***
Siang itu hujan sangat deras. Anak perempuanku yang ada di sisi kiri aku mengemudi melihat anak seusianya berteduh di muka sebuah toko. Ia membuka percakapan.
" Ayah, kenapa anak lelaki itu tidak ada yang jemput?"
"Ayah tidak tahu. Tapi ayah percaya ia akan berlari dan menantang petir dan hujan."
Mendengar itu anak perempuanku tersenyum yang sudah menyadari dirinya juga selalu senang oleh datangnya hujan. Kendati istriku selalu mewanti-wanti untuk  tetap sedia payung kemana pun kaki melangkah.
Namun aku tetap mengenang apa yang tersisa dari yang ibuku dulu pernah katakan. Kini aku mengerti panas dan hujan bukan soal cuaca semata akan tetapi bagian dari kehidupan yang mesti kuat dijalani di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H