Mohon tunggu...
ERVINA PUJI
ERVINA PUJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

be yourself

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Problematika Penerapan Kurikulum Merdeka pada IPS di SD Kelas Awal

7 Juni 2023   07:14 Diperbarui: 7 Juni 2023   07:22 2651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pergantian kurikulum bertujuan untuk memperbaiki permasalahan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Terhitung Indonesia telah mengalami pergantian kurikulum sebanyak 11 kali hingga saat ini, tetapi masih menimbulkan berbagai permasalahan. Dalam setiap kurikulum masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Namun sayangnya, kekurangan dalam kurikulum akan menjadi suatu hambatan bagi pengimplementasian pembelajaran beberapa mata pelajaran.

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa Kurikulum Merdeka Belajar ini diterapkan sebagai langkah pemulihan pasca covid-19 yang menimbulkan banyak problem seperti : 1) kurangnya sarana dan prasarana yang memadai, 2) guru yang kurang menguasai IT, 3) kurangnya interaksi sosial, 4) sulit dalam memberikan gambaran secara konkrit kepada siswa, 5) beban tugas terhadap siswa terlalu berat, 6) alokasi waktu yang berkurang pada jam pelajaran, 7) kurangnya dampingan dan pengawasan dari orang tua terhadap pembelajaran murid. (Wibowo, 2021). 

Dalam kurikulum merdeka terdapat kebebasan terhadap guru maupun peserta didik untuk melakukan pembelajaran, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran supaya membangkitkan semangat siswa. Guru juga diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam pembelajaran siswa.

Terdapatnya beberapa perubahan aturan dan hal baru dalam kurikulum juga menjadi salah satu problematika yang cukup berpengaruh terhadap hasil akhir pembelajaran. Hal ini dapat dilihat baik dari sudut pandang guru maupun siswa. Dalam kurikulum terdapat rancangan pembelajaran bagi guru, jadi jika terdapat permasalahan dalam kurikulum akan menimbulkan banyak permasalahan dalam aspek lain.

Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis kualitatif dengan penelitian deskriptif. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru, hingga siswa kelas awal. Pengumpulan data dilakukan secara observasi, wawancara, dan pengambilan sumber dari jurnal lain. Teknik analisis data yang dilakukan dengan penyajian data, penarikan kesimpulan dan uji keabsahan data dengan Triangulasi Teknik yaitu pengumpulan data dengan menggabungkan berbagai data dan sumber yang sudah ada (sugiyono 2015:83)

Pada kurikulum merdeka tidak terdapat tuntutan untuk mencapai ketuntasan nilai minimal, tetapi lebih menekankan pada kesiapan sumber daya manusia (SDM) pendidikan berkualitas Indonesia untuk menjawab tantangan global. (Rahmadayanti dan Hartoyo, 2022). Kurikulum ini baru diterapkan sehingga tentunya akan menimbulkan masalah selama perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, dan para pihak masih bingung dalam pengimplementasiannya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa problematika penerapan kurikulum merdeka pada IPS di SD kelas awal adalah sebagai berikut:

  1. Kurangnya pengalaman dalam merdeka belajar

Menurut Shintia Revina, peneliti dari SMERU Research Institute, guru belum mampu mengimplementasikan kurikulum merdeka dapat dipicu oleh kurangnya pengalaman dalam merdeka belajar baik saat menjadi siswa, maupun saat pelatihan guru. Tetapi, faktanya sudah banyak program dari pemerintah yang bertujuan untuk mengubah paradigma yang lama menjadi baru, seperti asalnya pembelajaran berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. contoh pelatihan ini adalah Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) maupun Kelompok Kerja Guru (KKG).

Hal ini menjadi penghambat dalam pembelajaran, karena ketika guru belum mampu mengimplementasikan kurikulum merdeka, maka pembelajaran akan kurang efektif dan efisien.

      2. Referensi yang terbatas

Buku yang dinilai sebagai referensi bagi pembelajaran, terlebih saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Namun, pada kenyataan kualitas buku saat ini masih rendah. Keterbatasan ini baik dalam buku guru maupun buku siswa, sehingga guru tidak dapat membantu guru untuk mendapat rujukan dalam memfasilitasi pembelajaran agar berlangsung secara efektif.

      3. Akses dalam pembelajaran

Terdapat beberapa situs yang dapat mengakses materi pembelajaran. Namun, situs internet ini belum tersebar secara merata dan tidak semua orang dapat mengetahui dan memakai. Dalam perencanaan merdeka belajar terdapat enam model pembelajaran yang salah satunya adalah pembelajaran secara daring (jarak jauh).

Ketika ingin melaksanakan pembelajaran secara daring maka diperlukan akses internet yang memadai antara siswa dan guru. kendala yang sering terjadi adalah kurangnya fasilitas teknologi yang memadai, baik dari siswa maupun guru, atau bahkan sekolah.

     4. Manajemen waktu

Perubahan yang terjadi pada kurikulum membuat guru perlu mempelajari dan beradaptasi dahulu dengan transformasi kurikulum. Alokasi waktu pada pembelajaran pun tidak diatur sedemikian rupa seperti kurikulum sebelumnya, hal ini memerlukan upaya lebih dari guru agar dapat memanajemen waktu dengan baik.

      5. Kompetensi yang kurang memadai

Sebagai seorang pendidik atau guru tentunya harus mempunyai skill yang memadai, ketika guru tidak mempunyai kompetensi yang cukup maka akan banyak permasalahan yang muncul.

Bagi sebagian guru yang memang sudah mempunyai kompetensi lebih dan kesiapan dalam penggunaan teknologi sebagai fasilitas pembelajaran, belajar merdeka ini tidak terlalu rumit. Tetapi bagi sebagian guru yang memang tidak lagi muda dan kurang dalam penguasaan teknologi, merdeka belajar yang berbasis teknologi ini harus dipersiapkan kembali dan harus mempelajari teknologi kembali.

      6. Mata pelajaran IPA dan IPS yang digabung menjadi IPAS

Hal baru pada kurikulum merdeka salah satunya adalah penggabungan dua mata pelajaran dari IPA dan IPS menjadi IPAS. IPAS ini bertujuan untuk merangsang siswa agar dapat mengelola lingkungan alam dan sosial dalam satu kesatuan. Alasan lain adanya penggabungan IPA dan IPS ini adalah kurikulum merdeka yang berbasis proyek penguatan profil pancasila untuk kompetensi mendasar siswa.

Dalam IPAS ini tidak menghilangkan salah satu konten baik dalam IPA maupun dalam IPS. Namun, penggabungan ini masih menjadi masalah baik bagi guru maupun siswa, karena guru kesulitan untuk memberikan materi penggabungan dan siswa sulit untuk mengerti dua konten pembelajaran yang disatukan, sehingga dalam pengimplementasiannya masih ada kesulitan.

Pergantian kurikulum di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, hingga saat ini Indonesia menggunakan kurikulum merdeka yang berbasis proyek penguatan profil pancasila. 

Setiap kurikulum mempunyai kekurangan dan kelebihan tersendiri, pergantian kurikulum ini diharapkan dapat menutup kekurangan pada kurikulum sebelumnya, Namun, pada setiap implementasinya pasti mengalami problematika. Beberapa problematika yang terdapat pada kurikulum merdeka adalah kurangnya pengalaman dalam merdeka belajar, referensi yang terbatas, akses dalam pembelajaran, manajemen waktu, kompetensi yang kurang memadai, dan penggabungan mata pelajaran IPA dan IPS menjadi IPAS.

Daftar Pustaka 

Suryaman, M. (2020, October). Orientasi pengembangan kurikulum merdeka belajar. In Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Dan Sastra (pp. 13-28). Dapat diakses pada https://ejournal.unib.ac.id/semiba/article/view/13357.

Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihantini, P. (2022). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak. Jurnal Basicedu, 6(4), 6313-6319. Dapat diakses pada https://www.neliti.com/publications/452109/implementasi-kurikulum-merdeka-belajar-di-sekolah-penggerak.

Vhalery, R., Setyastanto, A. M., & Leksono, A. W. (2022). Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka: Sebuah Kajian Literatur. Research and Development Journal of Education, 8(1), 185-201. Dapat diakses pada https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/RDJE/article/view/11718.

Jannah, F., Irtifa'Fathuddin, T., & Zahra, P. F. A. (2022). Problematika Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar 2022. Al Yazidiy: Jurnal Sosial Humaniora dan Pendidikan, 4(2), 55-65. Dapat diakses pada https://ejurnalqarnain.stisnq.ac.id/index.php/AY/article/view/36.

Zulaiha, S., Meisin, M., & Meldina, T. (2022). Problematika Guru dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar. Terampil: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 9(2), 163-177. Dapat diakses pada http://www.ejournal.radenintan.ac.id/index.php/terampil/article/view/13974.

Muflihin, A. (2021). Implementasi Dan Problematika Merdeka Belajar. Dapat diakses pada https://osf.io/e4zdq/download. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun