Mohon tunggu...
Erson Bani
Erson Bani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis buku "Lara Jasad" (2023), "Melayat Mimpi" (2023), Senandika dari Ujung Negeri: Kumpulan Opini dan Esai tentang Pendidikan, Sosial, Budaya, dan Agama (2024)

Hanya ingin mengabadikan kisah lewat aksara

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Iman dan Keluarga dalam Ensiklik Lumen Gentium

14 Februari 2023   14:22 Diperbarui: 14 Februari 2023   14:41 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Lumen-fidei.org

She was a woman who explained to us, talked to us about Jesus, and taught us the Catechism. I always remember that on the evening of Good Friday, she would take us to the candlelight procession, and at the end of this procession 'the dead Christ' would arrive and our grandmother would make us the children kneel down and she would say to us: 'Look, he is dead, but tomorrow he will rise'. This was how I received my first Christian proclamation, from this very woman, from my grandmother[11].

 

Pengungkapan iman yang penting juga terdapat dalam Ekaristi. Ekaristi merupakan tindakan kenangan yang menghadirkan Misteri Paskah Kristus. Dalam Ekaristi kita dapat juga dapat merenungkan betapa besar kasih Allah kepada dunia dan juga pengorbanan Yesus demi menyelamatkan umat manusia.

 

Pentingnya Perkembangan Iman dalam Keluarga

 

Inilah beberapa hal yang dibahas dalam ensiklik Lumen Fidei. Dari beberapa hal ini, ada satu hal yang sangat penting dalam membantu perkembangan iman seseorang yakni kehadiran keluarga. Seperti yang telah disebutkan bahwa keluarga menjadi tempat yang pertama dan utama dalam pengembangan iman seseorang. Pengalaman Paus Fransisikus ketika berada bersama neneknya telah memperkuat imannya ketika ia masih kecil.

 

Kehadiran keluarga sangat penting bagi perkembangan iman setiap pribadi. Maria dan Yusuf sudah menunjukan iman yang teguh kepada Yesus. Iman yang terbentuk di dalam keluarga juga terjadi dalam diri Yohanes Pembaptis di mana ayahnya adalah seorang imam Yahudi dan boleh dikatakan mempunyai iman yang kuat akan Allah. Inilah beberapa contoh pertumbuhan iman yang dimiliki di dalam keluarga seperti yang terdapat dalam Kitab Suci Perjanjian Baru.

 

Lalu, bagaimana dengan situasi iman dalam keluarga pada zaman sekarang? Perkembagan teknologi dan cara berpikir yang rasional ternyata telah mempengaruhi perumbuhan iman dalam keluarga. Kehidupan keluarga yang sebenarnya dapat dikatakan sebagai tempat bertumbuhya iman anak sudah tidak dirasakan lagi. Dalam Gravissimum Educationis dikatakan bahwa orang tua diingatkan untuk menyelenggarakan apa saja yang diperlukan supaya anak dapat memperoleh kemajuan dalam pembinaan Kristen[12]. Pertumbuhan iman yang baik dalam keluarga dapat berdampak pada kehidupan bersama. Iman juga memampukan setiap orang untuk tidak hanya menjalin relasi yang baik dengan sesamanya tetapi juga dengan alam sekitar. Iman dapat membuat seseorang bertahan dalam setiap situasi yang penuh dengan penderitaan. Inilah beberapa hal yang dibahas dalam ensiklik Lumen Fidei.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun