Bukan kembang api, atau pesta menanti tahun 2021. Bukan pula terpenjara wabah korona hingga tidak dimeriahkan acara pergantian tahun itu. Bukan.
Tapi acara pergantian tahun yang ini justru terlalu megah, mewah, dan meriah yang bersumber dari nurani yang bersifat azasi dan pribadi.
Sebab dari lembah telah mengabarkan bahwa angin akan datang dan berhembus melintasi celah pepohonan, lalu merobek dedaunan, dan menerbangkannya.
Selanjutnya dedaunan melayang mengikuti arah angin.
Mereka akan jatuh sebagaimana kehendak-Nya. Di mana?Tiada satu mahkluk pun yang mengetahuinya. Selain dedaunan itu sendiri, dan pemilik semesta ini.
Kemudian dari manusia telah mengabarkan kepada manusia sejak berabad silam lewat kitab sucinya. Di mesjid, di gereja, di kuil, di manapun tempat ibadah bahwa nyawa atau ruh akan lepas dari raga tiap saat. Kapan saja, dan di mana saja. Tergantung maunya sang pemilik semesta ini.
Tahun baru 2021 sebentar lagi.
Siapa yang akan mendapat giliran seperti dedaunan yang diterbangkan, dan melayang-layang, lalu jatuh, entah di tempat yang terang sebagaimana mentari, atau jatuh terperosok di tempat gulita seperti malam tanpa cahaya. Tiada yang tahu.
Sejatinya raga atau jasad ini merupakan persinggahan sementara dari ruh atau nyawa yang tiap detiknya itu ada yang mengawasi dengan ketat sampai kapan masanya singgah berakhir.
Karena itu Anda, saya, dan kita semua belum tentu sampai di masa pergantian tahun yang dinanti itu. Belum tentu. Syukur-syukur bisa sampai, dan masih bisa lanjut melihat pergantian tahun itu di masa-masa mendatang.
Namun begitu merenungkan ini menjadikan kita semua semakin berempati pada sesama. Kata tuan yang terlalu bijak,"kemana saja Anda  selama ini?"