Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dongeng: Istriku Manusia

21 Januari 2021   23:21 Diperbarui: 26 Januari 2021   14:12 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katanya,"mbak aku ini ingin tau nasib di tahun 2021. Apakah saya masih terus menjanda atau bakal kawin?"

Ia tidak segera menjawab. Tapi meraih kedua telapak tangan tamu ini. Diperhatikan satu persatu secara seksama. Seraya menanyakan tanggal, bulan, dan tahun lahir. Ditanyakan bintang zodiaknya, lalu dimintanya untuk memejamkan mata agar terlihat aura yang ada pada tamu tersebut.

Sesudah beberapa saat dikatakan.

"Anda akan punya pacar di tahun 2021. Supaya pacar ini mau menikahi, anda mesti sabar sebab terlihat keluarga lelaki ini tidak setuju. Tapi itu bukan masalah. Yang jelas terlihat Anda akan mempunyai belahan jiwa."

"Kira-kira siapa pacar saya ini?"

"Dia laki-laki, bukan duda, tetapi perjaka tulen. Anda nanti akan mengetahui juga. Tergantung usaha. Lewat media sosial, atau dikenalkan atau perkenalan tidak sengaja. Percayalah."

Perempuan tamu ini pun puas mendengar itu, kemudian pamit padanya seraya menyerahkan bungkusan tebal dari kantong kresek hitam yang berisi lima bungkus kopi sachet, serta uang Rp20 ribu, yang tidak diketahui oleh sang istri ular. Lalu tamu ini segera meninggalkan tempat tersebut.

Karenanya segera bungkusan itu dibuka. Ia berpikir sudah pasti tamu yang datang sebagian besar orang normal yang tidak normal, sebab ia adalah paranormal yang dipandang normal oleh kaum ini. Dan, bungkusan ini sudah biasa ia terima sebagai imbalan seikhlasnya.

"Suwe, kirain bungkusan duit sekian juta,"katanya seraya melemparkan bungkusan itu ke keranjang sampah, sementara uangnya diambil untuk membeli ramuan buat suaminya, mas ular Phyton.

***

Sejak emosi tempo hari itu, mas Phyton tidak kembali lagi. Ia sudah dikawinkan dengan ular betina di hutan sana. Tinggal kini sang istri ular meratap sedih. Tidak ada lagi yang bisa diajak bicara. Segala mantra sudah ia ucapkan. Tetap saja takada kabar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun