Mohon tunggu...
Ervina Susan
Ervina Susan Mohon Tunggu... Lainnya - IRT, penulis dan blogger.

Ibu rumah tangga dengan dua orang anak. Hobi menulis, membaca dan nonton film. Perempuan yang suka banget ama capuccino panas dan aroma hujan.

Selanjutnya

Tutup

Film

Belajar Rendah Hati dari Film "The Last Word"

23 April 2021   20:34 Diperbarui: 23 April 2021   20:42 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: strathclydetelegraph.com

Harriet, perempuan tua yang sangat perfeksionis. Hidup sebatang kara di rumahnya yang sangat rapi dan bersih. Tidak ada yang ingin menemani masa tuanya, bahkan anak perempuannya sekali pun. Dia memiliki tukang kebun, tetapi dia sendiri yang mengerjakan semuanya. Mulai dari memangkas rumput dengan pola berlian sampai memangkas pagar tanamannya sendiri. Dia memiliki tukang masak pribadi, tetapi dia selalu mengambil alih pekerjaan si tukang masak saat di dapur. Dia datang ke salon, tetapi dia merapikan potongan rambutnya sendiri. Seolah penata rambut yang bekerja di salon tidak kompeten.

Dia selalu meremehkan hasil pekerjaan orang lain. Dia sosok yang menyebalkan dan tidak ada satu pun orang yang betah berlama-lama di dekatnya.

Suatu malam, di titik jenuh kehidupannya yang sepi, Harriet menenggak empat butir obat penenang dengan segelas anggur merah. Alhasil, dia mengalami over dosis dan dilarikan ke rumah sakit. Di rumah sakit, sikapnya yang angkuh menyebabkan perseteruan dengan dokter yang sedang merawatnya. Bukannya berterima kasih, tetapi sikapnya yang menyebalkan malah membuat si dokter bertindak sekadar kewajiban. Dia tetap menyebalkan, bahkan di saat dia sedang butuh pertolongan.

Suatu hari, tanpa sengaja, Harriet membaca kolom berita kematian di surat kabar. Kolom yang memberitakan tentang kematian seseorang dengan rangkaian kata-kata terakhir yang indah yang menggambarkan sosok mendiang semasa hidupnya. Biasanya berita ini dicetak di surat kabar atas permintaan keluarga yang ditinggalkan. Hal ini untuk memberitakan kepada pembaca yang mungkin mengenal mendiang semasa hidupnya. Harriet mengenal beberapa dari mereka yang diberitakan dan tidak setuju jika mendiang itu digambarkan sebagai sosok yang sangat baik di mata khalayak. Menurut Harriet, para mendiang yang dia kenal itu tidak lebih dari sosok yang menyebalkan dan biasa saja. 

Melihat kata-kata terakhir yang ditulis dengan sangat menyentuh di kolom berita kematian, memberikan ide kepada Harriet untuk menuliskan berita kematiannya sendiri sebelum dia wafat. Dia ingin surat kabar menuliskan hal-hal bagus tentang dirinyanya di berita kematian ketika dia wafat. Namun, syaratnya harus berdasarkan fakta dan tidak dibuat-buat.

Harriet menemui pemilik surat kabar tersebut. Ia meminta penulis kolom berita kematian melakukan wawancara, sebelum akhirnya menuliskan hal-hal bagus tentang dirinya.

Anne Sherman adalah penulis kolom berita kematian di surat kabar tersebut. Dirinya ketiban sial berurusan dengan nenek cerewet, sombong, dan perfeksionis itu dan dipaksa menuliskan citra dirinya sebagus mungkin untuk berita kematiannya nanti.

Anne merasa aneh ada orang yang ingin menulis berita kematiannya sendiri. Tiba-tiba Harriet memberikan daftar nama yang bisa diwawancarai untuk mengumpulkan fakta tentang dirinya selama ini. Dari sekian banyak nama yang telah diwawancarai Anne, tidak satu pun yang memberikan gambaran baik tentang sosok Harriet.

Anne frustasi, entah harus menuliskan apa tentang Harriet. Sementara semua orang yang mengenalnya membencinya, bahkan mantan suami dan anak perempuan semata wayangnya. Mereka tidak memberikan komentar yang baik tentang sosok Harriet.

Hal yang lebih membuat frustasi adalah Harriet tetap angkuh dan menyangkal semua fakta tentang dirinya yang menyebalkan.

Setelah momen canggung yang terjadi antara Anne dan Harriet, akhirnya Harriet bisa menerima kenyataan kalau dirinya memang sosok sombong yang menyebalkan.

Karena Harriet meminta Anne menuliskan fakta baik tentang dirinya yang sesungguhnya, maka Anne memberikan gagasan yang tidak terduga oleh Harriet. Anne minta Harriet menjadi pribadi yang baik hati dengan tetap perfeksionis, cerdas dan elegan, sebagaimana karakter asli Harriet. Anne mencari komunitas bagi Harriet agar bisa bergaul di dalamnya.

Idenya berhasil, Harriet menjalin persahabatan yang tulus dengan gadis kecil dan berubah menjadi sosok yang menyenangkan dan menginspirasi.

Harriet wafat di kelilingi sahabat-sahabat barunya. Di hari wafatnya Harriet, Anne berhasil menuliskan berita kematian yang indah dan penuh makna. Harriet digambarkan sebagai sosok perempuan cerdas, ambisius, perfeksionis yang berhasil menghilangkan sifat sombongnya di hari-hari terakhir hidupnya.

Pelajaran berharga dari film ini adalah selayaknya kita bersikap baik kepada siapa saja, apalagi kepada orang-orang yang selama ini selalu ada untuk kita.

Nama besar, prestasi yang tinggi dan harta yang melimpah tidak seharusnya membuat kita menjadi sombong dan merendahkan orang lain. Bagaimana pun, kita tidak hidup sendiri di dunia ini, kita pasti butuh pertolongan orang lain.

Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Mungkin pepatah ini relevan dengan kisah film The Last Word.

Film produksi Universal besutan sutradara Mark Pellington ini mendapatkan rating 6.7 di IMDB, Shirley MacLaine dan Amanda Seyfried memerankan tokoh Harriet Lauler dan Anne Sherman dengan brilian. Film yang menyentuh hati ini layak ditonton bersama keluarga tercinta.

(Ed. Dian H. Hendrawan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun