Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Panjer Petugas

17 Januari 2024   09:07 Diperbarui: 17 Januari 2024   09:09 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dari ujung arah utara hingga selatan, Sam sudah tempuh. Dari barat ke timur juga ia datangi. Sekarang ia ada di titik tengah di antara jalan yang sempat dijelajahi. Titik ini menjadi lokasi di mana ia menajamkan bathin untuk sukses pencalonannya sebagai penguasa negeri ini.

Ia mulai mengevaluasi diri bukan berhalusinasi terhadap rencana-rencananya kelak bila berkuasa. Ia sudah kantongi berbagai persoalan mendasar kehidupan masyarakat, baik di kota, desa, maupun pedalaman. 

Dasar hatinya menyatakan,"aku akan memajukan semua sektor kehidupan dasar masyarakat. Yakni sandang, pangan dan papan. lain tidak."

Sementara Sim, pasangannya sudah jalani pergerakan langkahnya mulai ujung Utara Barat daya hingga tenggara. Dari selatan bujur Timur terus ke barat daya, lanjut ke timur laut dan ujung selatan timur daya.

Ia kini bingung, entah ada di mana. Ia berusaha untuk memperkuat tekad di dalam diri dan rohaninya agar bisa membantu Sam merealisasikan rencananya bila duduk di kursi empuk kekuasaan.

Karena ia tidak mengetahui posisinya di mana dan untuk apa menjelajahi semua arah, maka ia menepi di bibir jurang suatu hutan. Ia mencoba ikuti saran Sam untuk berkontemplasi agar rohaninya di pusatkan bagi usaha memakmurkan negeri dan rakyatnya.
 

"Kalau nanti terpilih aku akan realisasikan janji-janji untuk rakyat. Janji apa?Janji untuk bekerja keras."

Di lokasi lain dan arah jelajah yang sama, pesaingnya juga melakukan hal serupa. Tapi rival ini tidak gunakan cara sebagaimana Sam dan SIM. Mereka cukup memantau dari jauh pergerakan masyarakat dan kehidupannya sehari-hari.

Kata mereka," ada atau tidak ada pemimpin negeri sebetulnya rakyat bisa menjalankan sendiri semua segi kehidupannya. Mereka masih bertani, berkebun, berternak, dan segala macam. Karena itu yang utama adalah keadaan negeri tetap stabil secara politik, ekonomi, budaya, pertahanan, dan keamanan.

Sedang pesaing satunya lagi selalu bicara panjang kali lebar kali tinggi kali luas dan barangkali. Semua dibicarakan tapi tidak jelas apa yang mau dikerjakan.  Intinya yang penting ada perubahan di dalam negeri.

Kata dia," di era sekarang data lebih penting. Data dulu sedia baru diolah dan dianalisa, lanjut kemudian melakukan perencanaan, setelah direncanakan, dipilah-pilah mana yang prioritas mana yang tidak , setelah itu dievaluasi, begitu seterusnya berulang-ulang."

Sekarang giliran tiba waktunya mencoblos. Semua rakyat yang punya hak pilih berbondong-bondong datang ke TPS. Coblos sana coblos sini. Setelah tuntas petugas mulai menghitung suara. Sampai tengah malam perhitungan suara belum selesai.

Di suatu TPS, mang Gareng semaput. Akibat ekstra tenaga dan pikiran untuk perhitungan surat suara yang banyak dan ruwet itu. 

Kata rekannya, asmanya kambuh. Setelah di bawa ke medis, mang Gareng tidak tertolong. Ia meninggal dunia kemudian di  klinik terdekat.

Karenanya kabar kematian petugas TPS itu  jadi viral di semua media. Kemudian salah seorang calon pemimpin merespon berita itu dan  mengatakan,"kematian adalah takdir Tuhan."

Calon lainnya bilang," petugas TPS mesti menjaga kesehatannya sebelum menjalankan tugas."

Calon selainnya mengatakan,"pemilu serentak harus dievaluasi kembali agar tidak menimbulkan korban jiwa."

Lain yang dikatakan calon pemimpin, lain pula yang dialami keluarga mang Gareng. Istri mang Gareng dan anaknya justru kebingungan. Cicilan hutang motornya belum lunas, dan temponya lima tahun pula. 

Sementara cicilan baru di bayar satu kali saat terima panjer jadi petugas TPS.
"Selanjutnya bagaimana ini?"mereka bertanya pada ilalang yang melayang-layang dihembus angin ketidak pastian. Rungkad.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun