Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sahur Pertama Selalu Gudeg

2 Juni 2016   02:23 Diperbarui: 7 September 2020   21:48 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Jadi ada rencana mau ke sana lagi untuk beli buat sahur.”

“Iya pastinya. Mudah-mudahan tiap puasa pedagang itu masih jual ya mas. Aku ingin kita tetap seperti ini di awal puasa, sahur dengan gudeg. Dan, beli sama pedagang itu. Kayaknya makan sahur dengan gudeg beda dengan makan gudeg di hari biasa.

“Beda di mananya?

“Entahlah, beda aja.”

“Bukannya sama aja. Gudek itu ya ada kreceknya, ada telur, dan macam-macam. Atau mungkin suasana bulan ramadhan itu yang dirasakan beda.

“Ya mungkin juga suasana puasa kali ya mas, “jawabnya suatu ketika di puasa tahun keenam pernikahan kami.

Dan, di puasa tahun keenam itu pula menjadi ramadhan terakhir baginya. Ramadhan yang senantiasa ia isi dengan ibadah yang menjadi kewajibannya, serta diselingi makanan kesukaannya, gudeg. Yang tentu ia hanya beli satu kali di saat sahur pertama saja.

Namun jelang ramadhan tahun ini, ia, istriku tengah berada di sisi Sang Maha Pencipta. Sang Maha Agung yang telah memutuskan semua rencana manusia untuk bisa menemui ramadhan atau tidak., Dan istriku telah dipilihnya untuk tidak bersamaku jelang ramadhan tahun ini.

Aku menulis mengenangkan, dan airmata pun menetes perlahan di tengah malam ini, seraya memohon, “Ya Allah ya Rob, terimalah amal ibadah, dan segala kebaikan istriku selama hidup. Berilah tempat yang terbaik di sisiMu. Aamiin ya Robbal alamin.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun