Dengan girangnya, ia meloncat, menari, sesekali kain sarungnya dibuka tutup sehingga mata orang-orang yang melihatnya kelilipan.
Sampai di pos ronda Sam berhenti. Di situ ada pedagang asongan air mineral. Ia mendekat dan  memberi isyarat oleh jemarinya mengarah ke tenggorokan bahwa ia haus. Ia juga isyaratkan tidak punya uang.
Pedagang itu semula kuatir bakal diacak-acak namun mau mengerti juga akhirnya, dan ia memberikan sebotol air  mineral secara gratis. Sam senang menerimanya. Pedagang tidak kuatir lagi dan  ia mendengarkan cerita Sam bagaimana dirinya sampai kehausan.Â
Sampai ia bilang pada pedagang itu, dirinya disergap lalu dibawa keliling kota, dan diturunkan kembali di tempat semula ia disergap.
Semula Sam berkisah tenang tapi lama kelamaan nada bicaranya meninggi, penuh amarah.
"Empat jam, Bang. Empat jam saya dibawa keliling. Bayangkan! Siapa yang gila sebenarnya, Bang?!Siapa?!!"
Sam seolah bertanya pada pedagang itu seraya terdengar giginya gemeretak dan matanya melotot, merah menyala.
Demi melihat Sam pasang muka demikian, pedagang itu pun lari terbirit-birit, ketakutan, dan meninggalkan Sam yang kumatnya datang tidak terduga.
Namun sejurus kemudian, dalam hitungan detik, Sam kembali terbahak-bahak.Â
Hari ini, pikirnya, semua orang yang ditemui sedang kumat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H