Dok Pribadi
Setelah beristirahat dan foto-foto, kloter pertama mulai pindah ke sebuah gua dengan melalui tangga besi yang menyamping, dan ini bikin deg-degan gila, karena berada di ketinggian 150 meter dan kalau melihat ke bawah yang ada hanya pepohonan lebat.Â
Saat itu waktu sudah menunjukkan jam 5 sore dan gerimis kecil mulai turun, udara dingin mulai terasa. Udara dingin menambah dingin tangan saya dan saya hanya bisa pasrah karena tahap selanjutnya, saya akan melakukan turun tebing dengan cara rappelling alias memakai tali.Â
Jadi tidak seperti naik yang memakai tangga, untuk turun kami dihela dengan tali yang dipegang oleh kang Ajo dan saya hanya tinggal berpegangan pada tali dan kaki menjejak ke dinding tebing serta melangkah mundur. Kang Ajo sebagai pemandu mengatakan bahwa tali aman dan kami harus percaya kepada kang Ajo yang menghela tali tersebut dari atas.
Sumpah mati, ini deg-degannya luar biasa. Tapi the show must go on, dan sambil mengucapkan Bismillah ratusan kali, saya berpegangan tali dan mulai turun.
Dok Pribadi
Untuk turun secara rappelling ini ada 2 tahap. Karena panjang tali tidak mencukupi jadi nanti akan stop dulu di suatu perhentian, dan nanti akan sambung lagi dengan tali berikutnya yang di hela oleh mas Bondan
Turun secara rapelling berjalan lancar, saya berusaha agar badan tetap tegak dan kaki menjejak ke dinding mengikuti irama uluran tali. Sampai akhirnya uluran tali berhenti dan saya tergantung.Â
Otomatis saya berteriak karena merasa akan jatuh. Ternyata shelter untuk perhentian pertama letaknya agak ke kiri sedikit yang membutuhkan bantuan dari peserta sebelumnya untuk membantu menarik badan saya.Â