Tiba-tiba, saya mendengar Mak Del memanggil, beliau sudah ada di sebelah saya dan mengajak berlari bersama alias menjadi pacer. “Ayo semangat, sebentar lagi finish” kata Mak Del. Ayunan langkah kaki saya semakin cepat megikuti langkah Mak Del dan ajaib tiba-tiba kaki saya tidak sakit lagi dan bisa berlari lebih cepat. Akhirnya setelah belok kiri gerbang garis Finish tampak juga, “Waktu sudah tinggal 10 menit lagi” Mak Del berteriak mengingatkan kepada semua peserta yang hendak memasuki garis finish. Tampak dua orang pelari perempuan juga sama susah payahnya seperti saya berlari berjuang menuju garis finish. Dan setelah berjuang dengan sekuat tenaga akhirnya saya berhasil juga menyentuh garis Finish.
Segala macam perasaan bercampur aduk saat itu, antara senang, stress, haru dan lega bercampur jadi satu. Masih dengan tatapan kosong setengah tidak percaya, saya melihat Dessy dengan wajah gembira memberi selamat, begitu juga si Mang. Tidak sampai pingsan, tetapi saya merasa kaki saya tiba-tiba lemas, rasanya lega luar biasa. Panas matahari Bali tepat jam 12 siang sudah tidak terasa lagi. Walaupun betis terasa sakit tetapi saya masih bisa berjalan untuk mengambil medali, kaos finisher, pisang dan minuman. Barulah rasa senang dan bangga melanda, akhirnya berhasil finish Full Marathon di Bali pada umur 40 tahun. Salah satu resolusi saya di tahun 2014 ini telah tercapai.
Ternyata setelah hasil race keluar, saya berhasil finish 7 menit sebelum COT alias 6.53. OMG. Nyaris saja saya kena COT. Dan Mak Del yang tiba-tiba datang dari depan itu, ternyata beliau sedang berlari meneruskan FM nya supaya genap 53 km, lari dalam rangka ulang tahunnya yang ke 53. Beruntunglah saya bertemu dengannya karena saya bisa finish FM lebih cepat. Kalau tidak, ah...saya nggak berani membayangkannya. Walaupun mungkin finish lebih dari 7 jam dan tetap diberi medali serta kaos finisher tapi tetap saja, pasti rasanya berbeda dengan finish dibawah cut off time.
Tambahan :
Setelah kemarin mengamati acara lari Jakarta Marathon, saya ternyata tidak jadi menyesal memilih first Full Marathon di Bali. Yah, anggap saja itu hanya penyesalan sesaat karena sedang terserang mental block sewaktu berada di tengah panasnya udara Bali. Jika mengikuti FM di Jakarta memang biaya lebih murah karena tidak perlu membayar biaya pesawat dan akomodasi lainnya. Tetapi, alasan sebenarnya saya memilih FM di Bali, supaya bisa sekalian liburan. Apalagi kemarin setelah race, saya istirahat total sehingga keesokan harinya badan saya sudah segar kembali dan bisa liburan di pantai Pandawa yang cantik.
Jadi, tahun depan, target FM dimana lagi ya... sepertinya Bromo Marathon boleh dicoba nih, sekalian liburan lagi pastinya. Dan, harus lebih serius latihan supaya hasilnya maksimal dan tidak menderita lagi.