Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perempuan Tua dan Mata Air Sunyi

5 Oktober 2024   22:12 Diperbarui: 5 Oktober 2024   22:21 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mata air itu sunyi di balik bebatuan 

Tenang tanpa riak

Diselimuti daun-daun kering yang jatuh dari pepohonan yang mati

Di segala musim

Seorang perempuan tua datang menghampiri

Mengibaskan dedaunan itu oleh telapak keriputnya

Sembari melantunkan kidung sendu 

Mengayun-ayun tiada henti mengadu

Tentang kehidupannya di ujung usia

Tersedu-sedu

Air Matanya tumpah

Mata air jadi resah

Hingga sejalan waktu mendadak gemericik suara air datang dan turun dari bebatuan

Mengabarkan 

"Aku mata air adalah sumber kehidupan

dan engkau pada saatnya mati"

Perempuan tua itu pun tersenyum lalu meninggalkan mata air itu tanpa keraguan

Sebab semua kabar darinya itu adalah pasti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun