Di tengah jalan saya agak bingung dengan arah di google map sehingga saya bertanya kepada seorang ibu di dekat saya. Sepertinya ibu tersebut tidak bisa berbahasa Inggris, hanya sepatah dua patah kata saja, tapi dari isyarat yang saya tangkap beliau juga hendak menuju ke stasiun yang sama dengan saya. Akhirnya bersama ibu tersebut saya berhasil mencapai stasiun yang tepat dan bisa naik kereta menuju Narita.
Kejadian berikutnya yang membuat saya bingung mengenai arah stasiun adalah ketika saya hendak pulang ke hotel dari Government Building di Shinjuku untuk melihat pemandangan kota Tokyo dari lantai atas Gedung tersebut. Hari sudah malam, kadang google saya tiba-tiba berubah arahnya yang membuat saya menjadi bingung. Hasil dari google menunjukkan saya bisa naik dari stasiun dekat gedung tersebut sehingga tidak perlu kembali lagi ke Stasiun Shinjuku yang letaknya lebih jauh.
Akhirnya dari pada sudah terlanjur jalan jauh tetapi salah, saya mencoba bertanya kepada seorang wanita pekerja yang sedang berjalan pulang kantor. Saya menunjukkan rute yang hendak saya tempuh dan beliau tiba-tiba saja berjalan bersama saya.Â
Saya kira beliau memang menuju arah yang sama dengan saya, tetapi ketika sudah mencapai ujung dari suatu lorong, beliau menunjuk ke arah lorong tersebut supaya saya menuju ke sana dan dia kembali lagi ke arah lain. Oh, ternyata beliau berjalan bersama saya untuk menunjukkan jalan ke stasiun.Â
Memang orang Jepang rata-rata tidak bisa berbahasa Inggris, sehingga mereka rela mengantar kita sampai tempat tujuan karena tidak bisa mengatakannya dalam Bahasa Inggris. Saya sangat kagum atas kebaikan orang-orang Jepang yang saya temui selama perjalanan. Mereka sangat baik dan membantu dengan tulus. Mereka sadar bahwa turis asing adalah devisa utama dari negara mereka sehingga harus diperlakukan dengan baik dan hormat.
Saya masih mempunyai dua kali lagi pengalaman dibantu oleh penduduk asli Jepang masalah salah arah ini. Semuanya dibantu dengan sangat baik dan dengan info yang jelas. Salah satunya ketika saya menuju ke Odaiba dari Asakusa. Rute yang saya ikuti di google ternyata mengharuskan saya pindah ke moda transportasi bus dari stasiun MRT.Â
Saya bingung menemukan halte tersebut karena di google map tidak terlalu jelas.Terpaksa saya bertanya ke pos polisi karena saat itu hujan rintik-rintik, suasana sepi sehingga tidak ada orang yang melintas dekat saya. Kalau ada yang melintas mereka berjalan cepat sekali menunjukkan bahwa mereka sedang buru-buru dan saya tidak enak untuk mengganggu.Â
Di pos polisi itu saya dibantu dengan baik sekali, polisi tersebut langsung mengerti hal yang saya tanyakan. Walaupun tidak bisa berbahasa Inggris, beliau sudah menyiapkan selembar kertas yang dilaminating dengan gambar jalan dan gedung-gedung sehingga bisa menjelaskan dengan mudah melalui gambar jalan yang tertera di kertas tersebut.Â
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa sampai di Odaiba setelah menemukan halte yang dimaksud. Jadinya saya beruntung, bisa merasakan naik bus di Tokyo dan bus ke Odaiba ini melalui jalan layang yang bersusun dengan pemandangan yang cantik sekali. Odaiba adalah pantai reklamasi sehingga pagi itu saya bisa melihat pemandangan laut, walaupun cuaca mendung. Pulangnya saya naik MRT yang terletak di atas jembatan dengan pemandangan yang tidak kalah cantik. Yang saya kagum, sopir MRT saya adalah seorang perempuan. Wah, keren ya.
Perjalanan ke Jepang kali ini memang membawa banyak sekali pengalaman baru dan membuat saya ingin kembali lagi kesana. Negaranya aman dengan transportasinya yang modern, penduduknya yang teratur, beberapa kali saya melihat antrian yang rapi bahkan ketika hendak merokok di bilik khusus yang disediakan.Â
Jadi mereka tidak bisa merokok sembarangan dan hanya bisa di tempat tertentu saja. Peralatannya yang canggih terutama toiletnya yang ada alat pemanasnya serta tombol-tombol lain dengan berbagai fungsi. Dan yang pasti keramahan penduduknya yang membuat saya betah berada di Jepang, kerelaan mereka untuk membantu dengan tulus dan sepenuh hati membuat saya jatuh cinta dengan Jepang.