Konon ketika masa revolusi dulu diperlukan beberapa orang intelijen handal selain latar tentara. Tugas utamanya menggali informasi, baik dari mata-mata Belanda maupun tentara Belanda. Karena itu pemerintah melakukan rekrutmen terhadap perempuan, dan lelaki yang memiliki nyali tinggi. Siapa saja mereka?Pelacur, Tukang Copet, Perampok, juga Pembunuh.
Di antara profesi itu tidak semua yang bisa diterima. Hanya orang-orang pilihan yang sudah melewati uji kelayakan. Baik dari segi komunikasi maupun sedia untuk mati. Mereka bisa disebut the best of selection people of inteligence action. Mereka kelak bekerja dalam senyap, misterius, dan rahasia. Sekaligus bertindak cepat, dan akurat. Luar Biasa!
Karena itu dari empat profesi tersebut, dan orang yang terpilih ini diberikan tugas dengan sandi masing-masing. Dalam cerita ini, untuk para Pelacur, diberi sandi Potong Lodong, untuk Tukang Copet, Awas Dompet, untuk Perampok, Emas Sekarung, sedangkan untuk Pembunuh, Tamat Riwayatmu.
Bila di antara mereka bertemu satu sama lain, dan tanpa sengaja, maka sudah tahu mereka ada di posisi yang sama sebagai kawan. Selebihnya bisa orang biasa atau lawan, dan patut untuk dicurigai atau diabaikan.
Cara komunikasinya bagaimana? Cukup menyebut sandi itu saja di saat percakapan ringan. Dan, kawannya bila mendengar, otomatis akan menyebutkan sandi yang dipunyai sebagai balasan.
Karenanya mudah ditebak profesi pelacur yang bakal banyak peroleh informasi terkait posisi, dan kondisi aktual musuh. Miss Curry, salah satunya. Ia wanita keturunan Indo, ibu Jawa, bapak Belanda. Tinggi semampai, cantik, berhidung bangir, dan body aduhai.
Kata Miss Curry, terus terang saat interview rekrutmen, Â profesi ini ditekuni akibat diperkosa oleh bapaknya ketika remaja dulu. Bapaknya juragan perkebunan tebu. Ia juga masih satu garis keturunan dengan Jan Pieterszoon Coen, penguasa bengis Batavia di zaman VOC. Sementara ibunya mati diracun oleh orang suruhan bapaknya gara-gara kepergok senggama di gudang padi dengan sais sado, pekerja bapaknya juga.
Dari peristiwa itu ia menyimpan dendam. Tidak lama kemudian, bapaknya, Belanda totok ini pun berhasil dibunuhnya lewat centengnya sendiri yang imbalannya ia beri gratis tubuhnya selama satu minggu full. Ia ditangkap kemudian, tapi dilepas dengan jaminan semua harta warisnya yang ia serahkan total pada penguasa Belanda di kotanya.
Setelah bebas, dendamnya itu melekat kuat, tidak hanya pada bapaknya semata, tapi semua tentara Belanda, dan cecunguknya menjadi target operasinya kelak.
 Jadilah ia sumpah setia untuk kemenangan revolusi secara diam-diam, dan tak diketahui oleh kolega atau mucikari komplek esek-esek itu. Miss Curry, satu-satunya yang menjadi primadona kompleks pelacuran di wilayah ini. Maka tak heran, tiap hari, ia dikunjungi konsumen, kecuali malam Jumat ia cuti, baik tugas sebagai pelacur, maupun intel.
*****
Di suatu malam, seorang kaya antek Belanda dari kota terdekat mampir beranjangsana. Oleh sebab tugasnya yang sangat berat ia membutuhkan rileksasi jasmani. Ia mendengar di komplek syahwat ini ada bidadari. Ia kemudian datangi dikawal satu orang centengnya.
Ia orientasi tempat, tanya sana sini, lalu bertemu miss Curry. Centengnya kemudian ditinggal sendiri ditemani setengah lusin botol arak.
Keduanya sebentar kemudian sepakat dengan tarif, lalu membuka kamar yang berdinding tembok permanen. Â Ini ruang vip di masa revolusi dulu. Keduanya terlibat perbincangan menarik. Antek Belanda ini memuji luar dalam. Sebab ketika ia bertanya dalam bahasa Belanda, miss Curry menimpali lugas.
Miss Curry bilang sepintas seperti bergurau," ke sini mau potong lodong ya?Dijawab tidak, katanya lagi, ia hanya mau menggunakan pisau. Â Miss Curry terpikir, jawaban ini barangkali sandi yang ia punyai sebagai antek penjajah.
Sembari merayu, dan dibalas tarian jemari si antek penjajah pada area tubuhnya, miss Curry mendapat informasi A1, terkait rencana serangan pasukan Belanda terhadap posisi pasukan republik tiga hari dari sekarang.
Katanya, Belanda akan mengepung, dan menghabisi lokasi persembunyian itu. Hampir kekuatan Belanda di kota ini dikerahkan. Senjata berat, dan ringan sudah pula disebar pada titik terdekat dari lokasi markas persembunyian tentara republik yang sudah diketahui.
Mendengar itu Miss Curry tetap tenang, dan pasang telinga kuat-kuat. Jika tidak ia gali lebih dalam keterangan antek ini, maka pasukan republik akan binasa. Sebab nyaris satu batalion berada di sana. Si antek ini juga memberikan informasi rumah tinggal, dan segala kekayaan yang dipunyai karena imbalannya sebagai pengkhianat, dan mata-mata Belanda.
Miss Curry akhirnya merelakan tubuhnya hingga lemas tak berdaya. Ia berpikir, jarang sekali ada tamu yang punya kekuatan di ranjang melebihi biasanya. Entah ramuan apa yang diminumnya ketika tadi hendak memulai. Tapi demi kejayaan republik, ia kuatkan, sehingga didapat informasi lengkap darinya.
 Usai kerjanya ini, esoknya ia bergegas menemui penghubung tentara republik di belokan jalan, dekat tugu, sebagai penjual singkong mentah. Kepadanya ia serahkan catatan juga pada secarik kertas kumal, isinya," MARKAS PERSEMBUNYIAN SUDAH DIKETAHUI, TANGGAL 15 PASUKAN BELANDA AKAN MENGEPUNG JAM 8 PAGI,"Tertanda Potong Lodong.
Si penjual singkong memikul cepat dagangannya kemudian, melewati patroli pasukan Belanda, lalu bergegas menuju markas tentara yang berjarak delapan kilometer dari tempatnya semula. Ia sampaikan pada pimpinan pasukan. Informasi dan catatan tersebut.
"Kopral, terimakasih informasinya. Segera kembali ke posisi semula. Sampaikan salam, dan terima kasih kami pada Miss Curry,"kata komandan takzim usai membaca catatan itu pada penjual singkong tersebut
Sementara miss Curry malamnya  juga didatangi konsumen berturut-turut. Namun ada tiga lelaki di antaranya sebagai kawan seperjuangan. Ia mengetahui ketika ia menyebut sandi, dijawab eks Tukang Copet, Awas Dompet.
Selang satu jam, pejuang lain mantan Perampok yang sedang tugas di lokalisasi juga membalas, Emas Sekarung, dua jam kemudian, mantan Pembunuh yang memang punya nyali sebagai pembunuh bayaran sebelumnya, membalas, Tamat Riwayatmu.
Padahal mereka sebelumnya tidak kenal satu sama lain sebagai agen intelijen pasukan pemerintah. Karena didapat informasi dari sumber yang mereka percaya, bahwa salah seorang antek penjajah berada di lokalisasi ini, maka ketiganya menuju ke sini. Rupanya informasi yang ketiganya peroleh terkonfirmasi pula lewat Miss Curry secara detail. Maka jadilah mereka melaksanakan perintah sesuai tugasnya.
Di hari itu juga berturut-turut.
Tukang copet memburu di pagi hari ketika antek penjajah ini akan pergi ke kediamannya meninggalkan kota ini. Ia berhasil hanya dengan berpura-pura meminjam api rokok yang sedang dihisapnya ketika hendak berangkat naik sado atau delman.
 Si antek yang kaya raya ini, terbahak mengetahui dompetnya hilang di kediamannya siang itu. Ia menduga dan sadar yang mencopetnya orang yang pagi tadi meminta api rokok padanya. Padahal uang hanya sedikit cuma lima gulden saja, dan selembar identitas dirinya.
 "Copet bangsat!"
Malamnya kembali lemari yang ada di kamarnya dibongkar paksa oleh perampok yang menyusup jauh ke kediamannya. Dan, emas yang disimpan raib tak tersisa. Si antek tak kepalang marahnya, dan memaki pada penjahat itu. Semua orang yang ada di kediamannya diminta untuk segera melapor pada pihak kepolisian Belanda malam ini juga.
Karena hingga tengah malam tak jua ada yang kembali, dan ia sendiri, maka Lewat tengah malam itu, ia juga mati dibunuh. Si pembunuh meninggalkan catatan ANTEK PENJAJAH SIALAN.
Karuan saja tewasnya lelaki ini menimbulkan gejolak di kalangan opsir Belanda. Ada kecurigaan ia telah diketahui sebagai mata-mata Belanda. Namun setelah diselidiki hingga pagi tak ditemukan bukti-bukti, hanya catatan itu saja yang dianggapnya sebagai catatan gila orang ekstrimis.
Opsir Belanda itu kemudian beri perintah dengan nada marah pada anak buahnya yang punya kulit sawo matang ," een kowe mesti cari dan tangkap  itu ekstrimis-ekstrimis gila!"
Sementara di lokasi berbeda, Â copet, perampok, dan pembunuh melaporkan sekaligus menyerahkan hasil tugasnya pada pimpinan komandan republik. Di tempat persembunyian itu segala barang berharga dihitung untuk bekal, dan modal perjuangan selanjutnya. Miss Curry saat itu juga secara sukarela melepas perhiasan emas yang dikenakannya untuk ia sumbangkan.
****
Tanggal 15 pagi, Miss Curry, perampok, copet, dan pembunuh berjibaku bersama pasukan republik menghantam pasukan Belanda yang telah dikepungnya. Semula pasukan Belanda mengira mereka yang akan menghabisi, tapi di luar dugaan, mereka tunggang langgang, cerai berai, dan mati sia-sia di arena pertempuran itu.Â
Kabar bocornya informasi pengepungan di markas persembunyian tentara republik, sampai juga pada markas pusat Belanda di Batavia. Komandan tertinggi memberikan perintah untuk memburu Miss Curry yang diduga kuat sebagai agen intelijen pasukan republik sebagai biang keroknya.
Sementara di pihak pasukan republik, komandan tentara, memberikan tanda pangkat kehormatan, sekaligus penghargaan, yakni sebutan sersan wanita untuk Miss Curry, serta kopral pada masing-masing copet, perampok, dan pembunuh itu.
"Terima kasih pada kesetiaan kalian, dan kami berharap kalian menjadi tentara yang baik setelah ini. Sudahilah profesi lama yang kalian jalankan. Mari kita berjuang untuk mengusir penjajah dari negeri tercinta ini,"tegas perintah komandan yang disambut sukacita, serta haru oleh seluruh pasukan di markas persembunyian itu.
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA-KE 75
MERDEKA!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H