Esok paginya Rewang muncul di proyek jembatan itu. Wajahnya menampakkan kegembiraan. Tapi mandor justru tidak menaruh curiga.
Baginya itu isyarat saja. Semua tentang tumbal telah aman. Rewang pikirnya selalu pandai menyimpan tiap rahasia.
Ia pun meminta Rewang seraya berbisik hati-hati, "dua hari lagi tumbal segera di tanam."
"Tengah malam seperti biasa?"
"Ya seperti biasa. Jangan lupa dibungkus kain putih."balasnya yang ia rasakan bulu di tengkuknya berdiri kala memberi perintah itu.
***
Sebagaimana yang dijanjikan, tengah malam itu keduanya sudah berada di salah satu sisi tiang. Lubang galian untuk penanaman tumbal juga sudah disiapkan sejak pekerjaan siang hingga sore di hari itu.
Tidak ada satu pekerja pun yang curiga kala penggalian itu sebab mandor bilang lubang itu untuk menguatkan pondasi jembatan. Rewang juga menutup mulut.
Segera sesudah dianggap cukup kedalamannya, lubang itu pun ditutupi dengan sisa kantong semen yang masih berserakan pada sore hari tadi.
"Berapa meter dalamnya ini?"tanya mandor seraya menyorot dengan senternya.
"Dua meter."balas Rewang.