1. LATAR BELAKANG
Sejak abad ke-20 perkembangan teknologi dan digital terus dikembangan dengan sangat baik. Segala aktivitas manusia dipermudah karena adanya evolusi digital. Salah satu produk teknologi yang sampai saat ini masih terus dikembangkan sedemikian rupa ialah ponsel pintar. Tak hanya dari segi fisik, kapasitas, kualitas kamera atau audio, kemampuan software, tetapi juga aplikasi yang terdapat di dalam ponsel pintar tersebut terus berkembang.Â
Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan di era ini sangat dimanfaatkan oleh generasi muda. Generasi muda ini digolongkan berdasarkan dari usia 18 tahun - 35 tahun. Mahasiswa masuk kedalam kategori generasi muda karena masuk kedalam rentang usia 18 tahun -- 25 tahun. Kemudahan yang diberikan ini bagaikan pedang bermata dua yang memberikan dua dampak sekaligus bagi para generasi muda khususnya mahasiswa.Â
Kemudahan mengakses informasi dan ilmu pengetahuan menjadi dampak positif utama yang dapat dirasakan oleh mahasiswa. Namun, kemudahan tersebut juga dapat digunakan oleh mahasiswa untuk hal-hal diluar kebutuhan belajar. Dalam rentang usia tersebut, jiwa muda dan keinginan untuk bersosialisasi individu dalam menjelajahi dunia baru atau pertemanan baru baginya berada dalam tingkatan yang intens. Internet berperan penting dalam hal ini karena melalui internet semua orang dapat mengakses berbagai hal mulai dari pencarian informasi secara daring, media sosial, hingga penggunaan aplikasi daring.Â
Penggunaan aplikasi daring ini pun beragam kategorinya, dapat memuat aplikasi untuk bertukar pesan, aplikasi hiburan seperti permainan atau mendengarkan musik, hingga aplikasi kencan daring untuk menjalin pertemanan dengan orang yang baru dikenal bahkan aplikasi daring ini digunakan oleh sebagian orang dengan orientasi mendapatkan pasangan. Ironisnya, makna pasangan di era ini sangat beragam. Tidak hanya pasangan seumur hidup, tetapi adapun orientasi pasangan dengan keuntungan atau yang disebut sebagai Friends with Benefit (FWB) yang hanya dilakukan untuk sesaat saja. Istilah tersebut marak dikalangan generasi muda, termasuk mahasiswa.Â
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa perkembangan teknologi dan digital ini bagaikan pedang bermata dua. Maka pernyataan tersebut berlaku dalam penggunaan aplikasi kencan daring ini. Para penggunanya mampu mendapatkan teman atau relasi baru sekaligus mengasah kemampuan bersosialisasinya melalui aplikasi kencan daring ini. Dampak positif lainnya dalam penggunaan aplikasi kencan daring ini ialah penggunanya memiliki peluang untuk menemukan pasangan hidupnya melalui aplikasi ini. Namun, tak jarang para penggunanya ini mendapatkan pengalaman buruk melalui aplikasi kencan daring seperti pemalsuan akun, ketidakamanan sebuah privasi, hingga pelecehan seksual.Â
Pengalaman buruk yang didapatkan melalui penggunaan aplikasi kencan daring ini meningkatkan ketertarikan peneliti untuk mengkaji lebih dalam mengenai pengaruh aplikasi kencan daring terhadap maraknya pelecehan seksual yang di kalangan mahasiswa.
