Mohon tunggu...
Ervina Naomi
Ervina Naomi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta, Program Studi Pendidikan Sosiologi

Saya merupakan mahasiswi aktif Universitas Negeri Jakarta dengan Program Studi S-1 Pendidikan Sosiologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fomo Akademik yang Dialami Pemuda di Era Globalisasi

21 Maret 2023   12:06 Diperbarui: 21 Maret 2023   12:16 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era globalisasi ini segala hal menjadi mudah untuk dilakukan dan didapatkan tanpa terhalang oleh waktu maupun jarak. Sejalan dengan pengertian globalisasi menurut Anthony Gidens yaitu globalisasi sebagai "time space disctanciation" atau sebagai sebuah dunia tanpa batas; ruang dan waktu bukanlah sebuah permasalahan yang berarti dalam keadaan seperti ini. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, skala jangkauan dalam globalisasi pun turut merambah semakin luas. Berbagai macam kemudahan dan manfaat ditawarkan oleh globalisasi, seperti kemudahan berkomunikasi, mendapatkan informasi hingga masyarakat semakin modern.

Globalisasi dilihat dari berbagi sudut pandang, dianggap sebagai sebuah peluang, tantangan, bahkan sebuah ancaman. Hal ini disebabkan globalisasi memiliki pengaruh di berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali di bidang pendidikan. Dengan adanya globalisasi memaksa manusia untuk dapat menguasai teknologi dengan baik, terutama teknologi informasi dan digital. Aktor yang dominan dalam menguasai kedua hal tersebut ialah kaum muda. Globalisasi dan perkembangan teknologi dapat memberikan manfaat positif juga dampak negatif bagi pendidikan sekaligus pemuda.

Pendidikan di Era Globalisasi

Di era semua orang dapat terhubung melalui sebuah internet di mana tidak ada batasan ruang dan waktu memiliki keterkaitan dengan pendidikan. Bukti nyata yang dapat kita lihat di era globalisasi ini ialah guru dan buku bukan lagi sebagai sumber utama para siswa dalam mempelajari suatu hal, setiap murid dapat memperoleh ilmu pengetahuan hanya menggunakan ponsel pintar yang memiliki jaringan internet yang baik. Bahkan di era globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat ini muncul sebuah platform belajar yang dapat diakses dengan mudah dan beberapa dapat dijangkau tanpa dipungut oleh biaya apa pun.  

Di era globalisasi ini pendidikan dituntut untuk dapat mempersiapkan generasi muda yang siap menghadapi perkembangan zaman yang semakin maju. Pendidikan yang tengah berlangsung diharapkan mampu membekali siswa dengan 5 kompetensi yang dibutuhkan di era ini, yaitu : 

  1. Siswa dengan kompetensi intelektual yang baik 

Kompetensi intelektual merupakan kemampuan berpikir dan bernalar, kreatif dan inovatif, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, dan kemampuan siswa dalam mengambil keputusan strategis 

  1. Siswa dengan kompetensi personal yang baik 

Kompetensi personal yang baik melingkupi keluhuran jiwa dan moral yang baik, seperti menjunjung kejujuran, disiplin, kemandirian, kritis dan bertanggung jawab 

  1. Siswa dengan kompetensi komunikatif yang baik 

Siswa yang memiliki kemampuan bahasa dan komunikasi dengan baik dengan orang lain 

  1. Siswa dengan kompetensi sosial budaya 

Kemampuan diri siswa dalam hidup bersama dan bekerja sama dengan orang lain 

  1. Siswa dengan kompetensi kinestetis vokasional 

Kemampuan diri siswa yang mampu menguasai dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi guna mendukung kemajuan kehidupan global. 

Pemuda, FOMO dan Pendidikan di Era Globalisasi

Pendidikan menjadi salah satu bagian terpenting bagi seorang pemuda. Melalui pendidikan lah seorang pemuda dapat merancang masa depannya dengan baik. Tujuan pendidikan bagi pemuda ialah, (1) sebagai pembentukan ilmu pengetahuan, (2) sebagai sarana pemuda dalam meningkatkan potensi diri yang mereka miliki, (3) sebagai tempat pembentukan diri seorang pemuda karena melalui pendidikan, karakter diri pemuda dapat terbentuk, (4) sebagai bentuk sosialisasi norma yang ada, (5) pendidikan sebagai sebuah investasi masa depan kehidupan para pemuda.  

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa globalisasi memaksa individu untuk dapat menguasai teknologi agar dapat bertahan dan bersaing di era Globalisasi ini. Teknologi digital dan informasi menjadi salah satu teknologi yang dikuasai dengan baik oleh kawula muda, yaitu penggunaan smartphone dan laptop, kemudian juga ada penggunaan media sosial. Di era globalisasi untuk mengakses materi pembelajaran dapat ditemukan di mana saja, termasuk di media sosial. Banyak informasi yang diberikan di sana dengan berbagai bentuk seperti video singkat mengenai suatu materi di berbagai platform, video panjang mengenai penjelasan suatu materi melalui platform Youtube, tulisan berupa utas di platform Twitter. Tak hanya mengakses materi, media sosial dapat digunakan secara bijak oleh para pemuda sebagai media untuk menunjukkan aktualisasi dirinya.  

Sesuai dengan karakteristik dasar seorang pemuda yaitu salah satunya gemar mengaktualisasikan diri dan ambisius. Anak muda senang untuk berada pada point of center dengan menunjukkan dirinya. Aktualisasi diri dalam diri pemuda biasanya dilakukan untuk menyalurkan pemikiran, hobi, karya, dan hal-hal yang menyenangkan bagi dirinya. Kemudian pemuda memiliki karakter ambisius dalam mencapai suatu hal yang menjadi orientasi di dalam pikirannya. Bagi sebagian pemuda yang dominan memiliki karakter ini kerap menggunakan media sosial sebagai medianya dalam menunjukkan aktualisasi dirinya. Kemudian bagaimana dengan pemuda yang tidak dominan dalam kedua karakteristik tersebut bahkan kurang mengaktualisasikan dirinya? Ada yang menjadi pemuda yang insecure ada pula yang merasakan FOMO atau Fear of Missing Out. 

FOMO atau akronim dari Fear of Missing Out merupakan sebuah kondisi kecemasan yang banyak dialami oleh pemuda di era globalisasi ini karena adanya media sosial. Ketakutan akan merasa tertinggal dalam mengikuti aktivitas tertentu atau tertentu membuat individu memiliki pemikiran bahwa orang lain melakukan kehidupannya lebih baik dibandingkan dirinya. Fenomena FOMO ini sebetulnya bukan hal baru, namun di era globalisasi ini yang di dukung maraknya penggunaan media sosial memvalidasi rasa cemas dan ketakutan akan tertinggal tersebut menjadi sebuah istilah tren yaitu FOMO. 

FOMO tidak hanya berbicara tentang tertinggal akan tren fashion terkini ataupun hal-hal kekinian yang dilakukan remaja tetapi FOMO juga masuk ke dalam bidang akademik. Bagaimana bentuk FOMO ini dalam bidang akademik sekaligus di kehidupan pemuda? Dapat dilihat kembali pada masa pandemi, ketika semua orang hanya berada di rumah dan bergantung pada teknologi digital dan internet. Penggunaan media sosial dalam mengaktualisasikan diri justru semakin meningkat. Segala bentuk pencapaian yang dilakukan seorang di unggah ke media sosial. Salah satu bentuk pencapaian ini berupa prestasi akademik, diterima di sekolah atau kampus bergengsi atau bahkan di sebuah perusahaan besar, melakukan pertukaran pelajar ke luar negeri, dan lain sebagainya.  

Akar fenomena FOMO ini adalah adanya media sosial sebagai media aktualisasi diri. Hal ini terbukti dengan adanya perilaku merugikan yang dilakukan oleh pemuda yaitu selalu ingin terhubung dengan media sosial hingga rela menghabiskan waktunya untuk mengetahui aktivitas orang lain dan mengabaikan aktivitas diri sendiri. Hal ini kerap membuat pemuda merasa bahwa kehidupan orang lain selalu lebih baik dibandingkan kehidupannya. Dampak buruk FOMO di bidang akademik ialah meningkatkan rasa kecemasan seseorang sehingga membuat individu tidak dapat berpikir secara jernih, menurunkan rasa percaya diri dalam diri seseorang, bahkan dapat berujung stress. Bahkan dari fenomena FOMO akademik yang dialami oleh pemuda di era globalisasi ini dapat melahirkan hustle culture yang bahkan lebih parah lagi bagi kesehatan mental pemuda. Budaya tersebut menormalkan anggapan bahwa untuk menjadi sukses, seseorang harus bekerja keras tanpa kenal lelah.  

Di era globalisasi ini dapat disimpulkan bahwa memang memberikan dampak positif di bidang pendidikan seperti mudah dalam mengakses materi pembelajaran hingga proses pembelajaran dapat terjadi secara tatap maya. Namun, ketika dilihat secara lebih dekat mengenai globalisasi, pendidikan dan salah satu aktor di dalamnya (pemuda). Terdapat suatu permasalahan yang timbul di dalamnya, yaitu menimbulkan rasa FOMO (Fear of Missing Out) akademik. Akan lebih menarik lagi jika dapat menggali apakah FOMO ini justru memang dibutuhkan untuk menumbuhkan motivasi belajar para pemuda atau justru dapat menjadi boomerang tersendiri bagi generasi muda saat ini?. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun