Seolah sebentar saja terlelap tetiba istriku menepuk pipiku, dan bilang,"ayo bangun. Molor aja sepanjang jalan!"
terdengar pula tawa pengemudi itu yang mendengar apa yang diungkapkannya. Â Rupanya mereka sudah saling mengenali sejak istriku masih sendiri dan dinas di institusi tempatnya bekerja yang acapkali menggunakan jasanya bersama teman-temannya itu.
Aku pun turuti apa maunya istriku, dan turun kemudian di pelataran parkir yang luas.
Kata istriku ramah dalam bahasa Jawa pada pengemudi itu,"maturnuwun mas.Nanti tidak apa ya ditunggu lama."
"Tidak apa,Bu. Ditunggu,"timpalnya tersenyum.
Istriku sergap meraih tangan kananku cepat dan seolah mengajaknya berlari. Dan aku bertanya seraya menoleh memastikan jawabnya,"Ini di mana Dik?"
"Magelang .Dan tuh, Candinya keliatan?"
Seakan tersadar, dari kejauhan tampak terlihat kemegahan candi yang selama ini aku ingin kunjungi. Dan kini ada di depan mata. Beberapa langkah kemudian kami sudah ada di muka tiket masuk untuk  membelinya. Tiket itu aku pegang erat di kiri jemariku,dan tak kuasa aku menatap bola mata istriku yang berbinar senang.Â
Sedang aku menetes air mata haru dan tertunduk seolah tak percaya.
Istriku memelukku tanpa ragu dan berbisik,"agar mas bisa mengingatku  selamanya."
Aku membalas terbata,"terima kasih sayang."
Ia hapus air mata yang  mulai basah di pipiku ini,dan ia pun turut merasakan kebahagianku itu dan segera mengajakku menuju kemegahan sejarah nenek moyang, Candi Borobudur'.
Aku senang ketika itu dan istriku kini tenang.
---------
Di dekat pusara istriku aku berdoa dan berulangkali katakan," candi Borobudur itu kenangan terindah darimu.Terima kasih sayang untuk semua yang telah kamu lakukan selama hidup bersamaku."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H