Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Tahun Baru

29 Desember 2020   20:11 Diperbarui: 29 Desember 2020   20:25 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bukan kembang api, atau pesta menanti tahun 2021. Bukan pula terpenjara wabah korona hingga tidak dimeriahkan acara pergantian tahun itu. Bukan.

Tapi acara pergantian tahun yang ini justru terlalu megah, mewah, dan meriah yang bersumber dari nurani yang bersifat azasi dan pribadi.

Sebab dari lembah telah mengabarkan bahwa angin akan datang dan berhembus melintasi celah pepohonan, lalu merobek dedaunan, dan menerbangkannya.

Selanjutnya dedaunan melayang mengikuti arah angin.

Mereka akan jatuh sebagaimana kehendak-Nya. Di mana?Tiada satu mahkluk pun yang mengetahuinya. Selain dedaunan itu sendiri, dan pemilik semesta ini.

Kemudian dari manusia telah mengabarkan kepada manusia sejak berabad silam lewat kitab sucinya. Di mesjid, di gereja, di kuil, di manapun tempat ibadah bahwa nyawa atau ruh akan lepas dari raga tiap saat. Kapan saja, dan di mana saja. Tergantung maunya sang pemilik semesta ini.

Tahun baru 2021 sebentar lagi.

Siapa yang akan mendapat giliran seperti dedaunan yang diterbangkan, dan melayang-layang, lalu jatuh, entah di tempat yang terang sebagaimana mentari, atau jatuh terperosok di tempat gulita seperti malam tanpa cahaya. Tiada yang tahu.

Sejatinya raga atau jasad ini merupakan persinggahan sementara dari ruh atau nyawa yang tiap detiknya itu ada yang mengawasi dengan ketat sampai kapan masanya singgah berakhir.

Karena itu Anda, saya, dan kita semua belum tentu sampai di masa pergantian tahun yang dinanti itu. Belum tentu. Syukur-syukur bisa sampai, dan masih bisa lanjut melihat pergantian tahun itu di masa-masa mendatang.

Namun begitu merenungkan ini menjadikan kita semua semakin berempati pada sesama. Kata tuan yang terlalu bijak,"kemana saja Anda  selama ini?"

Sembari berlalu yang ditegur membalas malu,"menunggu datangnya tahun baru, Tuan bijak."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun