"Gimana, mau gak hari minggu?"
Komat menimbang-nimbang. Daripada tidak ada lokasi alternatif, ia pun memutuskan setuju. Empat minggu dalam satu bulan cukup kiranya mendulang uang di sini. Lima jam jatahnya di kira-kira aman buat segala pengeluaran sehari-hari. Sisa hari lainnya ia masih bisa bergerak ke lokasi mana saja semaunya.
"Setujulah, bang."
"Ok. Sekarang jam 9. Jam satu minggat ya,"kata lelaki ini sembari pergi, dan Komat melihatnya menuju pos polisi itu. Entah apa yang dilakukannya.
Sejak itu tiap minggu Komat memiliki lapak tetapnya di lokasi yang strategis. Tapi di bulan berikutnya pada minggu ke empat, Komat sepi sedari pagi. Sebab orang-orang, terutama pedagang dan pembeli yang memperhatikannya merasakan hal yang aneh, dan ganjil.
Sesuai waktunya, lelaki kurus itu juga kembali mendatangi untuk meminta setoran padanya di siang jam satu. Rp50 ribu sudah ditangan lewat Komat, dari pojok pasar lain juga demikian. Maka ia langsung bilang pada Komat seperti biasa.
"Ayo setoran, mana?"Pintanya.
"Sepi ini, bang. Baru dua ribu dari pagi."
"Masa sih?Jangan ngibul lu!"
"Beneran. Bang!"
"Ah bohong ini. Ayo diri. Gue periksa kantong celana lu!"