Suara Sun didengar Pras yang tengah berbaring. Sebelum ia memanggilnya, Sun lebih dulu menemuinya. Ratih juga ada di kamar ini sedang menemani ayahnya.
Sun mengutarakan semua hal menyangkut jual beli hasil tambak, dan orang yang mau membeli itu sudah ada di teras rumah. Ratih menampakkan wajah senang, Pras juga demikian.
Urusan ini memang sudah lama dilakukan Sun, dan acapkali pembeli datang untuk menemui sekaligus berkenalan dengan keluarga ini.
Kris pun dibawanya tanpa ragu untuk berkenalan di kamar itu. Pras menampakkan wajah senang, dan Kris memberi perhatian untuk kesembuhannya. Perbincangan mengalir sebagaimana arus air yang ada di sungai. Tenang.
Namun gemericik mulai terdengar oleh getaran hati Ratih yang mengalir tatkala ia mulai menjabat tangan Kris. Ratih tampak gugup. Entah apa yang dirasakan oleh gadis 20 tahun ini. Ia segera beranjak dan pergi dari kamar itu. Sun justru membiarkan.
Pras tidak mengindahkan apa yang dialami Ratih. Ia hanya meminta pada Sun agar tamunya ini ditemani. Kris juga menampakkan wajah tenang seolah tiada sesuatu yang terjadi, padahal adu pandang sesaat tadi dengan Ratih sudah cukup menjelaskan semua hal. Wajah gadis itu ada padanya.
Dan ia pun dipersilakan Sun keluar kamar, sekaligus untuk membawanya kembali ke teras rumah.
Mereka berbincang sebentar untuk urusan hasil tambak ini.
---------------
Sesaat sebelum Kris pergi meninggalkan kediaman keluarga Pras, Sun menyampaikan lugas.
"Ratih, anak kita mas. "
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H