"Baiklah Nek, saya pikir-pikir dulu ya. Nanti kalau sudah matang saya akan kembali dengan membawa uang DP."
Mielont pun kemudian meninggalkan kediaman nenek ini. Kakek dan nenek begitu senang dengannya yang tutur katanya manis, sopan, dan tidak aneh-aneh.
Baru satu hari berinteraksi saja, keduanya sudah menganggap Mielont sebagai anaknya. Sehingga nilai jual rumahpun tuntas dibilang sesuai dengan NJOP.
"Anak itu baik, semoga sesuai dengan namanya,"kata kakek berharap yang dianggukkan nenek seraya tersenyum.
Benar saja. Satu minggu kemudian Mielont datang kembali bersama perempuan yang disebutnya asisten di kantornya.
"Tidak usah repot-repot, Nek. Saya juga bawa buah tangan untuk kakek, dan nenek,"katanya mencegah nenek untuk menyajikan hidangan seraya menyerahkan buah-buahan yang dibawanya.
Mereka pun akrab satu sama lain. Ditingkahi kisah nenek, dan kakek ketika aktif bekerja dulu di masa seusianya. Petuah, dan nasehat nenek pun tercurahkan untuk  Mielont.
"Semoga nak Miel, tetap menjadi anak baik, dan jujur. Supaya hidupnya selamat kelak,"ujar nenek yang diamini kakek.
Mielont, dan asistennya takzim mendengarkan, dan berharap demikian juga. Karena itu ia langsung mengatakan pada nenek, dan kakek soal rencana jual beli rumah ini.
"Setelah saya pikirkan dengan masak, saya jadi membeli rumah ini, Nek."
"Syukurlah,"balas keduanya senang