khususnya dalam bidang rekayasa genetika-yangmenumbulkan kekhawatiran menjadikan alat sebagai majikan, karena mampu menciptakan bakal-bakal "majikan" yang akan diperbudak dan ditundukkan oleh alat. Jika begitu, jelasini bertentangan dengan kedua catatan yang disebutkan terdahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun