Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Warisan Pejuang'45 yang Digadaikan

8 Agustus 2020   12:03 Diperbarui: 12 Agustus 2020   17:04 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jadi bambu yang dipajang itu yang digunakan dulu?"

"Bukan. Itu imitasi, selagi hidup Abah meminta dibuatkan bambu menyerupai bambu yang pernah digunakan dulu. Bambu aslinya dibuang entah di mana setelah tidak lagi ada pertempuran."

"Sayang, ya. Padahal kalau tidak dibuang bisa dimuseumkan."

 "Iya. Mungkin dulu sangat gembira kemerdekaan sudah direbut kembali, dan Abah juga kembali ke sekolah akhirnya. Tidak lanjut menjadi tentara."

"O iya, Abah waktu ikut tempur itu digaji?"

"Mana ada, hehehe... . Mereka ikhlas, daftar, dan bergabung, itu saja. Sekolah ketika itu juga kan ditutup. Rata-rata pelajar terpanggil untuk bersama-sama berjuang dengan laskar, maupun tentara rebublik. Dulu kan di kampung-kampung yang mengerti negeri ini dijajah kembali kebanyakan kaum terpelajar. Petani belum terlalu paham. Ada satu atau dua orang yang mengerti. Tetapi kebanyakan buta huruf."

"Terus yang bikin pengumuman, pelajar supaya mau ikut berjuang siapa?"

"Terus terang, kata Abah, para guru mereka. Guru-guru juga adalah pejuang yang bersama-sama berangkat ke medan pertempuran, dan gerilya."

"Kok bukan tentara?"

"Mereka pernah dilatih oleh Jepang sebelumnya. Ada yang di PETA, dan pasukan Heiho. Pelatihan militer dulu zaman penjajahan Jepang diwajibkan, kata Abah, begitu. Jadi tidak heran ketika Belanda datang, mau merebut kembali kemerdekaan, diam-diam mereka telah siap. Dan, mereka tidak menekuni jadi tentara, tapi kembali mengajar di sekolah. Sama juga setelah perang usai, mereka kembali mengajar, meski ada yang gugur juga."

"Jadi begitu saja.?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun