Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dongeng: Istriku Manusia

21 Januari 2021   23:21 Diperbarui: 26 Januari 2021   14:12 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mulanya raja ular Phyton bahagia. Anak semata wayangnya telah berjodoh. Ia kawin dengan seorang manusia wanita separuh baya. Kala kawin itu putranya hanya minta restu, tanpa raja saksikan. 

Ia tidak tahu apakah perkawinan anaknya itu juga disaksikan oleh wali wanita itu, dan tercatat di kantor urusan agama (KUA) manusia atau tidak. Atau apakah juga mengundang sanak keluarga manusia?

Raja ular tidak peduli. Ia hanya senang ketika itu, sebab anak semata wayangnya ini diharapkan kelak menjadi pewaris kerajaan ular di hutan belantara ini. Namun disayangkan olehnya sekian tahun kawin tidak juga hadir seorang anak yang akan menjadi cucunya.

Padahal ia sudah membayangkan, jika punya cucu, maka bisa jadi cucunya berkepala ular sebelah, kepala manusia sebelahnya. Atau kepalanya manusia, buntutnya ular, atau juga sebaliknya. Hal semacam ini akan menjadi gen yang luar biasa. Generasi ular bisa berkembang seperti  separuh manusia di planet bumi ini.

Karena itulah ia menjadi galau, dan kemudian mencoba mendekati putri ular, anak punggawa yang tersohor kecantikannya di kalangan ular betina.

Ia bilang,"hai punggawa, anakmu putri ular akan aku kawinkan dengan Phyton junior. Sebab sampai sekarang dia tidak peroleh anak."

"Siap tuan raja. Titah raja, hamba laksanakan."

Dari situ kemudian tidak perlu bertele-tele, segala persiapan perkawinan diadakan. Raja, dan punggawa hanya menunggu selesai, dan rapinya saja dari persiapan besar di hutan belantara ini. Segala undangan telah disebar hingga komunitas ular yang ada di dekat sungai-sungai pemukiman manusia.

Sementara di jantung kota antah berantah yang pemukimannya padat. Ular phyton junior sedang bercengkrama dengan istrinya yang manusia ini. Mereka sedang berbincang serius tampaknya. Berulangkali manusia wanita ini tampak menggerakkan kedua tangannya seolah marah. Sekali-kali juga seperti protes pada ular tersebut. Entah darimana ia kursus bahasa ular hingga lancar demikian rupa.

Katanya,"sekarang kamu ini banyak menuntut. Padahal semua kebutuhan kamu sudah aku penuhi."

Hanya dibalas oleh ular ini dengan mendesis,"ssshhh, ssshhhh, ssshhhh... ."

Sambil menjawab itu, ular ini meliuk-liuk di sekitar wanita tersebut. Kadang naik ke tubuhnya, kadang turun lalu bergerak melingkar di sisi bangku atau meja yang ada di situ.

Si wanita ini mengetahui, dan paham juga. Jika ular yang menjadi suaminya ini sedang resah, dan susah hati. Karena itu ia turunkan nada bicaranya, dan berusaha dengan lembut berbicara.

"Mas phyton, aku tidak mengerti harus bagaimana lagi hubungan kita ini. Tuhan belum izinkan kita untuk punya keturunan."

"SSShhhhhh, ssshhhhh, sssshhhhh.. ."

"Padahal aku sudah berusaha buat mas Phyton segala ramuan jamu pejantan. Juga obat-obatan herbal untuk menambah kualitas cairan yang selalu kakanda siram. Aku harus bagaimana lagi?"

"Ssshhhh, ssshhhh, ssshhhhh.. ."

Percakapan itu seakan buntu. Ular ini lalu tampak berdiri menghadap wanita ini. Kepalanya seakan ingin mematuknya. Tampat kilat di matanya mengarah tajam. Desisnya keras. Lidahnya dijulur-julurkan. Buntutnya separuh meliuk-liuk seperti menari, sisanya menahan di lantai.

Wanita ini melihat suaminya marah sekali dengan alasan itu. Ia rasanya tidak terima. Seakan ular ini bukan pejantan, atau disebut mandul. 

Wanita ini juga bersiap menyiapkan tongkat, dan karung yang nyaris dipegangnya. Namun tiba-tiba pintu rumah diketuk seseorang. Seketika ular itu berbalik, dan pergi keluar dari rumah cepat-cepat.

"Duh, untung ada tamu,"kata istri ular ini tenang kembali.

Pintu rumah dibuka, terjadi basa basi singkat, dan tampak ramah. Tamu ini juga wanita sebaya dengan istri ular. Mereka berbicara satu sama lain kemudian, lancar. Intinya tamu meminta nasehat pada tuan rumah.

Katanya,"mbak aku ini ingin tau nasib di tahun 2021. Apakah saya masih terus menjanda atau bakal kawin?"

Ia tidak segera menjawab. Tapi meraih kedua telapak tangan tamu ini. Diperhatikan satu persatu secara seksama. Seraya menanyakan tanggal, bulan, dan tahun lahir. Ditanyakan bintang zodiaknya, lalu dimintanya untuk memejamkan mata agar terlihat aura yang ada pada tamu tersebut.

Sesudah beberapa saat dikatakan.

"Anda akan punya pacar di tahun 2021. Supaya pacar ini mau menikahi, anda mesti sabar sebab terlihat keluarga lelaki ini tidak setuju. Tapi itu bukan masalah. Yang jelas terlihat Anda akan mempunyai belahan jiwa."

"Kira-kira siapa pacar saya ini?"

"Dia laki-laki, bukan duda, tetapi perjaka tulen. Anda nanti akan mengetahui juga. Tergantung usaha. Lewat media sosial, atau dikenalkan atau perkenalan tidak sengaja. Percayalah."

Perempuan tamu ini pun puas mendengar itu, kemudian pamit padanya seraya menyerahkan bungkusan tebal dari kantong kresek hitam yang berisi lima bungkus kopi sachet, serta uang Rp20 ribu, yang tidak diketahui oleh sang istri ular. Lalu tamu ini segera meninggalkan tempat tersebut.

Karenanya segera bungkusan itu dibuka. Ia berpikir sudah pasti tamu yang datang sebagian besar orang normal yang tidak normal, sebab ia adalah paranormal yang dipandang normal oleh kaum ini. Dan, bungkusan ini sudah biasa ia terima sebagai imbalan seikhlasnya.

"Suwe, kirain bungkusan duit sekian juta,"katanya seraya melemparkan bungkusan itu ke keranjang sampah, sementara uangnya diambil untuk membeli ramuan buat suaminya, mas ular Phyton.

***

Sejak emosi tempo hari itu, mas Phyton tidak kembali lagi. Ia sudah dikawinkan dengan ular betina di hutan sana. Tinggal kini sang istri ular meratap sedih. Tidak ada lagi yang bisa diajak bicara. Segala mantra sudah ia ucapkan. Tetap saja takada kabar.

Karena sudah kadung jatuh cinta pada mas Phyton, ia jadi menderita. Seiring waktu ia perlahan bertingkah laku seperti ular. Rasa rindu ia tumpahkan lewat bahasa ular. Ia sering mendesis, lidah menjulur, dan untuk meliuk-liukan tubuh ia dengarkan lagu "penari ular".

Terus seperti itu hingga tempat di mana ia tinggal menjadi ramai oleh orang-orang. Dan, warga masyarakat pun membawanya kemudian ke rumah sakit jiwa. Ia tidak waras kemudian alias menjadi gila.

***

Sementara ular pejantan dan betina sedang meliuk-liuk, dan melingkari batang dan ranting pepohonan di jantung hutan sana. Bahagia. Raja ular, dan seluruh rakyatnya akhirnya senang dengan kembalinya anak kesayangannya itu.

Sementara di antara dua batang pepohonan yang saling berdekatan, Phyton junior berbisik pada betinanya,"aku sudah punya pengalaman menjadi suami manusia perempuan di kota sana. 

Aku beritahu padamu, sayangku, urusan dengan perempuan manusia itu ribet, dan ruwet. Dianggapnya aku tidak ada. Padahal aku ada di hutan sini, bukan di dunia ghoib."

"SSShhhh, ssshhhh, ssshhhh.. ."jawab si betina.

"Kamu diam-diam saja ya. Ini rahasia."

"Ssssshhhh, ssshhhh, sssshhhh.. ."Kata si betina lagi sembari meluruskan tubuhnya merayap naik ke pucuk pohon yang lebih tinggi, lalu dikejar oleh pejantannya. Senang.

Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun