Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Rumah Tiga Lantai

12 Desember 2022   19:53 Diperbarui: 15 Desember 2022   00:15 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tapi bau busuk itu akan mengganggu lama kelamaan."

"Ya, satu atau dua hari akan bersih kembali. Tinggal tunggu satu atau dua hari ini. Besok atau lusa akan seperti biasa."

Keduanya bercakap ringan, lalu rasa penasaran dari pembantu rumah lain itu pun tidak diteruskan. Hanya ketika berbincang ringan ia hanya menutup hidungnya dengan sapu tangan. 

Tapi anehnya pembantu di rumah megah itu biasa saja. Seolah sudah terbiasa dengan bau busuk yang bukan main itu.

Ia pun tidak mau lama-lama ada di sekitar rumah ini, lalu pamit untuk kembali ke rumah majikannya yang berjarak sekitar seratus meter. 

Ia sebenarnya sengaja mampir untuk memastikan setelah tiga kali melewati rumah ini untuk menuju dan kembali dari swalayan, selalu mengendus bau busuk bila melewatinya.

Sepeninggalnya, seorang lelaki pemotong rumput mendekati rekan perempuan pembantunya. Dia bilang jika perempuan itu mendekat dan datang kembali ke sini dimintanya untuk masuk.

"Jika dia datang lagi ke sini, bujuk dan suruh dia masuk. Kalau perlu dipaksa dengan keras."

"Baik, nanti saya ajak dia masuk."

Sementara itu dari balik kaca jendela semua penghuni melihat secara bersamaan kedua pembantunya itu sedang merencanakan sesuatu yang sudah tentu diketahui oleh mereka. 

Apalagi kalau bukan kebutuhan protein yang selama ini mereka telah penuhi dari kedua orang pembantunya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun