Pegawai negeri, pengusaha lokal, dan tuan tanah di kampung saya kebanyakan memiliki sapi namun bukan mereka yang turun tangan mengelolanya secara teknis. Â Sapi tersebut di berikan kepada orang lain untuk dipelihara dengan imbalan bagi hasil. Â Pengetahuan tentang persapian kepada orang yang dititipi juga terbatas, bahkan banyak terjadi kasus kematian karena ketidakmampuan menangani permasalahan teknis.
5. Skala Usaha
Seorang peternak, dengan keadaan konflik hewan tanaman sebagaimana pembahasan sebelumnya, hanya dapat memelihara sapi sebanyak 10 ekor, lebih dari itu yakinlah si peternak akan cepat kelelahan.
6. "Without Wafer" Mirisnya
Pernah saya mengikuti pelatihan pembuatan pakan sapi di kupang Nusa Tenggara Timur, berbagai modifikasi pakan untuk pemenuhan gizi sapi telah banyak diramu oleh para ilmuan ternak kita, namun desimenasi di lapangan sangat terbatas. Â Wafer yang dibuat dari rumputan kaya nutrisi sangat jarang diterapkan petani secara berkelanjutan.
7. Program IB yang sesat
Inseminasi Buatan yang seharusnya mendukung keberlanjutan penambahan populasi justru terkadang merusak sistem reproduksi sapi lokal, hal ini terjadi karena semen jenis limosin atau brahman di insem ke dalam ovarium sapi bali. Â Ukuran pedet yang lahir menjadi sangat besar sehingga merusak organ reproduksi sapi bali.
8. Melepasnya di dalam hutan
Pernah sekali waktu saya melewati cagar alam, didalam cagar alam itu terlihat begitu banyak sapi yang telah dikalungi. Â Menurut pemandu saya waktu itu, sapi tersebut memiliki pemilik di kampung sekitar cagar alam, pemilik sapi hanya menjenguk sapi mereka jika ada yang membelinya dalam jumlah besar. Â jika ada yang hendak membeli 9 ekor, maka si empunya meminta tolong kepada grup penangkap untuk menangkap sapinya dan grup itu di imbali dengan seekor sapi. Â Mungkin inilah yang menyebabkan penyebutan pulau sumbawa sebagai pulau sapi dalam kitab sutasoma.
9. Memelihara dibawah kolong rumah panggung
Hal ini terjadi beberapa tahun lalu ketika sering terjadi kasus perampokan. Â Sekarang karena rumah panggung semakin sedikit jumlahnya para peternak memasukkan sapi sapi mereka ke dalam rumah bagian belakang (rumah permanen) untuk menghindari perampok sapi yang kerap meraja lela di pesisir utara sumbawa.