Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gairah Asmara Diam-diam

15 September 2020   16:30 Diperbarui: 16 September 2020   00:56 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah dari mana datangnya. Benih asmara tumbuh begitu dalam di antara mereka. Tiada yang nyana juga menduga. Di mata semua kolega mereka bersikap biasa. Bahkan cenderung terbuka, dan tidak menutup diri. Namun jauh dari itu sejatinya mereka menyimpan sesuatu yang tidak diketahui.

Rahasia. Mereka berdua.

Saban hari selalu ada sapa yang mereka lakukan. Berkisah tentang langit yang di kelilingi bintang gemintang. Bulan yang bulat  bersinar terang kala purnama. Bahkan tali kasih pada keluarga pun belakangan ini dimanifestasikan sebagai kepura-puraan semata. Mereka piawai memainkan peran.

Julia murung di sudut kamar. Jimen, suaminya enggan mendekati. Sudah tiga minggu jalan keadaan tidak ada perubahan. Padahal ia sudah meminta maaf pada suaminya secara tulus. Perkara jatah bulanan yang habis di tengah jalan, mestinya bisa dimaafkan.

Julia juga mengerti upah pegawai di perusahaan leasing tidak terlalu menggembirakan. Ia pun sudah katakan, semua itu untuk kebutuhan anak yang kian besar di tengah pandemi sekarang ini.

Namun tak satupun kata balas untuk memaafkan yang diucapkan suaminya itu.  Ia seperti jauh berada di awang-awang sana.  Pikirannya coba ia cari tahu. Namun yang terungkap hanyalah kebosanan di hari-hari yang dijalani.

"Aku bosan saja," jawab Jimen.

"Bosan kenapa?"

"Tidak apa-apa."

"Mas, bosan dengan saya?Atau mas sudah punya wanita lain?"

"Kalau aku bosan denganmu, tentu aku sudah minggat. Tapi nyatanya kan tidak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun