Mohon tunggu...
Ervina Naomi
Ervina Naomi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta, Program Studi Pendidikan Sosiologi

Saya merupakan mahasiswi aktif Universitas Negeri Jakarta dengan Program Studi S-1 Pendidikan Sosiologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Dating Apps terhadap Maraknya Pelecehan Seksual di Kalangan Mahasiswa

17 Desember 2022   14:54 Diperbarui: 17 Desember 2022   15:20 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dengan inisial FTZ merupakan mahasiswi dari universitas swasta di Jakarta. Berusia 20 tahun, telah menggunakan aplikasi kencan daring selama 1 tahun terakhir. Aplikasi yang digunakan hanya Bumble, alasan menggunakan aplikasi kencan daring adalah untuk pemenuhan tugas. 

"Awalnya download aplikasi Bumble itu buat pemenuhan tugas, disuruh mencari teman online yang bukan berasal dari Indonesia buat ngelatih kemampuan Bahasa inggris. Waktu itu sama dosen, dikasih waktu selama sebulan buat chattingan full sama warga asing ini buat ngeliat seberapa jauh perkembangan saya dalam berbahasa inggris. Alasan milih Bumble karena banyak yang kasih saran Bumble daripada Tinder. Bumble itu lebih dikendaliin sama pihak ceweknya. Jadi ngerasa lebih nyaman juga pake Bumble. Di aplikasi itu kita bisa atur mau mencari rentang usia berapa, dari mana, dll. Setelah saya atur akhirnya match sama orang Australia. Awalnya perkenalan biasa, terus saya juga terus terang alasan utama match sama dia bukan untuk mencari pasangan tetapi pemenuhan tugas. Sebut aja orang Australia ini AZ. AZ juga udah menyetujui dan bersedia buat ngebantu saya. Di hari kesekian AZ ini minta pindah ke aplikasi diluar Bumble dengan dalih biar lebih nyaman ngobrolnya. Tapi jelas saya tolak dan tetap bertukar pesan melalui Bumble. Singkat cerita, ketika sudah pemenuhan satu bulan untuk penugasan saya. Saya mengucapkan terima kasih dan ingin mengakhiri match di Bumble tersebut, tetapi AZ ini justru menyatakan perasaannya dan melakukan beberapa perilaku flirting. Awalnya saya acuh aja karena saya pikir AZ emang biasa flirting. Namun, semakin kesini, firltingnya mulai berubah ke arah seksual. Beberapa kali pula ada momen AZ memaksa saya untuk mengirimkan foto saya kepadanya, beberapa tentunya saya mengirimkan foto yang bukan ada sayanya seperti dinding kamar saya. Kalau saya mengirimkan foto secara sembarangan tersebut AZ bisa menunjukkan sikap marah atau tidak sukanya. Hingga puncaknya adalah AZ mengirimkan saya foto kemaluannya. Saat itu pula saya block AZ dan menghapus aplikasi Bumble." 

3. Informan III 

Dengan inisial AYF berusia 20 tahun merupakan mahasiswi dari universitas negeri di Bali , telah menggunakan aplikasi kencan daring selama 9 bulan terakhir. Aplikasi yang digunakan ialah Bumble, alasan menggunakan aplikasi kencan daring adalah memang sedang ingin mencari pasangan dan mencoba peruntungan di aplikasi kencan daring. 

" Tau aplikasi Bumble dari temen karena emang cerita pengen punya pacar terus disaranin buat coba aja cari lewat aplikasi kencan daring. Pas awal nyoba, oke dan match beberapa kali sama orang yang oke juga tapi kadang beberapa masih ngerasa kurang srek jadi yaudah coba match sama yang lain lagi. Gatau udah match yang keberapa kali, sampe akhirnya ketemu sama cowok ini. Inisial aja namanya FI, dia ini beda 6 tahun dari saya tapi saat itu oke-oke aja. Awalnya saya sama FI ini di Bumble Cuma sebatas chit chat biasa aja, kenalan biasa juga. Sampe akhirnya tukeran username sosial media, seterusnya chatnya saya akhirin. Mulai komunikasi lagi itu lewat fitur reply insta story. Singkat cerita, akhirnya saya sama FI ini ketemuan dan gak lama pacaran. Jalan pacaran 3 bulan, mulai keluar sifat dia yang agak tempramen tapi saat itu saya pikir emang saya buat kesalahan. Saat bulan ke 5 mulai ada permintaan-permintaan FI yang mengarah ke seks, seperti meminta foto bagian tubuh saya tertentu, jelas saya tolak secara halus. Puncaknya, FI ini memaksa saya untuk melakukan hubungan intim. Saat itu benar-benar saya tolak dan sempat berantem hebat dan akhirnya saya memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan FI ini. Itu termasuk pengalama buruk saya sih di Bumble, meskipun awalnya si FI ini ngasih kesan yang baik tapi tetap diakhir justru FI ngasih trauma tersendiri"

 2.3 Analisis Hasil Wawancara 

Dari hasil wawancara dengan responden dapat ditemukan benang garis dari aplikasi kencan daring ini dapat dianalisis menggunakan pemikiran Zygmunt Bauman yaitu liquid modernity dan liquid love . 

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai analisis hasil wawancara dengan teori yang ada. Perlunya mengetahu berbagai macam bentuk pelecehan seksual. Halodoc.com melansir Rainn Organization menyatakan bentuk pelecehan seksual dapat berupa : 

  •  Komentar dan lelucon seksual mengenai tubuh seseorang 
  •  Melakukan siulan kepada orang lain di tempat umum 
  • Terdapat ajakan untuk berhubungan intim atau tindakan seksual lainnya 
  • Menyebarkan rumor mengenai aktivitas seksual orang lain 
  • Menyentuh diri sendiri secara seksual di depan orang lain 
  • Berbicara mengenai kegiatan seksual dirinya sendiri kepada orang lain 
  • Adanya sentuhan seksual, yaitu menyentuh bagian tubuh seseorang tanpa izin 
  • Memberikan dan menampilkan gambar, video, cerita, atau benda seksual kepada orang lain.

 Pada kasus satu dan dua responden memiliki kesamaan yaitu mendapatkan pelecehan seksual berupa diberikan gambar yang tidak senonoh. Pada kasus dua dan tiga responden juga memiliki kesamaan yaitu responden dipaksa untuk mengirimkan sebuah foto dan apabila foto tersebut tidak sesuai dengan permintaan maka responden mendapat respon yang tidak begitu baik.

 Beberapa pemikiran dari Zygmunt Bauman dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan aplikasi kencan daring terhadap pelecehan seksual ini. Zygmunt Bauman merupakan sosiolog yang berasal dari Polandia yang hidup dalam tiga masa peradaban sekaligus yang membuat pemikiran dan karyanya sangat autentik dan dekat dengan realitas yang tengah terjadi.

 Dalam modernitas cair, George Ritzer mengutip Bauman menyatakan bahwa kehidupan cair merupakan kehidupan yang didominasi oleh konsumsi . Terdapat keterkaitan antara pemikiran modernitas cair yang digagasi oleh Bauman dengan hadirnya aplikasi kencan daring di era ini. Dimana telah disebutkan oleh pendiri aplikasi Tinder bahwa mereka dengan sengaja merancang aplikasi ini untuk menawarkan pengalaman kehidupan intim yang lebih cair . Aplikasi ini telah memiliki target pasar yang baik bahkan dapat dikatakan sebagai suatu bisnis besar, dimana para penggunanya akan terus menggunakan aplikasi kencan daring ini baik dengan tujuan yang jelas ataupun tanpa tujuan. Di dalam aplikasi kencan daring pun terdapat paket berlangganan menjadi anggota premium yang dapat dibeli dan digunakan oleh para penggunanya. 

Aplikasi kencan daring menjadi salah satu gejala dari liquid love. Selayaknya air yang cair, tidak dapat dipegang ataupun dikontrol karena terus mengalir dan menemukan aliran baru. Proses pencarian pasangan berubah menjadi lebih cair dan menggeser esensi memiliki hubungan yang 'nyata' dan menjunjung kesetiaan (berjangka panjang) karena individu di zaman modern ini mengorientasikan hubungan sebagai suatu hubungan sementara dan secara virtual.

Gagasan Bauman mengenai liquid love meninjau lebih lanjut terhadap sikap individualisme, dimana pencarian pasangan terus-menerus dilakukan. Seperti yang terjadi pada informan satu dan tiga bahwa mereka beberapa kali melakukan 'match' dengan orang baru, yang mana hal tersebut dilakukan hanya sekedar untuk mencari kesenangan sesaat tanpa melibatkan emosi yang berlebih untuk mengarah pada hubungan jangka panjang. Sehingga individu yang melakukan tindakan pencarian pasangan berulang kali melalui aplikasi kencan daring ini akan tetap berakhir sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun