Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penjagal Malam

29 November 2022   17:17 Diperbarui: 29 November 2022   17:33 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki bertopi komando itu terlihat terhuyung melangkahkan kakinya di tepi pantai dekat dermaga. Di bawah naungan malam diremang cahaya bulan.

Wajahnya diselimuti kelam dan dendam. Matanya nanar menyala-nyala. Lurus memandang pada wanita berambut panjang.

Sang wanita sekejap melihat, lalu menunduk takut. Ia diam mencari perlindungan. Oleh angin, oleh debur ombak, dan oleh dekapan  lelaki pemabuk yang sedang tidak sadar di kegelapan yang menghangatkan dirinya. Ia sebentar merasa aman.

Namun lelaki bertopi komando itu tetap melangkah ke arahnya. Semakin dekat, dan dekat. Kini berdiri di hadapannya. Ia berbisik pada wanita itu.

"Tenanglah. Biarkan aku menjagal malam."

Wanita itu bergeming. Ia bergetar. Tidak tahu lagi mau berkata apa. Ia benar-benar takut sesuatu bakal terjadi. Ia berteriak histeris nan melengking, tapi kemudian sunyi kembali di tepi pantai itu.

Sesuatu itu pun telah terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun