Apa yang terlintas dibenak kalian ketika membaca teori mengenai dramaturgi? Terbayang mengenai drama musikal yang ada disebuah pertunjukan? Terbayang langsung akan tokohnya yaitu Erving Goffman? Atau langsung mempertanyakan kaitan sebuah teori dramaturgi dengan ilmu sosiologi?. Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, anda perlu membaca dengan seksama artikel berikut
Siapakah Erving Goffman?
Salah satu sosiolog terkemuka yaitu Erving Goffman, lahir di Meanville, Alberta, Kanada pada tanggal 11 Juni 1922. Anak dari kedua pasangan Max dan Anne Goffman. Beliau tertarik dengan ilmu sosiologi setelah bertemu dengan sosiolog termasyhur di Amerika Utara, yaitu Dennis Wrong. Pertemuan tersebut mampu membuat Goffman mendaftarkan diri ke Universitas Toronto kemudian Goffman menempuh pendidikan S-2 dan S-3 nya di Universitas Chicago.Â
Asumsi - Asumsi Dasar Erving Goffman
Terdapat beberapa asumsi - asumsi dasar Goffman terhadap teori dramaturgi ini, yakni beliau tidak terlalu menekankan pada segi struktur sosial yang ada, melainkan pada interaksi bersama yang terjadi secara langsung. Goffman berpendapat bahwa interaksi secara langsung itu dibatasi sebagai individu saling mempengaruhi tindakan-tindakan mereka satu sama lain ketika berhadapan secara fisik. Berikut asumi-asumsi yang dijabarkan :
Pusat interaksi merupakan sumber informasi atau gambaran mengenai timbal balik
Ketika interaksi berlangsung, para aktor memunculkan pengaruh dari pemain-pemain lain dengan cara tertentu
Tiap individu menciptakan perilaku depan atau tindakan yang secara teratur digunakan dalam kebiasaan umum dan khusus. Bentuk depan ini mendapat pengaruh dari latar belakang mereka.
Perilaku depan ini dilembagakan, khususnya merujuk pada peran-peran yang telah dibangun dengan baik
Pelaku depan membangun kesan dramatisasi dan idealisasi
Perilaku interaksi tidak dapat dipisahkan dari peran tingkah laku yang saling berhubungan dengan orang lain.
Teori Dramaturgi
Teori dramaturgi ini tidak dapat lepas dari pengaruh konsep "The Looking Glass Self". Mengutip dari pernyataan Goffman yaitu "Hidup ini diibaratkan dengan  teater dengan interaksi sosial yang mirip dengan pertunjukkan di atas panggung dan berisi peran-peran yang dimainkan oleh para aktor".Â
Dalam pertunjukkan seni peran terdapat sedikitnya tiga hal penting, yaitu :
Pemeran dan Penonton
Kaitan peran pertama ini dalam dramaturgi yaitu setiap individu wajib menghayati dan menjiwai perannya baik sebagai pemeran atau penonton dalam memerankan tokoh yang sedang mereka mainkan. Fokus pendekatan dramaturgis bukanlah apa yang orang lakukan, bukan pula apa yang ingin dia lakukan atau mengapa dia melakukan melainkan bagaimana dia melakukannya
Ekspresi dan Impresi
Pernyataan yang diberikan oleh aktor dan pernyataan yang dilepaskan untuk ditangkap oleh penonton dalam mencapai sebuah kesan atau impresi. Proses ini ditujukan untuk mempengaruhi kesan agar sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu kesan dari performa atau penampilan lewat kostum (pakaian yang digunakan) ataupun properti pendukung lainnya, hingga olah vokal (intonasi) dan olah tubuh (gesture atau body language) perlu diolah untuk menghasilkan sebuah citra.
Setting atau Panggung
Makna panggung dalam teori dramaturgi dibagi menjadi tiga model kategori yaitu front stage, back stage, dan off stage.
Front Stage
Panggung depan berkaitan pada peristiwa sosial yang memungkinkan individu bergaya atau menampilkan peran formalnya sebagaimana mereka sedang memainkan satu peran di atas panggung atau aspek yang ditonjolkan dan tidak disembunyikan oleh aktor.Singkatnya, front stage ini adalah sisi individu yang ditampilkan ke banyak orang luar.Â
Terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh aktor dalam menjalani front stage ini seperti gaya berpenampilan seorang aktor yang akan mempengaruhi penilaian luar terhadapnya, kemudian setting seperti ruang yang akan digunakan.
Back Stage
Panggung belakang ini berbanding terbalik dengan panggung depan dimana pada panggung belakang aktor tetap menampilkan dirinya tetapi dengan versi lebih santai atau aktor tidak dalam keadaan siap seperti berada di front stage sehingga tersembunyi dari pnadangan khalayak untuk melindungi rahasia pertunjukannya.Â
Off Stage
Pada tahap ini, seorang aktor benar-benar sedang menjadi dirinya sendiri. Menjadi bagian yang sangat pravit bagi aktor dengan tidak menampilkan perannya baik di front stage maupun di back stage karena akan berdampak buruk bagi pencitraan yang sudah dibangunnya.
Dengan demikian, inilah penjelasan mengenai teori dramaturgi Erving Goffman. Satu hal penting mengenai teori ini ialah para aktor pada dasarnya ingin menampilkan sisi diri mereka dalam rupa yang ideal sehingga aktor cenderung merasa perlu menyembunyikan sebagian aspek dari diri mereka dari audiens saat pertunjukkan berlangsung yaitu sisi yang hanya muncul saat mereka berada di backstage ataupun off stage.Â
Semoga artikel ini dapat membantu pembaca dalam memahami teori dramaturgi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H