Life is like riding bicycle, to keep you balance you must keep moving
(Albert Einstein)
Disela sela memimpin negeri ini, Bapak presiden Joko widodo kerap terlihat bersama para warga pengayuh sepeda, baik dihalaman istana maupun diseputaran Gelora Bung Karno. Bersepeda bagi Pak Jokowi tidak hanya dimulai sejak menjadi presiden untuk mengambil simpati rakyat, tetapi sejak menjadi walikota solo hingga gubernur DKI beliau telah sering berinteraksi dengan warga melalui media sepeda, bahkan konon sebagaimana diceritakan dalam film tentang perjuangan ayah Pak Jokowi, beliau selalu dipindah rumahkan menggunakan sepeda oleh sang Ayah. Jadi wajarlah jika sepeda sangat lekat dengan keseharian Pak Jokowi.
Bersepeda mungkin saja memiliki arti filosofi sendiri dimata Pak Jokowi, ketika permasalahan negeri ini dirasakan terlalu pelik, Pak Jokowi memperlihatkan diri sebagai sosok yang santai, salah satu wujudnya yaitu dengan keluar rumah untuk mengayuh sepeda. Media sosial sangat berperan dalam menginformasikan aktifitas bersepeda Pak Jokowi, mungkin kita geleng geleng kepala mengenai pembagian waktu antara Pak Jokowi sebagai seorang presiden dan Pak Jokowi sebagai pesepeda. Akan tetapi penulis meyakini, justru melalui kegiatan bersepeda, Pak Jokowi banyak mendapatkan inspirasi dalam mengurai benang kusut permasalahan bangsa yang tengah dihadapi sekarang.
Bersepeda terdiri dari tiga unsur yaitu sepeda itu sendiri, pesepedanya, dan teknik penggunaannya. Seorang kepala negara seperti pak jokowi, ketika mengayuh sepeda mungkin pernah terbersit dalam benaknya untuk menganalogikan sepeda sebagai sebuah negara. Dalam bersepeda ada keadaan jalan dan potensi sepeda yang harus diketahui, ada tujuan yang hendak dicapai, ada target masalah yang hendak diselesaikan, dan ada ikhtiar untuk memudahkan penyelesaian masalah. Sebagaimana bersepeda, memimpin negara juga demikian adanya. Tak ayal lagi bahwa bersepeda seperti layaknya memimpin sebuah negara.
Mungkin bagi pak jokowi yang hobi bersepeda, desain sepeda bukan hanya untuk kenyamanan semata, karena jika hanya ingin kenyamanan semata bukanlah sepeda tempatnya. Tetapi lebih jauh dari itu, ada nilai filosofi yang terkandung pada sistem sepeda yaitu tentang distribusi energi dari sipengayuh yang tersalurkan pada implikasi gerakan sepeda, semakin efisien penyaluran energi terhadap gerak maju maka semakin tinggi kualitas sebuah sepeda.
Distribusi energi yang diberikan oleh kayuhan pada dasarnya menggunakan prinsip pemindahan energi dari tindihan kaki ke roda melalui rantai. Dalam urusan pemerintahan, energi kaki dapat dianalogikan sebagai anggaran belanja yang dialirkan pada program program pembangunan untuk memacu perputaran roda ekonomi. Sistem distribusi energi sepeda haruslah efisien dalam memindahkan energi, semakin kecil hambatan pada sistem maka semakin besar energi yang diterima oleh roda untuk bergerak maju. Pada pemerintahan, hambatan hambatan penyaluran anggaran dilakukan oleh koruptor dengan membajak aliran anggaran.
Upaya penanganan bajak anggaran dilakukan dengan program intensifikasi kinerja lembaga yudikatif seperti kejaksaan dan KPK. Beberapa kasus telah terungkap dan membui pelakunya, sedangkan penanganan secara sistemik sedang dilakukan perancangan agar kasus yang serupa tidak terulang lagi. Pada sistem sepeda juga demikian halnya, keadaan rantai yang longgar dan berkarat memakan energi besar dari kaki namun berimplikasi sedikit terhadap perputaran roda, permasalahan longgar dan karat harus diselesaikan dengan menggantinya sekaligus.
Pedal merupakan komponen pertama yang menerima energi dari kaki, Sifat alas pedal yang bergerigi sangat baik dalam menjaga kepakeman kaki sehingga tidak mudah selip. Pedal berhelai pada engkol yang dihubungkan oleh persendian berupa pelor pelor kecil untuk memudahkan putaran pedal. Persendian pedal haruslah kuat agar tidak mudah goyah menghadapi hujaman kaki yang terus menerus mengalirkan energi, kualitas pedal sangat diperhatikan oleh pesepeda karena perpindahan energi dimulai dari situ. Ibarat Pedal, pada pemerintah yang kuat haruslah ditopang oleh kabinet yang mampu bekerja secara terus menerus dalam menyalurkan anggaran kepada sasaran pembangunan, kabinet yang pertama kali menyalurkan anggaran yaitu kementerian keuangan, kementerian ini haruslah pakem dan tahan godaan dalam mengelola keuangan negara.
Poros As Gir depan haruslah tahan menghadapi rotasi tangkai pedal yang berputar secara terus menerus, sistem rotasi Gir depan terdiri dari butiran pelor yang kuat dan senantiasa memerlukan pelumasan, desain gerigi pada gir dan rantai yang saling kongruen membantu pergerakan menjadi lebih ringan. Poros as belakang yang menyatukan roda dan gir belakang juga sebagaimana poros as gir depan, bahkan harus lebih kuat karena menanggung beban gravitasi si pengayuh secara sekaligus. Pada pemerintahan, kekompakan antar kabinet sangat diperlukan untuk akselerasi program pembangunan agar tidak tumpang tindih.
Roda merupakan penyebab laju. semakin cepat roda berputar semakin tinggi laju yang dihasilkan. Setiap pemerintahan senantiasa mengharapkan roda pembangunan berjalan cepat untuk menghasilkan kemajuan, namun banyak pemerintahan di dunia tidak menyadari bahwa perputaran roda didasarkan pada mekanisme perpindahan energi di kabinet dan memerlukan singkronisasi menyeluruh.
Pengendalian laju sepeda terdiri dari stang dan rem, stang yang kuat dan rem yang kuat menyebabkan kepercayaan diri sipengemudi dalam mengarahkan dan mengendalikan kecepatan sepeda. Pada pemerintahan, stang dapat dianalogikan sebagai kekuasaan pemimpin yang tidak dapat diganggu gugat oleh pihak manapun, dan rem sebagai kemampuan pemimpin dalam mengakselerasi gerakan sepeda agar sesuai dengan tantangan pemerintahan yang tengah dihadapi.
Sistem rangka sepeda sangat menunjang dalam menyatukan semua komponen fungsional baik sistem penyaluran energi, sistem roda, saddle, dan stang. Kekuatan rangka sangat ditentukan oleh bahan yang digunakan. Massa bahan rangka baik ringan ataupun berat menjadi nilai tambah untuk pertimbangan kualitas, semakin kuat dan ringan tentunya kualitas sepeda semakin baik. Pemerintahan dengan kerangka kabinet yang kuat, sangat menunjang roda pemerintahan untuk menjalan fungsinya. Biasanya dalam kabinet terdapat kementerian koordinator sebagai tempat melekatnya beberapa kementerian, kemenetrian koordinator inilah sebagai simpul simpul kerangka kabunet yang harus diperkuat agar fungsi kabinet berjalan dengan lebih baik.
Kepribadian yang kuat dari Pak Jokowi dapat dimaknai bahwa bersepeda bukan hanya tentang Sepedanya (alat), tetapi lebih jauh lagi tentang kemampuan si pengayuhnya dalam menggerakkan sistem sepeda secara berirama. Nafas yang panjang belum tentu bertahan dalam medan datar mulus sekalipun, kaki yang kokoh belum tentu kuat memutar pedal meskipun berbetis besar dan keras, dan tangan yang kuat belum tentu sanggup mengarahkan sepeda secara terus menerus pada arah yang benar meskipun otot bisep dan trisep yang menonjol.
Pemerintahan Pak Jokowi yang kabinetnya terdiri dari kalangan politisi dan profesional secara alami terjadi mekanisme penyeimbangan, sesekali terlihat sangat jelas riuh di media dalam menanggapi suatu kebijakan, namun hal ini merupakan tuntutan penyeimbangan, agar tangan, kaki dan nafas pemerintahan berjalan secara seimbang. Tentunya kita sering mendengar sindiran pak Rizal Ramli kepada kementerian lain bahkan kepada Pak JK sang wakil Presiden, yang pada intinya menunjukkan arah keseimbangan.
Jika dilihat lebih dalam mengenai program program pembangunan yang di “gong” kan oleh pak Jokowi, pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara bukan hanya tentang bergerak maju, tetapi juga tentang keseimbangan. Hal ini dapat dirasakan ketika Pak Jokowi mencanangkan pembangunan infrastruktur besar-besaran untuk kemajuan masa depan bangsa, namun disisi lain kebijakan untuk menyeimbangkan kesejahteraan rakyat sebagai akibat pembangunan infrastruktur juga sangat berlimpah termasuk pembiayaan usaha usaha yang digeluti masyarakat, salah satunya seperti penambahan anggaran Kementerian Pertanian yang dapat membantu menyejahterakan petani.
Mungkin bagi Pak Jokowi, bersepeda itu tentang mencapai tujuan dengan tenaga seefisien mungkin. Hambatan internal dari sistem sepeda itu sendiri harus dikurangi sebanyak mungkin, sebagaimana dalam memimpin Pak Jokowi selalu berprinsip bahwa rantai birokrasi harus dipangkas sedemikian rupa, agar hambatan dibuat seminimal mungkin. Hal ini terlihat dalam kebijakannya yang baru baru ini dirilis mengenai penghapusan ribuan Peraturan Daerah yang menghambat investasi domestik dan asing di bumi pertiwi.
Mungkin bagi Pak Jokowi, Jalan kehidupan tidak melulu datar, ada kalanya terjal menanjak dan ada kalanya menukik turun. Seni bersepeda adalah bagaimana menjadikan setiap momen kayuhan begitu berharga baik pada saat jalan datar, jalan turunan dan jalan menanjak.
Pesepeda terkadang memanfaatkan turunan sebagai momen mengayuh pedal sekuat-kuatnya, padahal momen turunan menyebabkan perputaran roda semakin cepat karena tambahan energi potensial sebagai akibat gaya gravitasi. Memutar pedal sekuat mungkin saat turunan merupakan pemborosan energi si pesepeda, selayaknya ketika turunan hendak berakhir, barulah pedal dikayuh sekuat mungkin sebagai tambahan dorongan kedepan untuk memudahkan tanjakan yang menghadang setelah turunan.
Pemerintahan pak Jokowi juga demikian, sebagai contoh pada Kementerian yang mengurusi parisiwisata pada mulanya mendapatkan anggaran yang besar untuk membenahi infrastruktur pariwisata, namun setelah pertumbuhan wisatawan telah dianggap tinggi maka anggaran yang besar dialihkan ke sektor lain agar momen wisatawan dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan nilai tambah yang besar bagi sektor lain seperti pengembangan UKM yang memproduksi cinderamata.
Masa sekarang ini, perkembangan teknologi telah memudahkan manusia untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan tenaga mesin, namun percayalah bahwa sepeda tetap memiliki makna filosofi tersendiri. Ajarilah anak-anak kita untuk bersepeda agar ia memahami sistem distribusi energi sepeda, dan sistem kendali sepeda. Kelak anak-anak memiliki sikap melek efisiensi energi dan kepemimpinan yang kuat.
Belikanlah anak anak kita Sepeda Wimcycle agar ia dapat belajar filosofi kepemimpinan, jika tidak dapat membelikan yang baru maka yang bekas pun justru mendapatkan nilai tambah yang lebih banyak, dengan membeli sepeda Wimcycle bekas dan rusak si anak dapat belajar bagaimana memperbaikinya terlebih dahulu, dari situlah ia banyak belajar tentang filosofi kepemimpinan. Melalui sepeda WImcycle, semoga anak-anak kita kelak menjadi pemimpin bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI