Berkaca pada situasi yang dialami Kim Young-joon, sulitnya mencari pekerjaan menjadi satu alasan bertambahnya jumlah generasi kanguru.Â
Namun, tidak dapat dibantah jika suburnya mentalitas generasi stroberi juga ikut mempengaruhi seseorang.Â
Ketakutan untuk menghadapi kerasnya dunia kerja, kurangnya kesiapan mental untuk bekerja, ekspektasi yang tinggi karena status lulusan yang diperoleh juga bisa membuat seseorang sulit untuk keluar dari comfort zone (zona nyaman), sama seperti kanguru yang terus merasa nyaman dalam marsupium (kantong kanguru).
Selain itu, kurangnya lapangan pekerjaan juga turut berpengaruh. Hal ini tidak hanya terjadi di Korsel, tetapi juga di negara lainnya.Â
Namun, kabar baik untuk Indonesia di mana pada Februari 2024, jumlah angka pengangguran berkurang 0,63 persen.Â
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, terdapat 142, 18 juta penduduk yang bekerja pada Februari 2024, naik 3,55 juta orang dari Februari 2023.Â
Sebanyak 58,05 juta orang (40,83 persen) bekerja pada kegiatan formal, naik sebesar 0,95 persen poin dibanding Februari 2023. Dari data tersebut, angka pengaguran juga masih sangat banyak untuk Indonesia di mana masih ada 7,2 juta orang yang belum mendapatkan pekerjaan.
Mentalitas stroberi dan kurangnya lapangan pekerjaan menjadi dua hal yang menjadi istilah generasi kanguru akan bertahan lebih lama dan bahkan akan terus meningkat.Â
Pemerintah tentu akan berperan dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Namun, berkaitan dengan kesempatan untuk diterima bekerja tergantung pada kesiapan seseorang.Â
Selain kesiapan mental, ketrampilan dalam bekerja juga diperlukan sebelum terjun dalam dunia kerja. Ketrampilan yang dimaksudkan tidak hanya diperoleh melalui proses pendidikan di perguruan tinggi tetapi juga diperoleh dari berbagai usaha lainnya seperti kursus dan berbagai pelatihan lainnya.Â
Hal inilah yang bisa membantu untuk mengurangi populasi anak anak kanguru bisa berjalan sendiri dan tidak berlama-lama dalam marsupium ibunya.