Saat mulai perkenalan di kelas dua untuk pertama kalinya, tiap siswa diminta maju ke muka kelas untuk perkenalan satu persatu. Diminta oleh wali kelas yang juga seorang guru bahasa Inggris. Perkenalan itu sekadar menyebutkan nama, asal kelas, dan hobi yang digeluti.
Satu-satu kemudian teman-teman maju setelah dipanggil. Rata-rata hobi mereka standar usai menyebutkan nama, dan asal kelasnya. Teman-teman juga menyebut, ada yang hobinya membaca komik bukan buku pelajaran, ada yang hobinya mendengar saja tanpa bicara, ada hobinya olahraga apa saja, ada yang hobinya suka menolong orang dengan imbalan, dan lain-lain.
Menyebutkan hobi demikian rata-rata untuk teman lelaki tidak ada yang serius, kecuali teman perempuan. Kalau teman perempuan itu, ada yang menyebutkan hobinya baca, mendengar musik, masak, menjahit, naik gunung, olah raga silat (bukan silat lidah), volley, dan lain-lain.
Kemudian kami, saya dan Fredy saling berbisik. Saat dipanggil dan maju di depan kelas mesti pakai bahasa Inggris untuk mengenalkan diri, dan hobi. Inisiatif ini kami lakukan untuk sekadar beda saja dengan teman-teman yang lain.
Lagi pula ketika itu saya kursus bahasa Inggris di IEC, sementara Fredy di LIA. Juga kebetulan ibu wali kelas adalah guru bahasa Inggris. Maka sepakat bulat.
Pas saatnya kemudian saya dipanggil untuk maju.
My name is bla- bla-bla, I am from class bla-bla bla, and my hobbies are, reading, hiking, and keliling-keliling.
Mendengar itu Ibu wali kelas hanya tersenyum, menghargai perkenalan dengan menggunakan bahasa Inggris. Tapi teman-teman merespon.
"Woi keliling ngapain?"
"Tukang kredit panci!"
Macam-macam suara. Tapi saya hanya tertawa saja. Kemudian tiba giliran Fredy. Â Setelah dipanggil, Fredy pun maju. Oleh sebab ia terlalu PD, maka ia dengan pendahuluan segala macam, mulai dari menyebut hello friends, bla bla bla, and first of all, dan seterusnya. Ibu wali kelas, tersenyum senang.