Saya adalah penikmat tulisan-tulisan renyah Bang Denny. Saya mengikuti setiap tulisan yang Bang Denny post atau tweet di medsos. Tulisannya yang bernas, memberi candu kepada setiap orang yang membaca tulisannya, termasuk juga saya.
Akhir-akhir ini, Bang Denny mendadak jadi seorang pengamat militer. Dua tulisan berseri membahas sosok Panglima TNI, Pak Hadi Tjahjanto. Sesuai gaya tulisannya yang lugas, Bang Denny memberikan judul tulisannya; Panglima titik lemah Jokowi.
Saya pikir Bang Denny ini punya segudang akses dan sumber mengenai dunia intelejen dan pertahanan negara. Dia paham betul soal kondisi lapangan di Papua sehingga Papua sekarang  sangat membutuhkan sosok Panglima TNI yang berasal dari Angkatan Darat seperti Pak Gatot Nurmantyo.
Menurutnya, Pak Hadi Tjahjanto ini kurang memberikan citra tegas, kuat dan tanpa kompromi seperti Pak Gatot. Entah kenapa tetiba Bang Denny ini menyanjung sosok Pak Gatot setinggi langit.Â
Sebenarnya dia sendiri sering mengkritisi sosok Pak Gatot. Mulai dari tulisannya yang mengaitkan figur Pak Gatot di balik mewabahnya isu PKI, bermesraan dengan Islam garis keras, makar dan masih banyak lagi jejak digital yang bisa di-search di dunia maya.Â
Walhasil, dalam hemat saya, Pak Gatot tercitra gagah sih  di layar kaca tapi banyak neko-nekonya sehingga tak jarang mengusik fokus kerja Presiden karena sibuk menepis isu ilusif yang digemboskan dari dalam jarajarannya.
Wajar sih, jika nalar kritis Bang Denny berontak melihat peristiwa Papua dalam kurun tiga pekan terkahir. Namun tak sedikit publik mengira bahwa Bang Denny ini sedang mengemban misi meng-endorse seorang figur untuk menduduki posisi tertinggi TNI dengan memboncengi kasus Papua.
Spekulasi tersebut buru-buru dibantah Bang Denny sendiri. Dia menjelaskan bahwa tulisannya itu hanya kritik sehat terhadap pemerintahan Jokowi dari sudut pandang yang berbeda. Sah-sah saja.
Ada hal krusial yang luput dari pandangan Denny Siregar tentang Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto. Bang Denny pun mengakui bahwa Panglima TNI sekarang merupakan sosok  nice guys. Tidak banyak neko-neko.Â
Dalam pandangan saya, sikap nice guys ini merupakan modal utama Panglima TNI membangun soliditas dan sinergitas antar institusi negara terutama dengan Polri.Â
Pak Hadi nampak orang yang lurus, fokus hanya memberikan dedikasi dan etos kerja yang terbaik bagi nusa dan bangsa. Sikap itu tercermin dari sebuah wawancara Mata Najwa saat Pak Hadi ditanyakan soal karir setelah masa pensiun, apakah tertarik terjun ke dunia politik.Â
Pak Hadi menjawab dengan pasti: Tidak!! Sangat jauh. Pensiun, pensiun saja. Begitu jawab Pak Hadi.
Mungkin  itulah saya melihat sosok Pak Hadi melalui layar kaca. Jawabannya tegas, pasti serta tidak bertele-tele, memberikan impresi positif bahwa Pak Hadi ini sosok yang lurus, tidak tujuan melenggang ke dunia politik.
Dalam konteks Papua, saya merasa senang melihat penanganan Papua ini mengedepankan pendekatan  persuasif dan kultural.Â
Panglima TNI, Pak Hadi dan Kapolri, Pak Tito bahu membahu membangun pendekatan dialogis dengan mengundang kepala suku, tokoh agama, pemuda dan masyarakat Papua mencari jalan keluar dari problem struktural yang dialami oleh masyarakat Papua.
TNI dalam hal ini adalah membantu Kepolisian Republik Indonesia, terkait dengan Kamtibmas dan sampai pada penegakkan hukum, dilihat secara keseluruhan bahwa kehadiran TNI dan Polri di wilayah Papua dan Papua Barat adalah implementasi tugas pokok TNI maupun Polri yang termuat dalam undang-undang TNI maupun Polri.
Satu hal lagi yang luput dari perhatian Bang Denny, berkat kerja sama dua institusi TNI dan Polri yang memiliki kemampuan luar biasa, mampu meredam kerusuhan yang terjadi di wilayah Papua dan Papua Barat. Saat ini masuk dalam situasi bukan darurat sipil apalagi darurat militer.
Hadirnya Panglima TNI di Papua sebagai bukti bahwa pemimpin tertinggi pertahanan Indonesia siap berdialog kapanpun dibutuhkan. Hadirnya Panglima TNI di Papua sebagai bukti bahwa pemimpin tertinggi pertahanan Indonesia siap berdialog kapanpun dibutuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H