Lelaki bertopi komando itu terlihat terhuyung melangkahkan kakinya di tepi pantai dekat dermaga. Di bawah naungan malam diremang cahaya bulan.
Wajahnya diselimuti kelam dan dendam. Matanya nanar menyala-nyala. Lurus memandang pada wanita berambut panjang.
Sang wanita sekejap melihat, lalu menunduk takut. Ia diam mencari perlindungan. Oleh angin, oleh debur ombak, dan oleh dekapan  lelaki pemabuk yang sedang tidak sadar di kegelapan yang menghangatkan dirinya. Ia sebentar merasa aman.
Namun lelaki bertopi komando itu tetap melangkah ke arahnya. Semakin dekat, dan dekat. Kini berdiri di hadapannya. Ia berbisik pada wanita itu.
"Tenanglah. Biarkan aku menjagal malam."
Wanita itu bergeming. Ia bergetar. Tidak tahu lagi mau berkata apa. Ia benar-benar takut sesuatu bakal terjadi. Ia berteriak histeris nan melengking, tapi kemudian sunyi kembali di tepi pantai itu.
Sesuatu itu pun telah terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H