Sebab sudah pasti, dengan koalisi besar yang terdiri dari dua partai ini, orang hebat, pintar, kaya raya sekalipun akan mikir seribu kali untuk membuat partai baru menyaingi dua partai koalisi itu. Partai Indonesia Jaya, dan Partai Indonesia Unggul.
Apalagi kalau cuma sebatas ormas yang bercita-cita menjadi partai. Tetap akan terseok-seok. Karenanya Ormas pun juga akan menginduk pada salah satu dari dua PARTAI BESAR itu.
Kehadiran dua partai besar dengan netralitas dari TNI-Polri, didukung oleh birokrasi yang bersih dan melayani sepenuh hati, rakyat paling miskin sekalipun tetap punya harapan yang nyata untuk bisa hidup layak setelah mencoblos para wakil rakyat dan pemimpinnya.
Mereka akan ikhlas mencoblos meski tidak diiming-imingi oleh sembako, uang, atau lainnya sekalipun. Karena rakyat tidak pusing juga bila janjinya tidak direalisasi akan mudah menunjuk hidung salah satu dari partai koalisi besar yang berkuasa tersebut.
Pendek kata, masing-masing koalisi sudah juga punya capres/cawapresnya. Jadi hitung-hitungan kursi di parlemen dari dua koalisi besar ini sangat dipengaruhi oleh figur capres cawapres yang ditampilkan.
Bila koalisi Indonesia Jaya, capresnya A dan B, dan koalisi Indonesia Unggul, Capres dan Cawapresnya C dan D, maka rakyat pemilih akan mengeksekusi sesuai hati nurani dan harapannya.
Siapa dari mereka yang kira-kira bakal duduk di parlemen maupun istana tetap rakyat yang bedaulat yang punya hak untuk menentukannya. Dua koalisi partai besar itu hanya tunggu saja hasilnya.
Tetapi sayang itu semua cuma andai-andai saja ibarat mimpi di siang bolong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H