Sekarang giliran tiba waktunya mencoblos. Semua rakyat yang punya hak pilih berbondong-bondong datang ke TPS. Coblos sana coblos sini. Setelah tuntas petugas mulai menghitung suara. Sampai tengah malam perhitungan suara belum selesai.
Di suatu TPS, mang Gareng semaput. Akibat ekstra tenaga dan pikiran untuk perhitungan surat suara yang banyak dan ruwet itu.Â
Kata rekannya, asmanya kambuh. Setelah di bawa ke medis, mang Gareng tidak tertolong. Ia meninggal dunia kemudian di  klinik terdekat.
Karenanya kabar kematian petugas TPS itu  jadi viral di semua media. Kemudian salah seorang calon pemimpin merespon berita itu dan  mengatakan,"kematian adalah takdir Tuhan."
Calon lainnya bilang," petugas TPS mesti menjaga kesehatannya sebelum menjalankan tugas."
Calon selainnya mengatakan,"pemilu serentak harus dievaluasi kembali agar tidak menimbulkan korban jiwa."
Lain yang dikatakan calon pemimpin, lain pula yang dialami keluarga mang Gareng. Istri mang Gareng dan anaknya justru kebingungan. Cicilan hutang motornya belum lunas, dan temponya lima tahun pula.Â
Sementara cicilan baru di bayar satu kali saat terima panjer jadi petugas TPS.
"Selanjutnya bagaimana ini?"mereka bertanya pada ilalang yang melayang-layang dihembus angin ketidak pastian. Rungkad.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H