Siswa dengan kompetensi sosial budayaÂ
Kemampuan diri siswa dalam hidup bersama dan bekerja sama dengan orang lainÂ
Siswa dengan kompetensi kinestetis vokasionalÂ
Kemampuan diri siswa yang mampu menguasai dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi guna mendukung kemajuan kehidupan global.Â
Pemuda, FOMO dan Pendidikan di Era Globalisasi
Pendidikan menjadi salah satu bagian terpenting bagi seorang pemuda. Melalui pendidikan lah seorang pemuda dapat merancang masa depannya dengan baik. Tujuan pendidikan bagi pemuda ialah, (1) sebagai pembentukan ilmu pengetahuan, (2) sebagai sarana pemuda dalam meningkatkan potensi diri yang mereka miliki, (3) sebagai tempat pembentukan diri seorang pemuda karena melalui pendidikan, karakter diri pemuda dapat terbentuk, (4) sebagai bentuk sosialisasi norma yang ada, (5) pendidikan sebagai sebuah investasi masa depan kehidupan para pemuda. Â
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa globalisasi memaksa individu untuk dapat menguasai teknologi agar dapat bertahan dan bersaing di era Globalisasi ini. Teknologi digital dan informasi menjadi salah satu teknologi yang dikuasai dengan baik oleh kawula muda, yaitu penggunaan smartphone dan laptop, kemudian juga ada penggunaan media sosial. Di era globalisasi untuk mengakses materi pembelajaran dapat ditemukan di mana saja, termasuk di media sosial. Banyak informasi yang diberikan di sana dengan berbagai bentuk seperti video singkat mengenai suatu materi di berbagai platform, video panjang mengenai penjelasan suatu materi melalui platform Youtube, tulisan berupa utas di platform Twitter. Tak hanya mengakses materi, media sosial dapat digunakan secara bijak oleh para pemuda sebagai media untuk menunjukkan aktualisasi dirinya. Â
Sesuai dengan karakteristik dasar seorang pemuda yaitu salah satunya gemar mengaktualisasikan diri dan ambisius. Anak muda senang untuk berada pada point of center dengan menunjukkan dirinya. Aktualisasi diri dalam diri pemuda biasanya dilakukan untuk menyalurkan pemikiran, hobi, karya, dan hal-hal yang menyenangkan bagi dirinya. Kemudian pemuda memiliki karakter ambisius dalam mencapai suatu hal yang menjadi orientasi di dalam pikirannya. Bagi sebagian pemuda yang dominan memiliki karakter ini kerap menggunakan media sosial sebagai medianya dalam menunjukkan aktualisasi dirinya. Kemudian bagaimana dengan pemuda yang tidak dominan dalam kedua karakteristik tersebut bahkan kurang mengaktualisasikan dirinya? Ada yang menjadi pemuda yang insecure ada pula yang merasakan FOMO atau Fear of Missing Out.Â
FOMO atau akronim dari Fear of Missing Out merupakan sebuah kondisi kecemasan yang banyak dialami oleh pemuda di era globalisasi ini karena adanya media sosial. Ketakutan akan merasa tertinggal dalam mengikuti aktivitas tertentu atau tertentu membuat individu memiliki pemikiran bahwa orang lain melakukan kehidupannya lebih baik dibandingkan dirinya. Fenomena FOMO ini sebetulnya bukan hal baru, namun di era globalisasi ini yang di dukung maraknya penggunaan media sosial memvalidasi rasa cemas dan ketakutan akan tertinggal tersebut menjadi sebuah istilah tren yaitu FOMO.Â
FOMO tidak hanya berbicara tentang tertinggal akan tren fashion terkini ataupun hal-hal kekinian yang dilakukan remaja tetapi FOMO juga masuk ke dalam bidang akademik. Bagaimana bentuk FOMO ini dalam bidang akademik sekaligus di kehidupan pemuda? Dapat dilihat kembali pada masa pandemi, ketika semua orang hanya berada di rumah dan bergantung pada teknologi digital dan internet. Penggunaan media sosial dalam mengaktualisasikan diri justru semakin meningkat. Segala bentuk pencapaian yang dilakukan seorang di unggah ke media sosial. Salah satu bentuk pencapaian ini berupa prestasi akademik, diterima di sekolah atau kampus bergengsi atau bahkan di sebuah perusahaan besar, melakukan pertukaran pelajar ke luar negeri, dan lain sebagainya. Â
Akar fenomena FOMO ini adalah adanya media sosial sebagai media aktualisasi diri. Hal ini terbukti dengan adanya perilaku merugikan yang dilakukan oleh pemuda yaitu selalu ingin terhubung dengan media sosial hingga rela menghabiskan waktunya untuk mengetahui aktivitas orang lain dan mengabaikan aktivitas diri sendiri. Hal ini kerap membuat pemuda merasa bahwa kehidupan orang lain selalu lebih baik dibandingkan kehidupannya. Dampak buruk FOMO di bidang akademik ialah meningkatkan rasa kecemasan seseorang sehingga membuat individu tidak dapat berpikir secara jernih, menurunkan rasa percaya diri dalam diri seseorang, bahkan dapat berujung stress. Bahkan dari fenomena FOMO akademik yang dialami oleh pemuda di era globalisasi ini dapat melahirkan hustle culture yang bahkan lebih parah lagi bagi kesehatan mental pemuda. Budaya tersebut menormalkan anggapan bahwa untuk menjadi sukses, seseorang harus bekerja keras tanpa kenal lelah. Â