"Cukup dalam juga."
"Iya pak,"kata Rewang yang melangkah memunggungi mandor untuk mendekat pada bungkusan kain putih yang tebal dan besar. Bungkusan itu diikat menyerupai mayat yang sejak tadi dibawa dengan gerobak kecil, dan diletakkan di dekat lubang.
"Segera tanam pelan-pelan. Tolong minta maaf pada almarhum. Ini semua demi kebaikan masyarakat."
Rewang samar-samar mendengar perintah itu namun ia sudah meletakkan bungkusan tersebut untuk ditanamnya. Sementara mandor Bagja menyingkir dan menjauh.
Ia tidak mau tahu lagi urusan tumbal ini. Ia juga tampak gelisah dan merasa bersalah. Berkali-kali bibirnya bergetar.
Ia mengucapkan permintaan maaf atas kekejaman dirinya, juga Rewang yang punya nyali berdarah dingin ini. Kepada Tuhan ia pasrah.
Lima langkah dari situ Rewang menyusul mandor. Semua dikatakan padanya telah rapi dan tidak menimbulkan jejak. Namun mandor tidak menjawab. Ia melangkah lunglai yang disusul Rewang melangkah cepat seperti hendak berlari dengan gerobaknya. (Cerita Berlanjut)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H