Ervina Mukharomah, S.Pd., M.Si. (Candidate Doktor Universitas Jambi)
Prof. Dr. rer.nat. Rayandra Asyhar, M.Si. (Guru Besar Universitas Jambi)
OPINI 78 TAHUN RI MERDEKA APAKAH PAPUA MERDEKA? Hal ini dokaji dari perspektif pendidikanÂ
Pendidikan merupakan salah satu fondasi utama dalam membangun suatu negara. Peran pendidikan sangat penting dalam mendorong perkembangan sosial, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Pendidikan mempengaruhi semua aspek kehidupan, dan masalah kualitas pendidikan di Indonesia menjadi perhatian serius. Salah satu isu utamanya adalah ketidakmerataan kualitas pendidikan, di mana sistem pendidikan seharusnya memenuhi kebutuhan populasi yang besar, berkembang, beragam, dan tersebar luas, namun kenyataannya masih jauh dari merata. Banyak kritik tentang kualitas pendidikan di Indonesia yang dilontarkan oleh para akademisi dan praktisi pendidikan, dan masih banyak tantangan yang perlu diatasi, seperti ketimpangan akses pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, distribusi guru yang tidak merata, serta rendahnya kualitas lulusan.
Dikutip dari Fitri, S. F. N. (2021) Sebenarnya sistem pendidikan di Indonesia tidak jauh berbeda dengan sistem pendidikan di negara lain. Hanya yang membedakan adalah kesalahan pada saat praktek di lapangannya. Banyak kesalahan-kesalahan mendasar yang menjadikan kesenjangan antara tujuan dari sistem pendidikan tersebut dan juga pelaksanaannya di lapangan. Yang pada akhirnya membuat semua tujuan, kesemua itu dipengaruhi oleh sarana prasarana, akses pendidikan yang tidak merata.
Kualitas atau mutu pendidikan di Indonesia saat ini terbilang cukup rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia. Menurut hasil survei mengenai sistem pendidikan menengah di dunia pada tahun 2018 yang dikeluarkan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2019 lalu, Indonesia menempati posisi yang rendah yakni ke-74 dari 79 negara lainnya dalam survei. Dengan kata lain, Indonesia berada di posisi ke-6 terendah. Dengan melihat realita saat ini, Indonesia perlu terus mengupayakan yang terbaik demi mewujudkan pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yakni pendidikan yang dapat mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berilmu, berakhlak mulia, kreatif, mandiri serta dapat menjadi warga negara yang demokratis (Kurniawati, F. N. A. 2022). selain itu dikutip dari gurudikdas.kemdikbud.go.id berdasarkan temuan survei PISA sebagaimana dilansir pula oleh OECD, secara umum terdapat 3 permasalahan penting pendidikan di Indonesia yang mendesak untuk segera diatasi.
Pertama, besarnya persentase siswa berprestasi rendah. Meskipun Indonesia berhasil meningkatkan akses anak usia 15 tahun masuk ke dalam sistem persekolahan, masih diperlukan upaya lebih besar untuk mendidik mereka agar persentase siswa berprestasi rendah dapat ditekan hingga serendah mungkin. Upaya ini bisa dilakukan melalui peningkatan keterampilan guru SD dalam mengajar membaca sebab keterampilan membaca siswa berkembang di masa awal duduk di bangku SD. Hal lain, hasil PISA 2018 menunjukkan bahwa siswa SMP/MTs di desa cenderung memperoleh nilai rendah dalam kompetensi membaca dibandingkan dengan siswa-siswa dari kelompok karakteristik lain.
Kedua, tingginya persentase siswa mengulang kelas. Karakter siswa yang memiliki kemungkinan tinggi untuk mengulang kelas adalah siswa laki-laki SMP dengan perilaku sering membolos dan terlambat sekolah, dari kelompok sosial ekonomi rendah, dan indek rasa-memiliki sekolah yang rendah pula. Hasil PISA memperlihatkan selisih besar dalam nilai membaca siswa yang mengulang kelas, terutama antara siswa yang pernah mengulang kelas di bangku SD dan yang tidak. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan mengulang kelas tidak membantu upaya peningkatan keterampilan membaca siswa. Dibandingkan kebijakan mengulang kelas, mungkin lebih baik jika guru berusaha lebih keras membekali siswa dengan keterampilan yang cukup agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik di kelas selanjutnya.
Ketiga, tingginya ketidakhadiran siswa di kelas. Survei PISA menemukan bahwa siswa-siswa yang membolos seharian atau pada jam pelajaran tertentu cenderung mendapatkan nilai lebih rendah. Ketidakhadiran siswa di kelas ini memiliki keterkaitan erat dengan pengulangan kelas. Jika tingkat ketidakhadiran siswa dapat ditekan, perolehan nilai siswa di Indonesia pada PISA 2022 diharapkan meningkat.
berdasarkan permasalahan yang telah diuraian sejalan dengan hasil wawancara bersama 42 Guru menggunakan google form yang tersebar di Papua Tengah, Papua Selatan, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sulawesi, Batam, Riau, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Lampung terdapat perbedaan yang sangat siknifikan sarana prasarana pendidikan di wilayah Timur Indonesia. Mulai dari ketersediaan listrik, jaringan internet, akses ke sekolah hingga ketersediaan guru.
Bagaimana upaya pemerintah?
Dikutip dari Risdiany, H. (2021) Pemerintah telah melakukan upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dan meningkatkan kualifikasi serta persyaratan tingkat pendidikan tenaga pengajar. Guru yang profesional hendaknya tidak hanya memiliki pengetahuan terhadap materi pelajaran tetapi juga pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia dan masyarakat. Pengembangan budaya pengajaran profesional dan lingkungan belajar yang bermakna dan inovatif diperlukan. Kualifikasi dan kompetensi guru diatur dengan undang-undang. Rendahnya gaji guru seringkali mengakibatkan rendahnya kualifikasi individu menjadi guru. Strategi seperti perubahan paradigma birokrasi dan pengurangan birokrasi dapat mendukung pengembangan profesionalisme guru. Pengembangan profesionalisme guru memerlukan kemampuan mendorong sikap dan kompetensi inovatif.
Dikuti dari sebuah artikel UIN RAden Mas Said Menurut Suroso, S.IP, seorang staf ahli Bupati bidang pembangunan, permasalahan umum di Papua terkait pengembangan sumber daya manusia dan pembangunan pendidikan. Pembangunan pendidikan secara umum di Papua sudah bisa terlaksana terutama di perkotaan dan pinggiran kota, namun di wilayah pedalaman masih terdapat kendala, seperti sekolah yang tidak sesuai standar, keterbatasan akses jalan, buku pelajaran, alat tulis, dan fasilitas pembelajaran. Dr. Gabriel Lele, sekretaris Gugus Tugas Papua, juga menyatakan bahwa masih ditemukan sekolah yang tidak sesuai standar, keterbatasan buku pelajaran, alat tulis, dan minimnya media pembelajaran yang mendukung aktivitas belajar-mengajar
Â
Potret Sekolah di Papua dan apa harapan mereka?
Beberapa sekolah di Papua terletak di daerah geografis yang sulit dijangkau misalnya di pegunungan, pinggir pantai dan sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara dengan  guru yang bertugas di papua pegunungan akses yang harus dilalui hanyalah melalui udara untuk menuju ke kota Kabupaten sehingga guru-guru harus melakukan charter Helikopter Rp.45.000.000 (45 juta) sekali jalan untuk kembali ke keluarga yang ada di kota, sekolah tidak tersedia listrik, terlebih jaringan internet. Tidak sampai disitu perjuangan guru-guru papua mereka harus merelakan tidak berjumpa dengan kelurga ketika bertugas di daerah pedalaman. Berikut potret guru papua Bapak Robert Yansen, S.Pd. bertugas di SD inpres Bibilawak, Distrik Tembagapura.
Beberapa harapan yang dituliskan responden di dalam google form:
Â
"Harapan saya pemerintah dapat menyediakan vasilitas seperti listrik dan internet terlebi dahulu"
Â
"Harapan kami agar semua fasilitas yang mendukung jalannya pendidikan dari pusat hingga pelosok terpencil dapat dijangkau oleh fasilitas-fasilitas yang mendukung terlaksananya pendidikan dengan baik sampai daerah terpencil agar pendidikan dapat berjalan baik sesuai harapan masyarakat dipelosok perbatasan Negara"
Â
"Harapan besar saya agar saya dapat menjadi guru yang berkualitas bagi Nusa dan Bangsa lebih khusus di daerah di mana saya tinggal dan mengabdi yaitu Papua"
Â
"HARAPAN SAYA, 1) UNTUK MENJADI GURU, TOLONG SELEKSI LEBIH K ETAT LAGI, SEPERTI MASUK KULIAH DI KEDOKTERAN. 2) ATURAN YANG BERLAKU DI JAKARTA PUSAT, JANGAN DIPUKUL RATA SAMA DAERAH YANG DI PINGGIR/PELOSOK. 3) 2024 NANTI SAYA INGIN MENJADI MENTERI PENDIDIKAN"
Â
"Harapannya: adanya perhatian serius dari pemerintah terkait pendidikan di Indonesia khususnya di Papua karena masih banyak sekolah-sekolah di Papua yang mengalami kendala seperti kurangnya tenaga guru, sarana dan prasarana, fasilitas internet"
Â
Data yang sudah diperoleh, penulis memiliki gagasan yang dapat dipertimbangan ialah bagaimana penyetaraan kualitas pendidikan itu merata salah satunya adanya program pemerintah pusat, bersama UNESCO dan pemerintah daerah Papua untuk melakukan sinergi menuntaskan problematika ini. Salah satunya adanya relawan pendidikan yang ditugaskan mengajar di papua, terlibatnya pada program kampus mengajar (melibatkan mahasiswa ke suatu daerah pedalaman) untuk menyampaikan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Â
Semoga tulisan ini dapat dibaca oleh dinas terkait, sehingga harapan-harapan dari guru-guru hebat seluruh Indonesia terkhusus guru-guru hebat Papua pedalaman terjawab.
Â
Â
Daftar Pustaka
Â
Fitri, S. F. N. (2021). Problematika kualitas pendidikan di indonesia. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 1617-1620.
Kurniawati, F. N. A. (2022). Meninjau Permasalahan Rendahnya Kualitas Pendidikan Di Indonesia Dan Solusi. Academy of Education Journal, 13(1), 1-13.
Risdiany, H. (2021). Pengembangan profesionalisme guru dalam mewujudkan kualitas pendidikan di indonesia. Al-Hikmah (Jurnal Pendidikan dan Pendidikan Agama Islam), 3(2), 194-202.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H