2. PEMBAHASANÂ
2.1 Aplikasi Dating AppsÂ
Kecanggihan teknologi komunikasi ini memudahkan generasi muda dalam mencari pasangan hidup. Sebelumnya proses pencarian pasangan yang dilakukan oleh generasi muda, termasuk mahasiswa ialah bertemu secara langsung atau mengenal secara langsung terlebih dahulu. Kini, seiring berkembangnya zaman proses pencarian pasangan juga dapat dilakukan secara daring dan tanpa bertemu.Â
Aplikasi kencan daring ini disebutkan menjadi sebuah bisnis besar jika dilihat berdasarkan keuntungan yang akan diraih oleh pengembang aplikasi ini. Tak mengherankan jika aplikasi kencan daring ini berkembang dan terdapat berbagai jenis aplikasi yang serupa, tentunya dengan fitur-fitur yang berbeda. Aplikasi kencan ini dapat berupa Tantan, Bumble, Tinder, OkCupid, Dating, dll. Beberapa aplikasi yang disebutkan tengah marak digunakan di kalangan mahasiswa. Terdapat beberapa alasan mahasiswa menggunakan aplikasi kencan daring ini. Saat ini yang tengah popular digunakan ialah Bumble dan Tinder. Â
Nadia Egalita mengutip Sean Rad dan Justin Mateen selaku pencipta Tinder (salah satu aplikasi kencan daring) menyatakan bahwa aplikasi Tinder sengaja dirancang untuk menantang praktik tradisional situs kencan online dengan menawarkan pengalaman kehidupan intim yang lebih cair, selain itu dengan adanya aplikasi kencan daring ini dapat dilihat sebagai suatu 'permainan' dalam mencari pasangan yang efisien terhadap waktu dan tidak terlalu menguras emosi.Â
2.2 Hasil WawancaraÂ
Dalam hal ini terdapat lima narasumber yang sesuai dengan kriteria peneliti untuk mengkaji lebih lanjut terkait maraknya pelecehan seksual melalui aplikasi kencan daring yang dilakukan oleh mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia. Menggunakan metode penelitian kualitatif berupa wawancara dengan informan untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Adapun kriteria yang ditentukan oleh peneliti pada sampel informan, yaitu :Â
- Mahasiswa/I aktif baik di Universitas Negeri maupun SwastaÂ
- Pengguna aplikasi kencan daringÂ
- Berusia 18 tahunÂ
-- 25 tahunÂ
- Pernah melakukan 'match' dalam aplikasi kencan daring tersebut.
Di dalam penelitian ini telah terdapat tiga informan yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan dan bersedia untuk membagikan cerita pengalaman mereka dalam menggunakan aplikasi kencan daring. Berikut hasil wawancara dengan ketiga informan yang bersedia :
1. Informan IÂ
Dengan inisial CH yang merupakan mahasiswi dari salah satu universitas negeri di Jakarta. Berusia 21 tahun, telah menggunakan aplikasi kencan daring selama 2 tahun terakhir. Aplikasi yang digunakan ialah Tinder dan Bumble, alasan menggunakan aplikasi kencan daring adalah iseng dan seru kenalan sama orang baru.Â
"Jadi, pas pandemi kemarin itu kan dirumah aja yaa. Nah kebetulan lagi karantina, jadi gabut banget dirumah. Iseng download aplikasi yang lagi viral, dulu lebih viral Tinder duluan belum ada Bumble. Tiap aplikasi ada keunggulan masing-masing sih. Saya pribadi lebih nyaman di Bumble soalnya pernah dapet pengalaman buruk di Tinder. Kalo di Bumble itu sistemnya meskipun udah match, tapi harus ceweknya duluan yang chat. Jadi cowok juga gak bisa asal chat atau kirim hal yang aneh-aneh.Â
Sejauh ini udah match beberapa kali, tapi yang sampe ketemuan secara langsung itu sama 2 match. Yang satu match di Bumble, dan yang satu lagi match di Tinder. Awalnya di Bio masing-masing udah dijelasin tujuan mereka mau apa, jadi kitanya pinter-pinter buat ngelakuin match. Yang match sampe ketemuan dari Bumble itu aman sih, gak yang gimana-gimana. Match sampe ketemuan dari Tinder itu bikin trauma banget. Awalnya orang ini baik, kita udah sampe pindah ke aplikasi lain biar ngobrol bisa lebih seru lagi. Bahkan bisa chatting setiap hari bahkan gak jarang juga telfonan biasa. Sampe akhirnya tiba-tiba dia lagi mabuk terus minta video call sex dari situ akhirnya langsung saya block dan udah gak berhubungan sampe sekarang"
 2. Informan IIÂ
Dengan inisial FTZ merupakan mahasiswi dari universitas swasta di Jakarta. Berusia 20 tahun, telah menggunakan aplikasi kencan daring selama 1 tahun terakhir. Aplikasi yang digunakan hanya Bumble, alasan menggunakan aplikasi kencan daring adalah untuk pemenuhan tugas.Â
"Awalnya download aplikasi Bumble itu buat pemenuhan tugas, disuruh mencari teman online yang bukan berasal dari Indonesia buat ngelatih kemampuan Bahasa inggris. Waktu itu sama dosen, dikasih waktu selama sebulan buat chattingan full sama warga asing ini buat ngeliat seberapa jauh perkembangan saya dalam berbahasa inggris. Alasan milih Bumble karena banyak yang kasih saran Bumble daripada Tinder. Bumble itu lebih dikendaliin sama pihak ceweknya. Jadi ngerasa lebih nyaman juga pake Bumble. Di aplikasi itu kita bisa atur mau mencari rentang usia berapa, dari mana, dll. Setelah saya atur akhirnya match sama orang Australia. Awalnya perkenalan biasa, terus saya juga terus terang alasan utama match sama dia bukan untuk mencari pasangan tetapi pemenuhan tugas. Sebut aja orang Australia ini AZ. AZ juga udah menyetujui dan bersedia buat ngebantu saya. Di hari kesekian AZ ini minta pindah ke aplikasi diluar Bumble dengan dalih biar lebih nyaman ngobrolnya. Tapi jelas saya tolak dan tetap bertukar pesan melalui Bumble. Singkat cerita, ketika sudah pemenuhan satu bulan untuk penugasan saya. Saya mengucapkan terima kasih dan ingin mengakhiri match di Bumble tersebut, tetapi AZ ini justru menyatakan perasaannya dan melakukan beberapa perilaku flirting. Awalnya saya acuh aja karena saya pikir AZ emang biasa flirting. Namun, semakin kesini, firltingnya mulai berubah ke arah seksual. Beberapa kali pula ada momen AZ memaksa saya untuk mengirimkan foto saya kepadanya, beberapa tentunya saya mengirimkan foto yang bukan ada sayanya seperti dinding kamar saya. Kalau saya mengirimkan foto secara sembarangan tersebut AZ bisa menunjukkan sikap marah atau tidak sukanya. Hingga puncaknya adalah AZ mengirimkan saya foto kemaluannya. Saat itu pula saya block AZ dan menghapus aplikasi Bumble."Â
3. Informan IIIÂ
Dengan inisial AYF berusia 20 tahun merupakan mahasiswi dari universitas negeri di Bali , telah menggunakan aplikasi kencan daring selama 9 bulan terakhir. Aplikasi yang digunakan ialah Bumble, alasan menggunakan aplikasi kencan daring adalah memang sedang ingin mencari pasangan dan mencoba peruntungan di aplikasi kencan daring.Â
" Tau aplikasi Bumble dari temen karena emang cerita pengen punya pacar terus disaranin buat coba aja cari lewat aplikasi kencan daring. Pas awal nyoba, oke dan match beberapa kali sama orang yang oke juga tapi kadang beberapa masih ngerasa kurang srek jadi yaudah coba match sama yang lain lagi. Gatau udah match yang keberapa kali, sampe akhirnya ketemu sama cowok ini. Inisial aja namanya FI, dia ini beda 6 tahun dari saya tapi saat itu oke-oke aja. Awalnya saya sama FI ini di Bumble Cuma sebatas chit chat biasa aja, kenalan biasa juga. Sampe akhirnya tukeran username sosial media, seterusnya chatnya saya akhirin. Mulai komunikasi lagi itu lewat fitur reply insta story. Singkat cerita, akhirnya saya sama FI ini ketemuan dan gak lama pacaran. Jalan pacaran 3 bulan, mulai keluar sifat dia yang agak tempramen tapi saat itu saya pikir emang saya buat kesalahan. Saat bulan ke 5 mulai ada permintaan-permintaan FI yang mengarah ke seks, seperti meminta foto bagian tubuh saya tertentu, jelas saya tolak secara halus. Puncaknya, FI ini memaksa saya untuk melakukan hubungan intim. Saat itu benar-benar saya tolak dan sempat berantem hebat dan akhirnya saya memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan FI ini. Itu termasuk pengalama buruk saya sih di Bumble, meskipun awalnya si FI ini ngasih kesan yang baik tapi tetap diakhir justru FI ngasih trauma tersendiri"
 2.3 Analisis Hasil WawancaraÂ
Dari hasil wawancara dengan responden dapat ditemukan benang garis dari aplikasi kencan daring ini dapat dianalisis menggunakan pemikiran Zygmunt Bauman yaitu liquid modernity dan liquid love .Â
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai analisis hasil wawancara dengan teori yang ada. Perlunya mengetahu berbagai macam bentuk pelecehan seksual. Halodoc.com melansir Rainn Organization menyatakan bentuk pelecehan seksual dapat berupa :Â
- Â Komentar dan lelucon seksual mengenai tubuh seseorangÂ
- Â Melakukan siulan kepada orang lain di tempat umumÂ
- Terdapat ajakan untuk berhubungan intim atau tindakan seksual lainnyaÂ
- Menyebarkan rumor mengenai aktivitas seksual orang lainÂ
- Menyentuh diri sendiri secara seksual di depan orang lainÂ
- Berbicara mengenai kegiatan seksual dirinya sendiri kepada orang lainÂ
- Adanya sentuhan seksual, yaitu menyentuh bagian tubuh seseorang tanpa izinÂ
- Memberikan dan menampilkan gambar, video, cerita, atau benda seksual kepada orang lain.
 Pada kasus satu dan dua responden memiliki kesamaan yaitu mendapatkan pelecehan seksual berupa diberikan gambar yang tidak senonoh. Pada kasus dua dan tiga responden juga memiliki kesamaan yaitu responden dipaksa untuk mengirimkan sebuah foto dan apabila foto tersebut tidak sesuai dengan permintaan maka responden mendapat respon yang tidak begitu baik.
 Beberapa pemikiran dari Zygmunt Bauman dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan aplikasi kencan daring terhadap pelecehan seksual ini. Zygmunt Bauman merupakan sosiolog yang berasal dari Polandia yang hidup dalam tiga masa peradaban sekaligus yang membuat pemikiran dan karyanya sangat autentik dan dekat dengan realitas yang tengah terjadi.
 Dalam modernitas cair, George Ritzer mengutip Bauman menyatakan bahwa kehidupan cair merupakan kehidupan yang didominasi oleh konsumsi . Terdapat keterkaitan antara pemikiran modernitas cair yang digagasi oleh Bauman dengan hadirnya aplikasi kencan daring di era ini. Dimana telah disebutkan oleh pendiri aplikasi Tinder bahwa mereka dengan sengaja merancang aplikasi ini untuk menawarkan pengalaman kehidupan intim yang lebih cair . Aplikasi ini telah memiliki target pasar yang baik bahkan dapat dikatakan sebagai suatu bisnis besar, dimana para penggunanya akan terus menggunakan aplikasi kencan daring ini baik dengan tujuan yang jelas ataupun tanpa tujuan. Di dalam aplikasi kencan daring pun terdapat paket berlangganan menjadi anggota premium yang dapat dibeli dan digunakan oleh para penggunanya.Â
Aplikasi kencan daring menjadi salah satu gejala dari liquid love. Selayaknya air yang cair, tidak dapat dipegang ataupun dikontrol karena terus mengalir dan menemukan aliran baru. Proses pencarian pasangan berubah menjadi lebih cair dan menggeser esensi memiliki hubungan yang 'nyata' dan menjunjung kesetiaan (berjangka panjang) karena individu di zaman modern ini mengorientasikan hubungan sebagai suatu hubungan sementara dan secara virtual.
Gagasan Bauman mengenai liquid love meninjau lebih lanjut terhadap sikap individualisme, dimana pencarian pasangan terus-menerus dilakukan. Seperti yang terjadi pada informan satu dan tiga bahwa mereka beberapa kali melakukan 'match' dengan orang baru, yang mana hal tersebut dilakukan hanya sekedar untuk mencari kesenangan sesaat tanpa melibatkan emosi yang berlebih untuk mengarah pada hubungan jangka panjang. Sehingga individu yang melakukan tindakan pencarian pasangan berulang kali melalui aplikasi kencan daring ini akan tetap berakhir sendiri.Â
Selain itu, pada kasus aplikasi kencan daring ini Bauman melihat prosesnya seperti berbelanja pasangan di internet. Mencari cinta seperti sebuah transaksi ekonomi dan individu harus bertanggung jawab secara penuh atas keputusannya dalam membeli pasangan melalui aplikasi kencan daring, entah hasil dalam pencarian pasangan tersebut akan berakhir baik atau sebaliknya. Pemikiran Bauman ini sejalan dengan kasus informan ketiga, dimana AYF berharap mendapatkan pasangan yang sesuai dengan kriterianya melalui aplikasi kencan daring ini dan berakhir dengan kegagalan yang berujung memberikan trauma tersendiri untuknya.Â
Aplikasi kencan daring ini tentunya akan berpengaruh pada munculnya pelecehan seksual. Berawal dari proses pengenalan secara sederhana namun dapat berakhir pada pelecehan dengan berbagai bentuk. Perkembangan teknologi ini mampu mengantarkan kebebasan seksual terutama bagi mereka yang memegang prinsip cinta cair dengan fokus individualisme7 , yaitu berganti pasangan hanya untuk kesenangan sesaat tanpa melibatkan emosi atau perasaan lebih mendalam juga tanpa berorientasi hubungan jangka panjang.
 3. KESIMPULANÂ
Kemudahan yang ditawarkan di era ini terutama dalam bidang teknologi dan digital dapat diibaratkan seperti pedang bermata dua. Tak dapat dipungkiri terdapat dampak positif yang dapat dirasakan oleh generasi muda, termasuk mahasiswa. Namun, terdapat pula dampak negatif yang mampu disalahgunakan oleh generasi muda ini. Salah satunya adalah hadirnya aplikasi kencan daring.
 Proses pencarian pasangan yang sebelumnya dilakukan secara langsung tanpa sebuah perantara melalui internet kini berubah menjadi pencarian pasangan secara daring. Namun, perlu diketahui lebih dalam bahwa pencarian pasangan secara daring ini mampu menimbulkan beberapa dampak negatif seperti memperlebar peluang terjadinya kekerasan seksual, mengubah orientasi dalam berpasangan sehidup semati kini menjadi pasangan sesaat tanpa melibatkan perasaan lebih mendalam, dan menimbulkan rasa tidak aman dan tidak percaya akan sebuah komitmen.Â
Oleh karena itu, dapat dikatakan aplikasi kencan daring ini memberikan pengaruh terhadap pelecehan seksual para penggunanya. Hal ini dapat dilihat melalui hasil wawancara kepada tiga informan yang telah dilakukan. Berawal dari mencoba aplikasi kencan daring, seseorang harus menerima segala bentuk konsekuensi yang akan didapatkan nantinya.Â
SUMBER REFERENSI
Best Shaun. 2018. Liquid Love : Zygmunt Bauman's Thesis on Sex Resivited. Sexualities Vol 0(0). 1-16. DOI: 10.1177/1363460718795082
Egalita Nadia. 2019. Dating Apps & The Ethic of Intimacy. Airlangga University Press.Â
Halodoc.com (2022). Ketahui Bentuk -- Bentuk Kekerasan Seksual yang Sering Terjadi. https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-bentuk-bentuk-kekerasan-seksual-yang-sering-terjadi
Hobbs Mitchell, Stephen Owen, and Livia Gerber (2016). Liquid Love? Dating Apps, Sex, Relationships and The Digital Transformation of Intimacy. Journal of Sociology Vol.53 (2) 271-284. DOI: 10.1177/1440783316662718.Â
Ritzer George dan Jeffrey Stepnisky. 2019. Teori Sosiologi Modern edisi ke-8. Kencana. Jakarta.Â
Scott John. 2007. Fifty Key Sociologists (The Contemporary Theorists). RoutledgeÂ
Wagiyo, Boedhi Oetojo, Effendi Wahyono, dan Ida Zubaidah. 2014 Teori Sosiologi Modern edisi ke-2. Universitas Terbuka. Tangerang Selatan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H