Di suatu malam, seorang kaya antek Belanda dari kota terdekat mampir beranjangsana. Oleh sebab tugasnya yang sangat berat ia membutuhkan rileksasi jasmani. Ia mendengar di komplek syahwat ini ada bidadari. Ia kemudian datangi dikawal satu orang centengnya.
Ia orientasi tempat, tanya sana sini, lalu bertemu miss Curry. Centengnya kemudian ditinggal sendiri ditemani setengah lusin botol arak.
Keduanya sebentar kemudian sepakat dengan tarif, lalu membuka kamar yang berdinding tembok permanen. Â Ini ruang vip di masa revolusi dulu. Keduanya terlibat perbincangan menarik. Antek Belanda ini memuji luar dalam. Sebab ketika ia bertanya dalam bahasa Belanda, miss Curry menimpali lugas.
Miss Curry bilang sepintas seperti bergurau," ke sini mau potong lodong ya?Dijawab tidak, katanya lagi, ia hanya mau menggunakan pisau. Â Miss Curry terpikir, jawaban ini barangkali sandi yang ia punyai sebagai antek penjajah.
Sembari merayu, dan dibalas tarian jemari si antek penjajah pada area tubuhnya, miss Curry mendapat informasi A1, terkait rencana serangan pasukan Belanda terhadap posisi pasukan republik tiga hari dari sekarang.
Katanya, Belanda akan mengepung, dan menghabisi lokasi persembunyian itu. Hampir kekuatan Belanda di kota ini dikerahkan. Senjata berat, dan ringan sudah pula disebar pada titik terdekat dari lokasi markas persembunyian tentara republik yang sudah diketahui.
Mendengar itu Miss Curry tetap tenang, dan pasang telinga kuat-kuat. Jika tidak ia gali lebih dalam keterangan antek ini, maka pasukan republik akan binasa. Sebab nyaris satu batalion berada di sana. Si antek ini juga memberikan informasi rumah tinggal, dan segala kekayaan yang dipunyai karena imbalannya sebagai pengkhianat, dan mata-mata Belanda.
Miss Curry akhirnya merelakan tubuhnya hingga lemas tak berdaya. Ia berpikir, jarang sekali ada tamu yang punya kekuatan di ranjang melebihi biasanya. Entah ramuan apa yang diminumnya ketika tadi hendak memulai. Tapi demi kejayaan republik, ia kuatkan, sehingga didapat informasi lengkap darinya.
 Usai kerjanya ini, esoknya ia bergegas menemui penghubung tentara republik di belokan jalan, dekat tugu, sebagai penjual singkong mentah. Kepadanya ia serahkan catatan juga pada secarik kertas kumal, isinya," MARKAS PERSEMBUNYIAN SUDAH DIKETAHUI, TANGGAL 15 PASUKAN BELANDA AKAN MENGEPUNG JAM 8 PAGI,"Tertanda Potong Lodong.
Si penjual singkong memikul cepat dagangannya kemudian, melewati patroli pasukan Belanda, lalu bergegas menuju markas tentara yang berjarak delapan kilometer dari tempatnya semula. Ia sampaikan pada pimpinan pasukan. Informasi dan catatan tersebut.
"Kopral, terimakasih informasinya. Segera kembali ke posisi semula. Sampaikan salam, dan terima kasih kami pada Miss Curry,"kata komandan takzim usai membaca catatan itu pada penjual singkong tersebut