Mbok Yah tersenyum mengingat pertemuannya dengan Mini setahun lalu sembari bersandar pada bale yang sudah reot, dan penuh tambalan di dindingnya. Namun terasa masih lumayan enak untuk meluruskan tubuh rentanya itu. Ia pun berbaring lemah di situ sembari memejamkan mata dengan tenang.Â
Namun dalam hitungan detik berikutnya tiba-tiba bunyi nafasnya tersedak cepat. Orang berkerumun kemudian. Sayup-sayup mbok Yah mendengar lirih suara Mini memanggilnya berulang-ulang. Â Gelap datang seketika seolah cahaya matahari pagi enggan menerobos lorong kehidupan nenek tua ini selanjutnya.